Dampak naikkan harga BBM, SBY dihujat di twitter
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Komisi III DPR RI, Eva Kusuma Sundari menilai wajar jika masyarakat memberikan hujatan atau bully kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui akun twitter pribadinya @SBYudhoyono.
"Itu risiko yang harus diterima semua orang yang masuk ke free land twitter," kata Eva saat dihubungi Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Eva berpendapat, dalam dunia maya seperti twitter maka setiap individu bebas menyampaikan pendapatnya, baik yang positif maupun negatif. "Karena memang bebas dari aturan, maka orang bisa menulis apa saja mulai pujian maupun makian."
"Kita tentu ingat pepatah makin tinggi pohon makin keras anginnya, maka wajar jika Pak SBY mendapat bullying karena keputusan soal BBM tergolong tidak populer," sambungya.
Ia pun menyarankan agar presiden sebagai kepala negara bisa mengambil nilai positif dari hujatan yang disampaikan masyarakat kepadanya. Pasalnya, di era demokrasi maka masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya melalui media apa pun.
"Ini risiko mempunyai demokrasi, akuntabilitas, transparansi. Semoga interaksi dengan para followers bisa dapat insight dari publik dan bisa mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik yang mau diputuskannya," tuntasnya.
Sebelumnya, Presiden SBY mendapat bullying dari masyarakat Indonesia melalui yang disampaikan melalui akun twitternya. Hujatan itu dilayangkan karena kepala negara mewacanakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Itu risiko yang harus diterima semua orang yang masuk ke free land twitter," kata Eva saat dihubungi Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Eva berpendapat, dalam dunia maya seperti twitter maka setiap individu bebas menyampaikan pendapatnya, baik yang positif maupun negatif. "Karena memang bebas dari aturan, maka orang bisa menulis apa saja mulai pujian maupun makian."
"Kita tentu ingat pepatah makin tinggi pohon makin keras anginnya, maka wajar jika Pak SBY mendapat bullying karena keputusan soal BBM tergolong tidak populer," sambungya.
Ia pun menyarankan agar presiden sebagai kepala negara bisa mengambil nilai positif dari hujatan yang disampaikan masyarakat kepadanya. Pasalnya, di era demokrasi maka masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya melalui media apa pun.
"Ini risiko mempunyai demokrasi, akuntabilitas, transparansi. Semoga interaksi dengan para followers bisa dapat insight dari publik dan bisa mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik yang mau diputuskannya," tuntasnya.
Sebelumnya, Presiden SBY mendapat bullying dari masyarakat Indonesia melalui yang disampaikan melalui akun twitternya. Hujatan itu dilayangkan karena kepala negara mewacanakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
(kri)