SBY desak Pemegang Hak Veto PBB selesaikan tragedi Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, konflik dan tragedi kemanusiaan di Syria atau Suriah sudah melampaui batasnya.
Sebab, kata dia, korban sudah terlalu banyak dan terus berjatuhan dalam konflik dan tragedi kemanusiaan di Suriah tersebut.
"Sementara itu dunia gagal bersatu dan tidak bisa menemukan solusi untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Syria (Suriah) tersebut," ujar SBY lewat akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, Rabu (24/4/2013) malam.
Oleh karena itu, dia menyerukan kepada Suriah dan dunia untuk mengambil tanggung jawab dan segera mengakhiri konflik tersebut.
"Konkretnya, Presiden Assad dan oposisi, 5 Negara pemegang Veto DK PBB, Iran dan Turki, bisa duduk bersama untuk cari solusi damai," pungkasnya.
Seperti diketahui, krisis di Suriah pecah pada Maret 2011 lalu, setelah gelombang protes besar menuntut Assad mundur dari jabatannya. Sejak saat itu, sejumlah kelompok pemberontak melancarkan perang melawan militer Suriah. Hingga kini, korban tewas dari pihak sipil, pemberontak, dan militer Suriah telah lebih dari 70 ribu orang.
Sebab, kata dia, korban sudah terlalu banyak dan terus berjatuhan dalam konflik dan tragedi kemanusiaan di Suriah tersebut.
"Sementara itu dunia gagal bersatu dan tidak bisa menemukan solusi untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Syria (Suriah) tersebut," ujar SBY lewat akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, Rabu (24/4/2013) malam.
Oleh karena itu, dia menyerukan kepada Suriah dan dunia untuk mengambil tanggung jawab dan segera mengakhiri konflik tersebut.
"Konkretnya, Presiden Assad dan oposisi, 5 Negara pemegang Veto DK PBB, Iran dan Turki, bisa duduk bersama untuk cari solusi damai," pungkasnya.
Seperti diketahui, krisis di Suriah pecah pada Maret 2011 lalu, setelah gelombang protes besar menuntut Assad mundur dari jabatannya. Sejak saat itu, sejumlah kelompok pemberontak melancarkan perang melawan militer Suriah. Hingga kini, korban tewas dari pihak sipil, pemberontak, dan militer Suriah telah lebih dari 70 ribu orang.
(rsa)