2.883 konflik terjadi di Indonesia tahun 2012
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Aljufri mengatakan, permasalahan politik seperti pemekaran wilayah, kesetaraan, pemilihan kepala daerah serta ketidakadilan hukum menjadi penyebab terjadinya konflik saat ini.
Penyebab konflik sosial saat ini sangat kompleks dan dinamis, hal ini dikarenakan pergeseran medan konflik yang muncul.
"Konflik ini akan menyebabkan banyak kerugian. Tidak hanya sarana dan prasarana fisik tetapi juga merusak tatanan kehidupan berbangsa," tandasnya saat ditemui di Jakarta, Senin (2/9/2013).
Salim mengatakan, pada tahun 2012 telah terjadi 2.883 konflik terjadi di Indonesia. Dari jumlah tersebut telah ditandai sebanyak 184 titik kemungkinan terjadinya konflik besar.
Beberapa contoh, lanjut dia, seperti tawuran antar warga dalam pertarungan pilkada di daerah. Selain itu pembakaran kampus atau fasilitas umum yang dilakukan oleh mahasiswa.
"Mereka adalah masyarakat terdidik. Hal ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup dalam menyelesaikan permasalahan konflik," ujar Salim.
Menurutnya, akibat dari konflik tersebut adalah banyaknya korban yang mengalami depresi sosial serta rasa ketidaknyamanan untuk beraktifitas. Dalam hal ini, seharusnya banyak kearifan lokal yang dimiliki para tokoh agama yang dapat dicontoh masyarakat.
Untuk itu, dalam kearifan lokal dan permasalahan sosial seharusnya menjadi tanggung jawab tokoh-tokoh bangsa dan agama khususnya yang ada di daerah. Peran aktif pemangku agama dan adat diharapkan mampu menekan atau bahkan mematikan potensi konflik yang akan muncul.
"Para tokoh di daerah sesungguhnya yang mengetahui apa sebab serta potensi konflik yang terjadi," kata dia.
Sesungguhnya saat ini, bencana sosial, kesenjangan dan ketimpangan sosial dapat dilakukan melalui sistem peringatan dini. Sistem ini dapat memberikan "warning" beberapa saat belum sebelum terjadinya konflik.
Indonesia saat ini rawan konflik, bukan hanya ketimpangan sosial yang berujung isu SARA. Namun, hal ini berkembang menjadi faktor politik.
Penyebab konflik sosial saat ini sangat kompleks dan dinamis, hal ini dikarenakan pergeseran medan konflik yang muncul.
"Konflik ini akan menyebabkan banyak kerugian. Tidak hanya sarana dan prasarana fisik tetapi juga merusak tatanan kehidupan berbangsa," tandasnya saat ditemui di Jakarta, Senin (2/9/2013).
Salim mengatakan, pada tahun 2012 telah terjadi 2.883 konflik terjadi di Indonesia. Dari jumlah tersebut telah ditandai sebanyak 184 titik kemungkinan terjadinya konflik besar.
Beberapa contoh, lanjut dia, seperti tawuran antar warga dalam pertarungan pilkada di daerah. Selain itu pembakaran kampus atau fasilitas umum yang dilakukan oleh mahasiswa.
"Mereka adalah masyarakat terdidik. Hal ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup dalam menyelesaikan permasalahan konflik," ujar Salim.
Menurutnya, akibat dari konflik tersebut adalah banyaknya korban yang mengalami depresi sosial serta rasa ketidaknyamanan untuk beraktifitas. Dalam hal ini, seharusnya banyak kearifan lokal yang dimiliki para tokoh agama yang dapat dicontoh masyarakat.
Untuk itu, dalam kearifan lokal dan permasalahan sosial seharusnya menjadi tanggung jawab tokoh-tokoh bangsa dan agama khususnya yang ada di daerah. Peran aktif pemangku agama dan adat diharapkan mampu menekan atau bahkan mematikan potensi konflik yang akan muncul.
"Para tokoh di daerah sesungguhnya yang mengetahui apa sebab serta potensi konflik yang terjadi," kata dia.
Sesungguhnya saat ini, bencana sosial, kesenjangan dan ketimpangan sosial dapat dilakukan melalui sistem peringatan dini. Sistem ini dapat memberikan "warning" beberapa saat belum sebelum terjadinya konflik.
Indonesia saat ini rawan konflik, bukan hanya ketimpangan sosial yang berujung isu SARA. Namun, hal ini berkembang menjadi faktor politik.
(kri)