Lika-liku Rhoma Irama hingga mantap jadi capres
A
A
A
Sindonews.com - Rhoma Irama akan dicalonkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai capres pada Pemilu 2014. Tekad untuk maju sebagai capres menurutnya butuh perjalanan panjang. Seperti apa lika-liku Rhoma hingga akhirnya mantap mencalonkan diri?
Pada 2004, ia mengaku pernah didatangi ulama dan elite politik yang ingin mengusungnya sebagai capres. Mereka berpandangan Rhoma punya visi-misi, elektabilitas, kredibilitas, termasuk popularitas untuk jadi capres.
Ulama dan elite politik yang saat itu ingin mengusungnya menyebut Rhoma pantas karena selama ini punya visi-misi yang jelas melalui syair lagunya. Sebelum dunia internasional mengajak untuk menghormati hak azasi manusia (HAM), Rhoma sudah melakukannya melalui lagu HAM.
"Kedua, sebelum dunia internasional mengajak memberantas korupsi dan KPK dibentuk di Indonesia, pada 1982 katanya anda (Rhoma) sudah melakukannya melalui lagu 'Indonesia'," kata Rhoma di Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/7/2013) malam.
Ketiga, menurutnya para ulama dan elite politik saat itu memandang dirinya punya komitmen untuk membangun moral bangsa. Itu terlihat lewat lagu seperti 'Judi' dan 'Miras Santika'.
Tapi, ia mengaku menolak dengan alasan jadi presiden punya tanggung jawab yang besar kepada rakyat dan Allah SWT. "Enakan jadi Raja Dangdut," kelakarnya.
Pada 2009, Rhoma mengaku kembali ditawari untuk manggung di pentas pemilu. Saat itu ia didatangi tim kampanye salah satu kandidat untuk melamarnya jadi cawapres. Tapi ia kembali menolaknya. "2004 saja saya ditawarin jadi capres saya tolak, apalagi jadi cawapres," ungkapnya.
Lalu pada 2012, Rhoma mengaku kembali didukung para ulama untuk maju pada Pemilu 2014. "Bedanya dulu saya menolak. Tapi kali in saya terpanggil untuk memperbaiki bangsa ini," cetusnya.
Alasannya, ia melihat bangsa ini semakin jauh dari nilai-nilai ketuhanan, persatuan, musyawarah untuk mufakat, hingga keadilan sosial. Itu terlihat dari tidak adanya satu hari pun di media yang dihiasi hujat-menghujat dan caci-maki, serta fitnah antar elite politik.
"Tidak ada satu hari berlalu tanpa anarkisme yang dilakukan berbagai komponen bangsa. Tidak ada satu hari pun tanpa konflik horizontal, ribut antar agama, antar mahasiswa, antar umat beragama saling bunuh, tingkat kriminalitas makin banyak, sampai kejahatan kerah putih," paparnya.
Rhoma lalu menyanggupi permintaan para ulama saat itu. Tapi ada satu syarat, ia bersedia maju jika dukungan ulama di Indonesia makin banyak dan ada parpol yang mau mengusungnya jadi capres, ia akan maju.
"Tapi pada 2 April (2013) datang Cak Imin (Ketum PKB, Muhaimin Iskandar) dengan teman-teman dari PKB. Kita punya komitmen bersama. Saya sudah teken kontrak dengan PKB, PKB akan mencalonkan Rhoma Irama sebagai capres pada 2014," tandas Rhoma.
Pada 2004, ia mengaku pernah didatangi ulama dan elite politik yang ingin mengusungnya sebagai capres. Mereka berpandangan Rhoma punya visi-misi, elektabilitas, kredibilitas, termasuk popularitas untuk jadi capres.
Ulama dan elite politik yang saat itu ingin mengusungnya menyebut Rhoma pantas karena selama ini punya visi-misi yang jelas melalui syair lagunya. Sebelum dunia internasional mengajak untuk menghormati hak azasi manusia (HAM), Rhoma sudah melakukannya melalui lagu HAM.
"Kedua, sebelum dunia internasional mengajak memberantas korupsi dan KPK dibentuk di Indonesia, pada 1982 katanya anda (Rhoma) sudah melakukannya melalui lagu 'Indonesia'," kata Rhoma di Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/7/2013) malam.
Ketiga, menurutnya para ulama dan elite politik saat itu memandang dirinya punya komitmen untuk membangun moral bangsa. Itu terlihat lewat lagu seperti 'Judi' dan 'Miras Santika'.
Tapi, ia mengaku menolak dengan alasan jadi presiden punya tanggung jawab yang besar kepada rakyat dan Allah SWT. "Enakan jadi Raja Dangdut," kelakarnya.
Pada 2009, Rhoma mengaku kembali ditawari untuk manggung di pentas pemilu. Saat itu ia didatangi tim kampanye salah satu kandidat untuk melamarnya jadi cawapres. Tapi ia kembali menolaknya. "2004 saja saya ditawarin jadi capres saya tolak, apalagi jadi cawapres," ungkapnya.
Lalu pada 2012, Rhoma mengaku kembali didukung para ulama untuk maju pada Pemilu 2014. "Bedanya dulu saya menolak. Tapi kali in saya terpanggil untuk memperbaiki bangsa ini," cetusnya.
Alasannya, ia melihat bangsa ini semakin jauh dari nilai-nilai ketuhanan, persatuan, musyawarah untuk mufakat, hingga keadilan sosial. Itu terlihat dari tidak adanya satu hari pun di media yang dihiasi hujat-menghujat dan caci-maki, serta fitnah antar elite politik.
"Tidak ada satu hari berlalu tanpa anarkisme yang dilakukan berbagai komponen bangsa. Tidak ada satu hari pun tanpa konflik horizontal, ribut antar agama, antar mahasiswa, antar umat beragama saling bunuh, tingkat kriminalitas makin banyak, sampai kejahatan kerah putih," paparnya.
Rhoma lalu menyanggupi permintaan para ulama saat itu. Tapi ada satu syarat, ia bersedia maju jika dukungan ulama di Indonesia makin banyak dan ada parpol yang mau mengusungnya jadi capres, ia akan maju.
"Tapi pada 2 April (2013) datang Cak Imin (Ketum PKB, Muhaimin Iskandar) dengan teman-teman dari PKB. Kita punya komitmen bersama. Saya sudah teken kontrak dengan PKB, PKB akan mencalonkan Rhoma Irama sebagai capres pada 2014," tandas Rhoma.
(kri)