Caleg Hanura tak keberatan alat peraga dibatasi
A
A
A
Sindonews.com - Calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wijaya Kusuma Subroto mengakui, dirinya tak mempermasalahkan aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai pembatasan alat peraga kamapanye.
"Iya, saya tidak keberatan, saya setiap minggu turun ke masyarakat (daerah pemilihan/dapil) untuk mendengarkan aspirasinya," kata Wijaya Kusuma saat dihubungi Sindonews, Selasa (3/9/2013).
Wijaya yang maju sebagai caleg DPR daerah pemilihan DKI Jakarta ini mengakui, pembatasan alat peraga lebih menguntungkan caleg yang sudah populer. Menurutnya, dengan alat peraga kampanye, membuat ongkos politik cukup tinggi. "Saya tidak resisten, baliho yang besar membuat cost (biaya) politik tinggi," imbuhnya.
Selain menemui langsung, untuk berinteraksi dengan masyarakat, caleg nomor urut satu ini akan memanfaatkan media sosial. Pasalnya hal itu salah satu potensi yang harus dikelola dengan baik.
Untuk menawarkan program seperti perbaikan infrastruktur, layanan publik yang layak, pendidikan dan supremasi hukum, Wiyaya mengaku tidak membuat alat peraga seperti banner dan baliho.
"Saya tidak membuat alat peraga, hanya kaos, jaket, kemudian kartu nama, banner ada beberapa di rumah-rumah koordinator pemenangan, ukurannya juga tidak besar," ungkap Ketua Ormas Perindo DPW DKI Jakarta ini.
"Iya, saya tidak keberatan, saya setiap minggu turun ke masyarakat (daerah pemilihan/dapil) untuk mendengarkan aspirasinya," kata Wijaya Kusuma saat dihubungi Sindonews, Selasa (3/9/2013).
Wijaya yang maju sebagai caleg DPR daerah pemilihan DKI Jakarta ini mengakui, pembatasan alat peraga lebih menguntungkan caleg yang sudah populer. Menurutnya, dengan alat peraga kampanye, membuat ongkos politik cukup tinggi. "Saya tidak resisten, baliho yang besar membuat cost (biaya) politik tinggi," imbuhnya.
Selain menemui langsung, untuk berinteraksi dengan masyarakat, caleg nomor urut satu ini akan memanfaatkan media sosial. Pasalnya hal itu salah satu potensi yang harus dikelola dengan baik.
Untuk menawarkan program seperti perbaikan infrastruktur, layanan publik yang layak, pendidikan dan supremasi hukum, Wiyaya mengaku tidak membuat alat peraga seperti banner dan baliho.
"Saya tidak membuat alat peraga, hanya kaos, jaket, kemudian kartu nama, banner ada beberapa di rumah-rumah koordinator pemenangan, ukurannya juga tidak besar," ungkap Ketua Ormas Perindo DPW DKI Jakarta ini.
(maf)