Jumhur: Orang Sunda saatnya tampil jadi pemimpin nasional
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Jumhur Hidayat, membenarkan jika orang Sunda sangat sedikit yang jadi pemimpin di level nasional. Padahal, orang Sunda punya sejarah bagus dalam segi kepemimpinan.
"Orang Sunda mungkin tidak banyak yang pernah tampil, kan (terakhir) Umar Wirahadikusumah (Wapres tahun 1983-1988). Itu 30 tahun yang lalu," ujar Jumhur saat ditemui di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Kota Bandunf, Jawa Barat, Senin (5/8/2013).
Setelah Umar Wirahadikusumah, belum ada lagi pemimpin nasional yang berasal dari orang Sunda. Ada hal yang menurutnya harus diubah agar orang Sunda bisa jadi pemimpin nasional lagi.
Selama ini, orang Sunda sangat lekat dengan budaya 'mangga ti payun' atau silahkan duluan. Mereka biasanya lebih dulu memberi kesempatan kepada orang lain dalam banyak hal termasuk soal kepemimpinan.
Budaya 'mangga ti payun' itu menurutnya harus diubah, khususnya dalam kancah kepemimpinan nasional. "Budaya 'mangga ti payun' itu harus diganti dengan 'punten kapayunan' (maaf saya duluan-red)," tegasnya.
Hal itu harus dimiliki agar orang Sunda punya 'taring' dan tampil dalam kepemimpinan nasional. "Orang Sunda tuh harus begitu. Kalau tidak, tidak kelihatan sumbangannya (untuk negeri ini)," ucapnya.
Jumhur menyatakan, 'punten kapayunan' bukan berarti orang Sunda harus jadi pemimpin negara. "Tapi (artinya) saya ingin menunjukkan sumbangsih, sumbangan dari kekayaan kultural Sunda dalam leadership nasional," tuturnya.
Orang Sunda, menurutnya jangan dipaksakan untuk tampil dan jadi pemimpin nasional. "Tapi orang Sunda jangan merasa rendah diri juga, tidak boleh. Jadi jangan dipaksakan, jangan rendah diri juga," tegasnya.
Orang Sunda, harus menunjukkan diri sebagai bagian dari subkultur nasional yang punya sejarah gemilang. Ia pun mengajak orang Sunda berkaca pada kerajaan Siliwangi yang pernah ada di Jawa Barat. Selama berdiri, kerajaan Siliwangi tidak pernah dikalahkan kerajaan lain atau musuhnya. "Siliwangi itu tidak pernah dikalahkan," katanya.
Berkaca dari sejarah, orang Sunda punya karakter sebagai pemimpin. "Jadi ada sejarahnya orang Sunda itu gagah. Kalau sekarang tidak gagah, itu harus dipertanyakan," pungkas Jumhur.
"Orang Sunda mungkin tidak banyak yang pernah tampil, kan (terakhir) Umar Wirahadikusumah (Wapres tahun 1983-1988). Itu 30 tahun yang lalu," ujar Jumhur saat ditemui di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Kota Bandunf, Jawa Barat, Senin (5/8/2013).
Setelah Umar Wirahadikusumah, belum ada lagi pemimpin nasional yang berasal dari orang Sunda. Ada hal yang menurutnya harus diubah agar orang Sunda bisa jadi pemimpin nasional lagi.
Selama ini, orang Sunda sangat lekat dengan budaya 'mangga ti payun' atau silahkan duluan. Mereka biasanya lebih dulu memberi kesempatan kepada orang lain dalam banyak hal termasuk soal kepemimpinan.
Budaya 'mangga ti payun' itu menurutnya harus diubah, khususnya dalam kancah kepemimpinan nasional. "Budaya 'mangga ti payun' itu harus diganti dengan 'punten kapayunan' (maaf saya duluan-red)," tegasnya.
Hal itu harus dimiliki agar orang Sunda punya 'taring' dan tampil dalam kepemimpinan nasional. "Orang Sunda tuh harus begitu. Kalau tidak, tidak kelihatan sumbangannya (untuk negeri ini)," ucapnya.
Jumhur menyatakan, 'punten kapayunan' bukan berarti orang Sunda harus jadi pemimpin negara. "Tapi (artinya) saya ingin menunjukkan sumbangsih, sumbangan dari kekayaan kultural Sunda dalam leadership nasional," tuturnya.
Orang Sunda, menurutnya jangan dipaksakan untuk tampil dan jadi pemimpin nasional. "Tapi orang Sunda jangan merasa rendah diri juga, tidak boleh. Jadi jangan dipaksakan, jangan rendah diri juga," tegasnya.
Orang Sunda, harus menunjukkan diri sebagai bagian dari subkultur nasional yang punya sejarah gemilang. Ia pun mengajak orang Sunda berkaca pada kerajaan Siliwangi yang pernah ada di Jawa Barat. Selama berdiri, kerajaan Siliwangi tidak pernah dikalahkan kerajaan lain atau musuhnya. "Siliwangi itu tidak pernah dikalahkan," katanya.
Berkaca dari sejarah, orang Sunda punya karakter sebagai pemimpin. "Jadi ada sejarahnya orang Sunda itu gagah. Kalau sekarang tidak gagah, itu harus dipertanyakan," pungkas Jumhur.
(kri)