Penderita kanker payudara terbanyak di negara berkembang
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (Menag PP dan PA) Linda Amalia Sari Gumelar sekaligus menjadi Pembina Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta mengatakan, pihaknya memberikan bantuan mobil mamografi.
Linda menjelaskan, pemberian bantuan ini bertujuan, untuk memberikan pelayanan pada masyarakat untuk mendukung program nasional deteksi dini kanker payudara dan leher rahim (kanker servik)
Menurut dia, selanjutnya akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum. Selain itu juga mencegah terjadinya stadium di tengah masyarakat yang terinfeksi. "Lakukan antisipasi lebih baik terutama kepada masyarakat yang terkena kanker payudara," kata Linda Gumelar, di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Menurut data yang diperoleh dari rumah sakit di Indonesia, kanker payudara menepati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Selain itu, dari data World Health Organization (WHO) terdapat 7 juta penderita kanker payudara, 5 juta di antaranya terenggut nyawanya.
"Ini dikarenakan mereka mengidap kanker payudara usia lanjut dan kebanyakan mereka berada di negara berkembang," tegasnya.
Anggota Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) mengatakan, pemerintah selaiknya harus melakukan sosialisasi secara terus menerus dan meningkat, terkait dengan cara pemeriksaan kesehatan perempuan secara berkala.
Menurutnya, dalam melakukan pemeriksaan, pemerintah tidak harus menggunakan peralatan canggih dalam mendeteksi kelainan payudara. "Cukup diajarkan sacara manual untuk memeriksa benjolan. Nah apakah ini sudah tersosialisasikan secara nasional?," tandas dia saat dihubungi KORAN SINDO.
Menurut Noriyu, pemerintah cukup memberikan kemudahan yang sederhana, terpenting ialah implementasinya. Selanjutnya, dalam melakukan pencegahan, pemerintah laiknya tidak hanya fokus pada penyembuhan semata, tetapi secara pencegahan dan promosi kesehatan.
"Jika hanya menunggu kanker menjadi parah, hal tersebut tidak akan menurunkan angka kematian perempuan. Periksa sendiri secara manual tidak perlu ke dokter," paparnya.
Linda menjelaskan, pemberian bantuan ini bertujuan, untuk memberikan pelayanan pada masyarakat untuk mendukung program nasional deteksi dini kanker payudara dan leher rahim (kanker servik)
Menurut dia, selanjutnya akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum. Selain itu juga mencegah terjadinya stadium di tengah masyarakat yang terinfeksi. "Lakukan antisipasi lebih baik terutama kepada masyarakat yang terkena kanker payudara," kata Linda Gumelar, di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Menurut data yang diperoleh dari rumah sakit di Indonesia, kanker payudara menepati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Selain itu, dari data World Health Organization (WHO) terdapat 7 juta penderita kanker payudara, 5 juta di antaranya terenggut nyawanya.
"Ini dikarenakan mereka mengidap kanker payudara usia lanjut dan kebanyakan mereka berada di negara berkembang," tegasnya.
Anggota Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) mengatakan, pemerintah selaiknya harus melakukan sosialisasi secara terus menerus dan meningkat, terkait dengan cara pemeriksaan kesehatan perempuan secara berkala.
Menurutnya, dalam melakukan pemeriksaan, pemerintah tidak harus menggunakan peralatan canggih dalam mendeteksi kelainan payudara. "Cukup diajarkan sacara manual untuk memeriksa benjolan. Nah apakah ini sudah tersosialisasikan secara nasional?," tandas dia saat dihubungi KORAN SINDO.
Menurut Noriyu, pemerintah cukup memberikan kemudahan yang sederhana, terpenting ialah implementasinya. Selanjutnya, dalam melakukan pencegahan, pemerintah laiknya tidak hanya fokus pada penyembuhan semata, tetapi secara pencegahan dan promosi kesehatan.
"Jika hanya menunggu kanker menjadi parah, hal tersebut tidak akan menurunkan angka kematian perempuan. Periksa sendiri secara manual tidak perlu ke dokter," paparnya.
(maf)