Politik dinasti menyebabkan publik apatis terhadap parpol
A
A
A
Sindonews.com - Politik dinasti di partai politik (parpol) penyebab apatis masyarakat. Pasalnya, hal itu bisa melunturkan pemberantasan korupsi serta bisa menimbulkan kongkalikong di antaranya.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari dalam diskusi bertajuk 'Mengatasi Apatisme Publik Terhadap Partai Politik' di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (27/5/2013).
"Kita harus mencari akar-akar di mana ada KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) jenis baru, korupsi, kalau koalisi diganti kongkalikong, dan nepotisme diganti dinasti," bebernya.
"Kongkalikong dan apalagi politik dinasti ini yang membuat apatisme dan sinisme yang membuat masyarakat terhadap partai politik," sambungnya.
Menurut dia, terjadinya hal itu lantaran tokoh politik dan masyarakat hingga kini menganut sistem feodalisme.
"Para pejabat masih banyak yang melantunkan feodalisme masyarakatnya juga. Termasuk dalam parpol, terjadilah hal ini," kata politikus Partai Golkar ini.
Maka itu, kata Hajriyanto, untuk mengatasi apatisme masyarakat terhadap Parpol di Pemilu 2014, maka partai harus bisa mengubah orientasi dengan melakukan pendekatan kerakyatan dan meninggalkan kebiasaan feodalisme.
"Untuk mengatasi apatisme maka parpol harus melakukan reorientasi dengan melakukan langkah yang nyata dengan menjebol feodalisme itu," tuntasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari dalam diskusi bertajuk 'Mengatasi Apatisme Publik Terhadap Partai Politik' di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (27/5/2013).
"Kita harus mencari akar-akar di mana ada KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) jenis baru, korupsi, kalau koalisi diganti kongkalikong, dan nepotisme diganti dinasti," bebernya.
"Kongkalikong dan apalagi politik dinasti ini yang membuat apatisme dan sinisme yang membuat masyarakat terhadap partai politik," sambungnya.
Menurut dia, terjadinya hal itu lantaran tokoh politik dan masyarakat hingga kini menganut sistem feodalisme.
"Para pejabat masih banyak yang melantunkan feodalisme masyarakatnya juga. Termasuk dalam parpol, terjadilah hal ini," kata politikus Partai Golkar ini.
Maka itu, kata Hajriyanto, untuk mengatasi apatisme masyarakat terhadap Parpol di Pemilu 2014, maka partai harus bisa mengubah orientasi dengan melakukan pendekatan kerakyatan dan meninggalkan kebiasaan feodalisme.
"Untuk mengatasi apatisme maka parpol harus melakukan reorientasi dengan melakukan langkah yang nyata dengan menjebol feodalisme itu," tuntasnya.
(mhd)