Indikator kerusakan hutan bisa diketahui lewat kupu-kupu

Rabu, 10 Juli 2013 - 05:43 WIB
Indikator kerusakan...
Indikator kerusakan hutan bisa diketahui lewat kupu-kupu
A A A
Sindonews.com - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA UNY, melakukan penelitian struktur komunitas kupu-kupu (Lepidoptera), yang ada di Kawasan Gunung Api Purba Nglanngeran, Gunung Kidul.

Ketua tim Dian Rahmawati mengatakan, penelitian tersebut guna mengetahui indikator kerusakan hutan di daerah tersebut. Menurutnya, salah satu indikator untuk menentukan suatu kawasan hutan atau gunung tercemar dengan menggunakan bio indikator.

Struktur komunitas lepidotera dapat digunakan untuk mengetahui seberapa parah kerusakan hutan. ”Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain,” kata Dian, di Gunung Api Purba Nglanngeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa (9/7/2013).

Karena sifatnya yang demikian, kupu-kupu menjadi salah satu serangga yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. Makin tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan tersebut masih baik.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, ditemukan 35 jenis (spesies) yang dari 3 famili, Papilionidae, Pieridae dan Nymphalidae. Dari famili Papilionidae memiliki persentase sebanyak 23 persen spesies.

Sedangkan dari famili Pieridae memiliki persentase sebanyak 28 pesies dan 45 persen dari famili Nymphalidae. ”Temuan tersebut menandakan kawasan gunung api purba masih dalam kondisi terjaga dan belum tercemar,” jelasnya.

Guna mengetahui komposisi jenis kupu-kupu yang ada, metode pengambilan sampel dengan melakukan purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan mulai dari jam sembilan hingga 15.00 WIB. Kemudian sampel kupu-kupu didapatkan dengan menggunakan jaring serangga.

Dian menjelaskan, komponen fisik habitat kupu-kupu yang diukur dan diamati berdasarkan ketinggian tempat dengan menggunakan altimeter. Selain itu, dilakukan juga pengukuran melalui berdasarkan suhu udara harian dan kelembaban udara relatif (iklim mikro) dengan menggunakan termometer, hygrometer, pH tanah dan kecepatan.

Dian mengatakan, jenis penelitian yang digunakan oleh tim tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) UNY menggunakan observasi dengan mengamati langsung kondisi abiotik dan biotik suatu kawasan. Selain Dian, terdapat sejumlah mahasiswa lain yang dilibatkan.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1083 seconds (0.1#10.140)