Dipo Alam intoleransi soal penghargaan SBY
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Kabinet Dipo Alam dengan pembelaannya terkait penerimaan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dinilai malah memberikan jawaban atas kesangsian penerimaan penghargaan tersebut.
Mantan Juru Bicara Presiden era Gus Dur, Adhie Massardi mengatakan, Dipo melalui akun Twitter @dipoalam49 menjawab kesangsian banyak kalangan akan penerimaan gelar negarawan pemelihara keberagaman dan demokrasi tersebut.
"Para pemuka agama seperti Romo Frans Magnis Suseno, tokoh pergerakan prodemokrasi dan para penggiat HAM, menganggap LSM yang didirikan tokoh Yahudi AS (Rabbi Arthur Schneier) ini, tidak layak memberikan World Statesman Award kepada SBY karena faktanya kehidupan keberagamaan di Indonesia justru sedang terancam oleh gerakan kaum intoleran yang justru seperti mendapat angin (pembiaran) dari pemerintah," ketus Adhie melalui rilis yang diterima Sindonews, Senin (27/5/2013).
Dia mengungkapkan, kebohongan Dipo terungakap melalui kicauannya sebagai berikut. "Umaro, Ulama Umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari lihat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS,” sebagaimana dikutip melalui akun Twitter @dipoalam49.
Menurut Adhie, pernyataan Dipo sebagai orang yang sangat dekat dengan SBY merupakan sikap politik kaum ultra-sektarian yang sangat intoleran dan anti-demokrasi. "Karena demokrasi memberikan hak kepada setiap warga negara untuk menyikapi pemimpinnya, tak perduli dia muslim atau bukan," katanya.
“Pernyataan Dipo itu membuka tabir gelap SBY soal toleransi, demokrasi dan pluralisme. Jadi kalau orang-orang dekatnya saja intoleran dan anti-demokrasi, dari mana ceritanya SBY bisa membangun kehidupan keberagamaan di Indonesia? Pasti bohong besar,” tukas koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini.
Mantan Juru Bicara Presiden era Gus Dur, Adhie Massardi mengatakan, Dipo melalui akun Twitter @dipoalam49 menjawab kesangsian banyak kalangan akan penerimaan gelar negarawan pemelihara keberagaman dan demokrasi tersebut.
"Para pemuka agama seperti Romo Frans Magnis Suseno, tokoh pergerakan prodemokrasi dan para penggiat HAM, menganggap LSM yang didirikan tokoh Yahudi AS (Rabbi Arthur Schneier) ini, tidak layak memberikan World Statesman Award kepada SBY karena faktanya kehidupan keberagamaan di Indonesia justru sedang terancam oleh gerakan kaum intoleran yang justru seperti mendapat angin (pembiaran) dari pemerintah," ketus Adhie melalui rilis yang diterima Sindonews, Senin (27/5/2013).
Dia mengungkapkan, kebohongan Dipo terungakap melalui kicauannya sebagai berikut. "Umaro, Ulama Umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari lihat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS,” sebagaimana dikutip melalui akun Twitter @dipoalam49.
Menurut Adhie, pernyataan Dipo sebagai orang yang sangat dekat dengan SBY merupakan sikap politik kaum ultra-sektarian yang sangat intoleran dan anti-demokrasi. "Karena demokrasi memberikan hak kepada setiap warga negara untuk menyikapi pemimpinnya, tak perduli dia muslim atau bukan," katanya.
“Pernyataan Dipo itu membuka tabir gelap SBY soal toleransi, demokrasi dan pluralisme. Jadi kalau orang-orang dekatnya saja intoleran dan anti-demokrasi, dari mana ceritanya SBY bisa membangun kehidupan keberagamaan di Indonesia? Pasti bohong besar,” tukas koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini.
(lal)