APKASI: Pemerintah jangan sibuk urus politik
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Isran Noor mengatakan, suhu politik di tahun 2013 dirasakan semakin meningkat. Tahun politik ini dimaknai oleh masyarakat politik maupun awam sebagai masa-masa mempersiapkan diri menghadapi Pemilu 2014.
Namun, lanjut dia, yang memprihatinkan tahun politik ini telah dibarengi pula dengan kondisi perekonomian yang jika tidak diwaspadai akan semakin menyulitkan. Ia berpandangan, bahwa di tahun politik ini yang tampak terlihat justru pemimpin dan tokoh yang sibuk mengurus kepentingan politiknya dan seolah abai pada persoalan ekonomi rakyat.
Ditambahkannya, citra yang mengemuka justru politisasi kinerja, padahal semestinya yang masih memegang amanah tetap bertanggung jawab dan tetap bekerja keras menyelesaikan tugasnya.
"Ditengah euforia 2014, ekonomi kita dalam posisi lampu kuning, saya kira siapapun, termasuk pemerintah perlu mengembalikan kepercayaan, caranya dengan memberi arah pada tahun politik ini ke hal yang lebih substantif, yakni menciptakan optimisme ditengah kompetisi politik yang terbuka, fair, seperti bagaimana pasar bekerja," ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (21/8/2013).
Karena itu, kata dia, elite politik harus memperlihatkan persatuan, semua pihak bekerja dan mendorong kepemimpinan gagasan atas solusi kebangsaan kerakyatan yang dibutuhkan rakyat saat ini.
"Meski sah-sah saja, namun kiranya kurang elok jika semua sibuk mengejar popularitas ditengah pelemahan rupiah yang semakin mengkhawatirkan, dan defisitnya neraca perdangangan yang kian suram," imbuhnya.
Meski agenda penting pada tahun 2014 mendatang adalah memilih pemimpin negara ini, sambung dia, jangan serta merta melupakan capaian pembangunan yang sudah ditetapkan sebelumnya, seperti swasembada beras, swasembada daging dan swasembada gula.
"Karenanya, hemat saya tahun politik ini harus dimaknai sebagai tahun gotong royong, spirit memperbaiki keadaan dan menemukan pemimpin yang mengerti amanat penderitaan rakyat," pungkasnya.
Namun, lanjut dia, yang memprihatinkan tahun politik ini telah dibarengi pula dengan kondisi perekonomian yang jika tidak diwaspadai akan semakin menyulitkan. Ia berpandangan, bahwa di tahun politik ini yang tampak terlihat justru pemimpin dan tokoh yang sibuk mengurus kepentingan politiknya dan seolah abai pada persoalan ekonomi rakyat.
Ditambahkannya, citra yang mengemuka justru politisasi kinerja, padahal semestinya yang masih memegang amanah tetap bertanggung jawab dan tetap bekerja keras menyelesaikan tugasnya.
"Ditengah euforia 2014, ekonomi kita dalam posisi lampu kuning, saya kira siapapun, termasuk pemerintah perlu mengembalikan kepercayaan, caranya dengan memberi arah pada tahun politik ini ke hal yang lebih substantif, yakni menciptakan optimisme ditengah kompetisi politik yang terbuka, fair, seperti bagaimana pasar bekerja," ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (21/8/2013).
Karena itu, kata dia, elite politik harus memperlihatkan persatuan, semua pihak bekerja dan mendorong kepemimpinan gagasan atas solusi kebangsaan kerakyatan yang dibutuhkan rakyat saat ini.
"Meski sah-sah saja, namun kiranya kurang elok jika semua sibuk mengejar popularitas ditengah pelemahan rupiah yang semakin mengkhawatirkan, dan defisitnya neraca perdangangan yang kian suram," imbuhnya.
Meski agenda penting pada tahun 2014 mendatang adalah memilih pemimpin negara ini, sambung dia, jangan serta merta melupakan capaian pembangunan yang sudah ditetapkan sebelumnya, seperti swasembada beras, swasembada daging dan swasembada gula.
"Karenanya, hemat saya tahun politik ini harus dimaknai sebagai tahun gotong royong, spirit memperbaiki keadaan dan menemukan pemimpin yang mengerti amanat penderitaan rakyat," pungkasnya.
(kri)