Era digital turut membantu politikus berkampanye
A
A
A
Sindonews.com - Dunia perpolitikan saat ini dituntut mampu menangkap potensi era digital dalam melakukan komunikasi politik kepada masyarakat. Para politikus atau aktor politik di Indonesia kini harus mampu membidik sosial media seperti facebook dan twitter dalam kampanye politik.
Hal itu dikatakan penulis buku Political Branding and Public Relation, Silih Agung Wasesa. Menurutnya, di era penggunaan sosial media, dalam pencitraan politik akan memberikan kemungkinan adanya kampanye politik tidak lagi memerlukan kerumunan orang.
"Ketika era digital sudah diterapkan secara total oleh para aktor politik, akan ada suatu masa, di mana proses kampanye politik maupun pemilihan eksekutif maupun legislatif benar-benar digital dan terpantau secara real time online," ucap Silih Agung kepada wartawan, di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (6/6/2013).
Silih mengatakan, kampanye melalui sosial media justru hanya diperlukan sebuah perangkat seperti laptop atau smart phone untuk dapat memantau politik dan kebiasaan pemilih. "Sosial media memiliki posisi strategis untuk digunakan dalam proses kampanye politik," pungkasnya.
Sebelumnya, masyarakat dinilai mulai ragu dengan perkembangan politik di Indonesia yang didominasi elite politik dan membuat situasi tidak terkendali. Mereka juga melihat, kasus korupsi di tanah air semakin jauh dalam membangun kesejahteraan rakyat.
"Gambaran wajah politik kotor dalam kubangan korupsi menjadikan makin jauh dari amanah berpolitik untuk negara dan kesejahteraan. Melihat politik 2012 adalah merekam peristiwa politik mirip bayi sungsang dari rahim ibunya yakni berpolitik yang salah tempat," ucap pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Soegeng Sarjadi, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 18 Desember 2012.
Hal itu dikatakan penulis buku Political Branding and Public Relation, Silih Agung Wasesa. Menurutnya, di era penggunaan sosial media, dalam pencitraan politik akan memberikan kemungkinan adanya kampanye politik tidak lagi memerlukan kerumunan orang.
"Ketika era digital sudah diterapkan secara total oleh para aktor politik, akan ada suatu masa, di mana proses kampanye politik maupun pemilihan eksekutif maupun legislatif benar-benar digital dan terpantau secara real time online," ucap Silih Agung kepada wartawan, di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (6/6/2013).
Silih mengatakan, kampanye melalui sosial media justru hanya diperlukan sebuah perangkat seperti laptop atau smart phone untuk dapat memantau politik dan kebiasaan pemilih. "Sosial media memiliki posisi strategis untuk digunakan dalam proses kampanye politik," pungkasnya.
Sebelumnya, masyarakat dinilai mulai ragu dengan perkembangan politik di Indonesia yang didominasi elite politik dan membuat situasi tidak terkendali. Mereka juga melihat, kasus korupsi di tanah air semakin jauh dalam membangun kesejahteraan rakyat.
"Gambaran wajah politik kotor dalam kubangan korupsi menjadikan makin jauh dari amanah berpolitik untuk negara dan kesejahteraan. Melihat politik 2012 adalah merekam peristiwa politik mirip bayi sungsang dari rahim ibunya yakni berpolitik yang salah tempat," ucap pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Soegeng Sarjadi, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 18 Desember 2012.
(maf)