Rektor ITB angkat bicara soal Rudi Rubiandini
A
A
A
Sindonews.com - Rudi Rubiandini, mantan kepala SKK Migas yang dijadikan tersangka kasus suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat orang-orang terdekat terhenyak. Pasalnya Rudi memiliki sederet prestasi saat berada di lingkungan akademisi.
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengakui hal tersebut. Dia bertutur, Rudi memiliki karir yang positif dan menanjak saat menjadi staf pengajar di kampus yang telah memiliki standar akreditasi internasional ini.
"Prestasi-prestasi yang bersangkutan yang paling menonjol sudah jadi guru besar dalam usia relatif muda. Saya kira itu sebuah prestasi," kata Rektor ITB Akhmaloka di Gedung Rektorat ITB, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/8/2013).
Namun Akhmaloka tidak tahu persis di usia berapa Rudi jadi guru besar. "Saat itu usianya 40-an, belum mencapai 50 tahun. Beliau jadi guru besar cukup lama, 5 tahun lebih," jelasnya.
Karir Rudi sebagai guru besar terhenti karena pada 2010 ia ditugaskan di BP Migas. Kemudian menjadi wakil menteri ESDM dan terakhir menjabat kepala SKK Migas.
Setelah tidak lagi jadi guru besar dan pengajar, Rudi tidak lagi aktif di ITB. Tapi ia sesekali masih datang ke sana. Misalnya saat Ramadan lalu, ia datang karena diundang mahasiswa untuk jadi pembicara di hadapan mahasiswa baru.
Meski sudah jadi pejabat, Rudi dikenal di kalangan ITB sebagai sosok yang ramah. "Kalau di-SMS juga suka membalas. Dia pribadi yang baik," ucap Akhmaloka.
Hal itu yang kemudian membuat seluruh civitas akademika ITB kaget dengan kasus yang menimpa Rudi. Sosok Rudi pun jadi perbincangan hangat di kalangan keluarga besar dan alumni ITB.
Selain jadi guru besar di usia muda, ada prestasi lain yang cukup menonjol. Rudi pernah jadi dosen teladan ITB pada tahun 1990-an. Rudi saat itu aktif sebagai dosen di Fakultas Pertambangan dan Perminyakan ITB.
"Beliau sangat profesional dan teladan betuk. Tahun 1990-an beliau jadi dosen teladan (peringkat) ketiga. Kalau tidak salah tahun 1994," ungkap Akhmaloka.
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengakui hal tersebut. Dia bertutur, Rudi memiliki karir yang positif dan menanjak saat menjadi staf pengajar di kampus yang telah memiliki standar akreditasi internasional ini.
"Prestasi-prestasi yang bersangkutan yang paling menonjol sudah jadi guru besar dalam usia relatif muda. Saya kira itu sebuah prestasi," kata Rektor ITB Akhmaloka di Gedung Rektorat ITB, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/8/2013).
Namun Akhmaloka tidak tahu persis di usia berapa Rudi jadi guru besar. "Saat itu usianya 40-an, belum mencapai 50 tahun. Beliau jadi guru besar cukup lama, 5 tahun lebih," jelasnya.
Karir Rudi sebagai guru besar terhenti karena pada 2010 ia ditugaskan di BP Migas. Kemudian menjadi wakil menteri ESDM dan terakhir menjabat kepala SKK Migas.
Setelah tidak lagi jadi guru besar dan pengajar, Rudi tidak lagi aktif di ITB. Tapi ia sesekali masih datang ke sana. Misalnya saat Ramadan lalu, ia datang karena diundang mahasiswa untuk jadi pembicara di hadapan mahasiswa baru.
Meski sudah jadi pejabat, Rudi dikenal di kalangan ITB sebagai sosok yang ramah. "Kalau di-SMS juga suka membalas. Dia pribadi yang baik," ucap Akhmaloka.
Hal itu yang kemudian membuat seluruh civitas akademika ITB kaget dengan kasus yang menimpa Rudi. Sosok Rudi pun jadi perbincangan hangat di kalangan keluarga besar dan alumni ITB.
Selain jadi guru besar di usia muda, ada prestasi lain yang cukup menonjol. Rudi pernah jadi dosen teladan ITB pada tahun 1990-an. Rudi saat itu aktif sebagai dosen di Fakultas Pertambangan dan Perminyakan ITB.
"Beliau sangat profesional dan teladan betuk. Tahun 1990-an beliau jadi dosen teladan (peringkat) ketiga. Kalau tidak salah tahun 1994," ungkap Akhmaloka.
(hyk)