Ketua PBNU heran dengan penghargaan ACF
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF). Penghargaan itu menuai pro dan kontra di masyarakat, sebagian merasa penghargaan itu pantas diterima, sebagian merasa tidak.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengaku heran dengan adanya pro dan kontra atas diberikannya penghargaan tersebut, khususnya pada pihak yang kontra. "Saya keran kenapa presiden kita dapat penghargaan, malah sinis begitu. Kalau saya bersyukur," ujar Said di Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/5/2013).
Menurutnya, penghargaan itu bukan diberikan kepada SBY sebagai pribadi. Tapi penghargaan itu diberikan untuk bangsa Indonesia yang diwakilkan pada SBY. "Itu bukan (penghargaan) pribadi untuk presiden, tapi untuk bangsa Indonesia. Sebenarnya yang dapat (penghargaan) dari lembaga internasional yang bosnya adalah Bill Clinton. Elite itu, dan mereka beri penghargaan tidak sembarangan, melalui penelitian, kajian, pengamatan," jelasnya.
Dengan banyaknya suku dan agama di Indonesia, ia menyebut hal yang luar biasa ketika toleransi dan kerukunan umat beragama bisa terjaga. "Bayangkan di negara lain dua suku saja berantem terus seperti di Siprus, tiga agama di Palestina saja berantem terus yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Di kita ada enam agama, 400 suku ,masih bisa bertahan, bersatu sekian puluh tahun, luar biasa itu," ujar Said.
Tingginya toleransi beragama di Indonesia salah satunya ditunjukkan dengan setiap ada hari besar keagamaan, maka menjadi libur nasional. Selain itu, kesempatan terbuka bagi agama dan suku apapun untuk menjabat sebagai orang penting di pemerintahan.
Tapi diakuinya memang ada sejumlah masalah intoleranti umat beragama di negeri ini. "Adapun ada letupan-letupan, itu yang perlu diselesaikan, seperti Gereja Yasmin, Ahmadiyah, itu pekerjaan rumah kita yang harus diselesaikan. Tapi tidak mengurangi kita bangga jadi bangsa yang toleran, bersatu, berbudaya," tandas Said.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengaku heran dengan adanya pro dan kontra atas diberikannya penghargaan tersebut, khususnya pada pihak yang kontra. "Saya keran kenapa presiden kita dapat penghargaan, malah sinis begitu. Kalau saya bersyukur," ujar Said di Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/5/2013).
Menurutnya, penghargaan itu bukan diberikan kepada SBY sebagai pribadi. Tapi penghargaan itu diberikan untuk bangsa Indonesia yang diwakilkan pada SBY. "Itu bukan (penghargaan) pribadi untuk presiden, tapi untuk bangsa Indonesia. Sebenarnya yang dapat (penghargaan) dari lembaga internasional yang bosnya adalah Bill Clinton. Elite itu, dan mereka beri penghargaan tidak sembarangan, melalui penelitian, kajian, pengamatan," jelasnya.
Dengan banyaknya suku dan agama di Indonesia, ia menyebut hal yang luar biasa ketika toleransi dan kerukunan umat beragama bisa terjaga. "Bayangkan di negara lain dua suku saja berantem terus seperti di Siprus, tiga agama di Palestina saja berantem terus yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Di kita ada enam agama, 400 suku ,masih bisa bertahan, bersatu sekian puluh tahun, luar biasa itu," ujar Said.
Tingginya toleransi beragama di Indonesia salah satunya ditunjukkan dengan setiap ada hari besar keagamaan, maka menjadi libur nasional. Selain itu, kesempatan terbuka bagi agama dan suku apapun untuk menjabat sebagai orang penting di pemerintahan.
Tapi diakuinya memang ada sejumlah masalah intoleranti umat beragama di negeri ini. "Adapun ada letupan-letupan, itu yang perlu diselesaikan, seperti Gereja Yasmin, Ahmadiyah, itu pekerjaan rumah kita yang harus diselesaikan. Tapi tidak mengurangi kita bangga jadi bangsa yang toleran, bersatu, berbudaya," tandas Said.
(maf)