BKKBN kampanyekan kontrasepsi jangka panjang

Rabu, 19 Juni 2013 - 19:36 WIB
BKKBN kampanyekan kontrasepsi...
BKKBN kampanyekan kontrasepsi jangka panjang
A A A
Sindonews.com - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mulai melihat efektivitas alat kontrasepsi implant satu batang, dibandingan alat kontrasepsi jangka panjang lainnya, seperti IUD atau spiral.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN dr Julianto Witjaksono mengatakan, kontrasepsi berbentuk batang berukuran kurang dari tiga centimeter itu hanya dimasukan ke dalam lapisan kulit di bagian lengan.

“Ini adalah salah satu metode kontrasepsi efektif jangka panjang, implant efektif mencegah kehamilan selama kurang lebih 3 tahun,” ungkap Julianto, dalam rilisnya, Rabu (18/6/2013).

Ditambahkan dia, implant adalah alat kontrasepsi yang ada sejak tahun 1967. Alat ini berbentuk seperti korek api, di dalamnya mengandung hormone progestin. Pada tahun 1983, implant pertama kali dipasarkan ke tanah air, terdiri dari dari enam batang.

Pada 2000, generasi baru muncul, yakni hanya terdiri dari satu batang. Namun, harganya saat itu tergolong mahal. Pada awal 2010, implan satu batang mulai dilirik karena harganya lebih terjangkau.

Saat ini, BKKBN tengah melakukan sinkronisasi program pencapaian pembangunan milenium (MDGs) MDGs dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2014 lewat program Keluarga Berencana (KB). BKKBN menilai, alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek, dan kerap gagal.

Kini hanya tersisah dua pilihan alat kontrasepsi jangka panjang, yakni implant dan IUD. Namun belakangan, IUD mempunyai kelemahan, yakni kerap terjadi perubahan lokasi atau translokasi atau keluar dari rahim. Akibatnya, walaupun peserta KB memakai IUD, kerap terjadi kehamilan.

"Karena itu implan satu batang cocok untuk kontrasepsi jangka panjang, ini lebih efektif. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD,” ungkap Julianto.

Lebih jauh, dia menjelaskan, jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya.

Sebelumnya, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Dr Sudibyo Alimoeso menegaskan, penggunaan kontrasepsi belum mampu menekan laju pertumbuhan penduduk.

Dalam 10 tahun terakhir, TFR (total fertility rate) masih stagnan sebesar 2,6, atau pasangan suami-istri di Indonesia rata-rata memiliki hampir tiga anak. Padahal, lembaga ini menargetkan TFR dapat ditekan jadi 2,1.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7117 seconds (0.1#10.140)