Cuaca tak menentu, ada aktivitas MJO di Indonesia
Cuaca tak menentu, ada aktivitas MJO di Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, untuk jangka waktu satu minggu ke depan, wilayah Indonesia menunjukkan adanya aktivitas Osilasi Madden Julian (MJO).
Diketahui, MJO merupakan osilasi yang berperiode 40-50 hari, dalam beberapa kasus bisa melebar menjadi 30-60 hari. Gugus awan konveksi diproduksi di atas Sumudera Hindia (sebelah barat Indonesia), kemudian bergerak ke arah timur sepanjang ekuator untuk menempuh satu siklus putar dengan periode 40-50 hari.
Tidak heran di masyarakat umum banyak yang belum tahu apalagi memahaminya. Fenomena ini sebenarnya sudah lama diketahui, tetapi akhir-akhir ini baru terkenal karena pengaruhnya yang besar terhadap cuaca di daerah tropis.
"Aktivitas MJO ini berpotensi pada meningkatnya curah hujan di pesisir barat Sumatera, sebagian Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan dan Utara, serta Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku Tenggara, dan terakhir Papua bagian Selatan," ujar Kepala BMKG Sri Woro B Harijono, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2013).
Hal ini dinilai Sri Woro, masih terbilang normal karena cuaca pada minggu pertama di bulan April masih sangat fluktuatif. "Sehingga kondisi cuaca di wilayah Indonesia masih belum bisa ditetapkan secara pasti," ucapnya.
Seperti diketahui sebelumnya, kondisi cuaca di wilayah Indonesia akhir-akhir ini masih cenderung berubah-ubah dan tidak menentu arahnya. Hal ini menyebabkan masyarakat jadi bertanya-tanya apakah saat ini musim kemarau ataukah saat ini musim hujan? "Karena sebelumnya banyak terjadi banjir dan tanah longsor di beberapa daerah akibat cuaca yang tidak menentu," pungkasnya.
Diketahui, MJO merupakan osilasi yang berperiode 40-50 hari, dalam beberapa kasus bisa melebar menjadi 30-60 hari. Gugus awan konveksi diproduksi di atas Sumudera Hindia (sebelah barat Indonesia), kemudian bergerak ke arah timur sepanjang ekuator untuk menempuh satu siklus putar dengan periode 40-50 hari.
Tidak heran di masyarakat umum banyak yang belum tahu apalagi memahaminya. Fenomena ini sebenarnya sudah lama diketahui, tetapi akhir-akhir ini baru terkenal karena pengaruhnya yang besar terhadap cuaca di daerah tropis.
"Aktivitas MJO ini berpotensi pada meningkatnya curah hujan di pesisir barat Sumatera, sebagian Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan dan Utara, serta Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku Tenggara, dan terakhir Papua bagian Selatan," ujar Kepala BMKG Sri Woro B Harijono, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2013).
Hal ini dinilai Sri Woro, masih terbilang normal karena cuaca pada minggu pertama di bulan April masih sangat fluktuatif. "Sehingga kondisi cuaca di wilayah Indonesia masih belum bisa ditetapkan secara pasti," ucapnya.
Seperti diketahui sebelumnya, kondisi cuaca di wilayah Indonesia akhir-akhir ini masih cenderung berubah-ubah dan tidak menentu arahnya. Hal ini menyebabkan masyarakat jadi bertanya-tanya apakah saat ini musim kemarau ataukah saat ini musim hujan? "Karena sebelumnya banyak terjadi banjir dan tanah longsor di beberapa daerah akibat cuaca yang tidak menentu," pungkasnya.
(maf)
Explore More