Perlu paradigma baru untuk tingkatkan kualitas pendidikan
A
A
A
Sindonews.com - Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan cara dan tindakan yang inovatif. Selain itu harus ada perubahan paradigma baru dari para guru dalam mengajar atau mendidik muridnya.
Hal itu dikatakan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Djamaludin Ancok. Menurutnya, para guru harus diperkenalkan dengan paradigma baru mengenai cara belajar yang menyenangkan.
"Dengan begitu, tanpa disuruh pun siswa akan senang belajar. Pada para guru wajib ditanamkan kebanggaan dan rasa berguna berprofesi sebagai guru. Karena mereka sebenarnya adalah penerus pahlawan penegak negara," kata Djamaludin Ancok di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Yogyakarta, Senin 1 April 2013.
Tak hanya itu, kurikulum 2013 menurut Ancok justru tidak logis dari sisi tata bahasa. Dengan bahasa yang kacau balau tersebut, ia sangsi jika para guru mampu mengimplementasikannya. Ia pun mengungkapkan belum memahami apa alasan pemerintah mengubah kurikulum.
"Harusnya ada evaluasi terhadap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan pendataan sisi buruk dan sisi baiknya. Lalu dibuat kajian yang kemudian diverifikasi oleh banyak orang, mulai dari masyarakat sampai tim independen.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam pemberian materi, kalau alasannya hanya materi pelajaran yang terlalu membebani, tinggal dihapus saja apa yang menjadi beban siswa.
Hal itu dikatakan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Djamaludin Ancok. Menurutnya, para guru harus diperkenalkan dengan paradigma baru mengenai cara belajar yang menyenangkan.
"Dengan begitu, tanpa disuruh pun siswa akan senang belajar. Pada para guru wajib ditanamkan kebanggaan dan rasa berguna berprofesi sebagai guru. Karena mereka sebenarnya adalah penerus pahlawan penegak negara," kata Djamaludin Ancok di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Yogyakarta, Senin 1 April 2013.
Tak hanya itu, kurikulum 2013 menurut Ancok justru tidak logis dari sisi tata bahasa. Dengan bahasa yang kacau balau tersebut, ia sangsi jika para guru mampu mengimplementasikannya. Ia pun mengungkapkan belum memahami apa alasan pemerintah mengubah kurikulum.
"Harusnya ada evaluasi terhadap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan pendataan sisi buruk dan sisi baiknya. Lalu dibuat kajian yang kemudian diverifikasi oleh banyak orang, mulai dari masyarakat sampai tim independen.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam pemberian materi, kalau alasannya hanya materi pelajaran yang terlalu membebani, tinggal dihapus saja apa yang menjadi beban siswa.
(maf)