Pemilih pemula diminta tak apatis hadapi Pemilu 2014
A
A
A
Sindonews.com - Center for Election and Political Party (CEPP) FISIP Universitas Indonesia (UI) dan CEPP University Link mengajak seluruh generasi muda yang masuk dalam kategori pemilih pemula untuk sadar politik menjelang Pemilu 2014.
Sadar politik yang dimaksud yakni, para pemilih pemula diminta untuk tidak apatis dan menggunakan hak politiknya untuk memilih.
Direktur CEPP FISIP UI Chusnul Mariyah mengatakan hal tersebut dalam acara yang mengambil tema 'Rock the Vote Indonesia' itu yakni fokus pada masalah pendaftaran pemilih.
Yakni dari 53 juta pemilih muda (young voters) Indonesia untuk usia 17-29 tahun harus terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Basis datanya, kata dia, adalah E-KTP.
"Masalah data pemilih dan data penduduk adalah masalah penting dalam pemilu, kegiatan ini mengajarkan pemilih pemula agar belajar politik, apa itu demokrasi, mengapa harus memilih, siapa yang harus dipilih, bagaimana setelah memilih, dan bagaimana teknis tata cara memilih," jelasnya kepada wartawan di Perpustakaan UI, Depok, Minggu (07/04/2013).
Selain adanya pemilih pemula, permainan politik uang juga ikut mempengaruhi perkembangan pemilu. Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU), Ali Masykur Musa menawarkan konsep kembali mencoblos gambar dalam pemilu mendatang.
Hal itu untuk mencegah kian tak terbendungnya politik uang dalam setiap pesta demokrasi. "Kami akui politik uang dalam era paska reformasi ini cukup merajalela dan tidak bisa terbendung. Ini merusak sendi demokrasi. Karenanya harus dilakukan perubahan sistem politik, kembali mencoblos gambar dan nomor urut parpol," ujarnya saat bersikaturahmi ke kediaman pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Sabtu 30 Maret 2013.
Sadar politik yang dimaksud yakni, para pemilih pemula diminta untuk tidak apatis dan menggunakan hak politiknya untuk memilih.
Direktur CEPP FISIP UI Chusnul Mariyah mengatakan hal tersebut dalam acara yang mengambil tema 'Rock the Vote Indonesia' itu yakni fokus pada masalah pendaftaran pemilih.
Yakni dari 53 juta pemilih muda (young voters) Indonesia untuk usia 17-29 tahun harus terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Basis datanya, kata dia, adalah E-KTP.
"Masalah data pemilih dan data penduduk adalah masalah penting dalam pemilu, kegiatan ini mengajarkan pemilih pemula agar belajar politik, apa itu demokrasi, mengapa harus memilih, siapa yang harus dipilih, bagaimana setelah memilih, dan bagaimana teknis tata cara memilih," jelasnya kepada wartawan di Perpustakaan UI, Depok, Minggu (07/04/2013).
Selain adanya pemilih pemula, permainan politik uang juga ikut mempengaruhi perkembangan pemilu. Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU), Ali Masykur Musa menawarkan konsep kembali mencoblos gambar dalam pemilu mendatang.
Hal itu untuk mencegah kian tak terbendungnya politik uang dalam setiap pesta demokrasi. "Kami akui politik uang dalam era paska reformasi ini cukup merajalela dan tidak bisa terbendung. Ini merusak sendi demokrasi. Karenanya harus dilakukan perubahan sistem politik, kembali mencoblos gambar dan nomor urut parpol," ujarnya saat bersikaturahmi ke kediaman pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Sabtu 30 Maret 2013.
(maf)