Mensos: Pengidap HIV/AIDS mengkhawatirkan
A
A
A
Sindonews.com - Berdasarkan faktor risiko, penularan HIV/AIDS paling banyak tertular pada pengguna Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) jarum suntik 60 persen, heteroseksual 30 persen, perinatal dan anak 10 persen
Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Aljufri mengatakan hal tersebut. Katanya, Indonesia sudah memasuki gawat darurat HIV/AIDS terutama pada dampak dari perilaku yang mengenjala sera bertambahnya pengidap HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), perilaku seks bebas atau seks menyimpang tanpa alat pengaman juga menjadi faktor resiko. Karena tanpa pengaman sangat berisiko terinfeksi penyakit dan infeksi menular seksual.
"Jika data dikalikan sepuluh saja, maka Indonesia sudah darurat HIV/AIDS. Mereka menghukum dirinya, dalam keterkucilan hidup di dunianya sendiri, dunia kedua," katanya di Jakarta, Minggu (2/6/2013).
Lanjut dia, lokasi transaksi seksual di kawasan Bekasi Jawa Barat terdapat 13 tempat, misalnya, tenda biru, pulau nyamuk, kedaung, CNI, pasar seng, dan tanah merah.
Selain itu, terdapat 400 panti pijat melakukan transaksi seksual dan lebih dari 700 kafe dan karaoke plus yang menyediakan pemuas syahwat.
"Banyak korban mati sia-sia karena HIV/AIDS. Kami peduli terhadap masalah ini. Risiko kematian dekat, jadi selama masih ada waktu masih bisa berubah dan menjalani hidup sehat," ujarnya.
Data kumulatif yang dimiliki Kemensos kasus HIV/AIDS di Jawa Barat pada tahun 1989–2012 menunjukkan 4.723 orang pengidap AIDS, 2.733 pengidap HIV positif.
Bukan hanya itu, berdasar jenis kelamin 3.420 AIDS pada lelaki, dan 1.727 HIV. Sedangkan pada perempuan 1.292 pengidap AIDS, dan pengidap 794 HIV.
Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Aljufri mengatakan hal tersebut. Katanya, Indonesia sudah memasuki gawat darurat HIV/AIDS terutama pada dampak dari perilaku yang mengenjala sera bertambahnya pengidap HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), perilaku seks bebas atau seks menyimpang tanpa alat pengaman juga menjadi faktor resiko. Karena tanpa pengaman sangat berisiko terinfeksi penyakit dan infeksi menular seksual.
"Jika data dikalikan sepuluh saja, maka Indonesia sudah darurat HIV/AIDS. Mereka menghukum dirinya, dalam keterkucilan hidup di dunianya sendiri, dunia kedua," katanya di Jakarta, Minggu (2/6/2013).
Lanjut dia, lokasi transaksi seksual di kawasan Bekasi Jawa Barat terdapat 13 tempat, misalnya, tenda biru, pulau nyamuk, kedaung, CNI, pasar seng, dan tanah merah.
Selain itu, terdapat 400 panti pijat melakukan transaksi seksual dan lebih dari 700 kafe dan karaoke plus yang menyediakan pemuas syahwat.
"Banyak korban mati sia-sia karena HIV/AIDS. Kami peduli terhadap masalah ini. Risiko kematian dekat, jadi selama masih ada waktu masih bisa berubah dan menjalani hidup sehat," ujarnya.
Data kumulatif yang dimiliki Kemensos kasus HIV/AIDS di Jawa Barat pada tahun 1989–2012 menunjukkan 4.723 orang pengidap AIDS, 2.733 pengidap HIV positif.
Bukan hanya itu, berdasar jenis kelamin 3.420 AIDS pada lelaki, dan 1.727 HIV. Sedangkan pada perempuan 1.292 pengidap AIDS, dan pengidap 794 HIV.
(mhd)