Punya akun twitter, SBY diminta legowo menerima kritikan
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan segera meluncurkan akun jejaring sosial twitter resminya dalam waktu dekat. Kesiapan SBY menerima kritik pun dipertanyakan.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Andi Mapetahang (A.M) Fatwa mengatakan, jika masyarakat memberikan kritik yang sifatnya sinisme, SBY harus bisa menerimanya dengan lapang dada.
"Tentu ada risikonya bahwa segala macam ada di twitter. Harus terima, harus terbuka kalau ada kritikan sinis," ujar A.M Fatwa saat dihubungi Sindonews, Sabtu (13/4/2013).
Namun, dia menilai bahwa langkah SBY akan memiliki akun Twitter sifatnya positif. Sebab, sudah sepantasnya pejabat publik terbuka dan dekat dengan masyarakat. "Kalau saya anggap itu positif saja. Pejabat publik memang harus begitu, harus terbuka," ucapnya.
Selain ingin lebih dekat dengan masyarakat, menurutnya, SBY akan menggunakan akun twitter untuk mengukur elektabilitasnya di tengah masyarakat.
"Itu saya pikir, SBY ingin mengukur bagaimana popularitasnya sekarang, elektabilitasnya,"pungkasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan meluncurkan akun resmi twitter pribadinya dalam waktu dekat. Melalui akun twitter resminya tersebut, SBY pun siap dikritik.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa menuturkan, diskoneksi dengan realitas adalah mimpi buruk yang hendak dicegah oleh Presiden SBY. Lebih lanjut dia mengatakan, menerima kritik tajam dari followers adalah bagian dari upaya memelihara koneksi itu.
"SBY menerima semua konsekuensi itu, termasuk yang terburuk dari semuanya, yaitu ia harus melayani ocehan dan celotehan, dari yang lucu tetapi kurang relevan hingga sinisme yang ekstrim,"ujar Daniel kepada wartawan melalui pesan singkatnya, Jumat (12/4/2013).
Dia menambahkan, SBY memang sudah bulat hatinya untuk juga menjadi bagian dari netcitizen. SBY juga, kata dia, ingin menjadi bagian dari denyut warga biasa dan membenamkan diri untuk terlibat dalam dialog bebas dan setara.
"Ini juga bagian dari pengejawantahan dirinya sebagai seorang demokrat yang terlibat dalam memperkuat citizenship atau kewarganegaraan," ungkapnya.
Daniel percaya, keputusan para pemimpin dunia untuk masuk ke dunia itu didasari oleh keyakinan akan makin pentingnya media sosial sebagai ruang publik yang juga memiliki sifat strategis dalam pembentukan opini politik.
"Kehidupan sosial kita sudah sangat berubah karena teknologi informasi. Begitu pula politik. Para pemimpin harus menyesuaikan diri agar mereka tetap dapat membuat koneksi dengan kenyataan sehari hari," pungkasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Andi Mapetahang (A.M) Fatwa mengatakan, jika masyarakat memberikan kritik yang sifatnya sinisme, SBY harus bisa menerimanya dengan lapang dada.
"Tentu ada risikonya bahwa segala macam ada di twitter. Harus terima, harus terbuka kalau ada kritikan sinis," ujar A.M Fatwa saat dihubungi Sindonews, Sabtu (13/4/2013).
Namun, dia menilai bahwa langkah SBY akan memiliki akun Twitter sifatnya positif. Sebab, sudah sepantasnya pejabat publik terbuka dan dekat dengan masyarakat. "Kalau saya anggap itu positif saja. Pejabat publik memang harus begitu, harus terbuka," ucapnya.
Selain ingin lebih dekat dengan masyarakat, menurutnya, SBY akan menggunakan akun twitter untuk mengukur elektabilitasnya di tengah masyarakat.
"Itu saya pikir, SBY ingin mengukur bagaimana popularitasnya sekarang, elektabilitasnya,"pungkasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan meluncurkan akun resmi twitter pribadinya dalam waktu dekat. Melalui akun twitter resminya tersebut, SBY pun siap dikritik.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa menuturkan, diskoneksi dengan realitas adalah mimpi buruk yang hendak dicegah oleh Presiden SBY. Lebih lanjut dia mengatakan, menerima kritik tajam dari followers adalah bagian dari upaya memelihara koneksi itu.
"SBY menerima semua konsekuensi itu, termasuk yang terburuk dari semuanya, yaitu ia harus melayani ocehan dan celotehan, dari yang lucu tetapi kurang relevan hingga sinisme yang ekstrim,"ujar Daniel kepada wartawan melalui pesan singkatnya, Jumat (12/4/2013).
Dia menambahkan, SBY memang sudah bulat hatinya untuk juga menjadi bagian dari netcitizen. SBY juga, kata dia, ingin menjadi bagian dari denyut warga biasa dan membenamkan diri untuk terlibat dalam dialog bebas dan setara.
"Ini juga bagian dari pengejawantahan dirinya sebagai seorang demokrat yang terlibat dalam memperkuat citizenship atau kewarganegaraan," ungkapnya.
Daniel percaya, keputusan para pemimpin dunia untuk masuk ke dunia itu didasari oleh keyakinan akan makin pentingnya media sosial sebagai ruang publik yang juga memiliki sifat strategis dalam pembentukan opini politik.
"Kehidupan sosial kita sudah sangat berubah karena teknologi informasi. Begitu pula politik. Para pemimpin harus menyesuaikan diri agar mereka tetap dapat membuat koneksi dengan kenyataan sehari hari," pungkasnya.
(kri)