Keserasian sosial cermin budaya Pancasila
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Sosial (Kemensos) menjembatani terciptanya hidup dalam keserasian sosial setara, adil, terjalin persaudaraan tanpa terjebak dikotomi mayoritas-minoritas.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, negara wajib memberikan perlindungan dan jaminan rasa aman bagi warga untuk berinteraksi dalam menjalani kehidupan sesuai amanat konstitusi.
Menurut dia, Kemensos memiliki pengalaman dalam mengatasi konflik sosial di Ambon dan Poso, salah satu formula di tempat tersebut adalah dengan mengendepankan dialog serta nilai-nilai kearifan lokal pela gandong di Ambon dan sintuwu maroso di Poso.
“Nilai-nilai kearifan lokal, mampu menciptakan suasana kondusif, aman, rukun, saling percaya, saling berkomunikasi serta saling menjaga," tandasnya saat ditemui di Kantor Kemensos, Sabtu (20/7/2013).
Menurut Salim, dalam negara ini masih terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipertahankan. Hal dijadikan dasar dalam mewujudkan keserasian sosial bagi setiap aktifitas warga.
“Konflik sosial dan permasalahan bisa didekati melalui adat dan kharismatik ketokohan masyarakat setempat,” ujarnya.
Lanjut dia, hal ini dikarenakan tidak lain karena masih melekatnya pilar-pilar kebangsaan melalui semangat Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Tidak hanya itu, unsur-unsur tarian adat dalam prosesi menerima tamu, menjadi tanda nyata semangat kebangsaan masih ada dan kuat, seperti bendera merah putih dan lagu kebangsaan,” ucap Mensos.
Saat ini, berbagai pertikaian antarwarga belum mampu diselesaikan secara tuntas. Sebab, berbagai persoalan yang menjadi alat penyelesaiannya tumpul termasuk melalui pendekatan hukum positif.
Oleh karena itu, ada ruang yang tidak bisa diselesaikan berdasarkan hukum negara, termasuk niat pelaku penyelesaian yang setengah-setengah dan terindikasi ada ketakutan. Penyelesaian konflik sosial sering dibiarkan selesai secara alami, walaupun menyisakan api dalam sekam yang suatu saat bisa meledak.
Pengalaman penanganan konflik di atas, sebagai hasil dari evaluasi perjalanan Safari Bakti Kesetikawanan Sosial (SBKS) yang berlangsung bulan Juni kemarin.
“Sebuah potret menggembirakan dari pergerakan kapal kemanusian yang digagas Kemensos, telah membawa pesan masa depan Indonesia yang majemuk atau pluralitas masih terjaga dengan baik," tegasnya.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, negara wajib memberikan perlindungan dan jaminan rasa aman bagi warga untuk berinteraksi dalam menjalani kehidupan sesuai amanat konstitusi.
Menurut dia, Kemensos memiliki pengalaman dalam mengatasi konflik sosial di Ambon dan Poso, salah satu formula di tempat tersebut adalah dengan mengendepankan dialog serta nilai-nilai kearifan lokal pela gandong di Ambon dan sintuwu maroso di Poso.
“Nilai-nilai kearifan lokal, mampu menciptakan suasana kondusif, aman, rukun, saling percaya, saling berkomunikasi serta saling menjaga," tandasnya saat ditemui di Kantor Kemensos, Sabtu (20/7/2013).
Menurut Salim, dalam negara ini masih terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipertahankan. Hal dijadikan dasar dalam mewujudkan keserasian sosial bagi setiap aktifitas warga.
“Konflik sosial dan permasalahan bisa didekati melalui adat dan kharismatik ketokohan masyarakat setempat,” ujarnya.
Lanjut dia, hal ini dikarenakan tidak lain karena masih melekatnya pilar-pilar kebangsaan melalui semangat Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Tidak hanya itu, unsur-unsur tarian adat dalam prosesi menerima tamu, menjadi tanda nyata semangat kebangsaan masih ada dan kuat, seperti bendera merah putih dan lagu kebangsaan,” ucap Mensos.
Saat ini, berbagai pertikaian antarwarga belum mampu diselesaikan secara tuntas. Sebab, berbagai persoalan yang menjadi alat penyelesaiannya tumpul termasuk melalui pendekatan hukum positif.
Oleh karena itu, ada ruang yang tidak bisa diselesaikan berdasarkan hukum negara, termasuk niat pelaku penyelesaian yang setengah-setengah dan terindikasi ada ketakutan. Penyelesaian konflik sosial sering dibiarkan selesai secara alami, walaupun menyisakan api dalam sekam yang suatu saat bisa meledak.
Pengalaman penanganan konflik di atas, sebagai hasil dari evaluasi perjalanan Safari Bakti Kesetikawanan Sosial (SBKS) yang berlangsung bulan Juni kemarin.
“Sebuah potret menggembirakan dari pergerakan kapal kemanusian yang digagas Kemensos, telah membawa pesan masa depan Indonesia yang majemuk atau pluralitas masih terjaga dengan baik," tegasnya.
(lal)