Objek wisata harus tingkatkan perekonomian warga
A
A
A
Sindonews.com - Sektor pariwisata selalu berhubungan dengan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Hal inilah yang dirasa akan menghancurkan perekonomian masyarakat sekitar objek wisata Gua Pindul, di Kabupaten Gunungkidul.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (Stipram) Suhendroyono, permasalahan yang terjadi di kawasan objek wisata tersebut jangan terus dibiarkan.
"Semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut harus belajar lagi untuk sadar akan wisata dan potensi yang ada. Jika sudah berbicara sadar wisata tentu mereka tahu apa yang akan dilakukan, termasuk duduk bersama menyelesaikan persoalan tanpa diselipkan kepentingan pribadi," ujar Suhendroyono, di Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (20/3/2013).
Ditemui usai acara wisuda mahasiswa Stipram di Hotel Inna Garuda, Hendro menuturkan, makin kacaunya pengembangan pariwisata dikarenakan masuknya interes tertentu dalam pengelolaannya.
Padahal sebuah objek wisata membutuhkan tiga faktor penting yakni keamanan, kenyamanan dan pengembangan. Untuk itu, ia menegaskan agar tiga pihak sebagai penggerak utama pariwisata mau berdiskusi mencari jalan keluar terbaik.
"Dalam mengelola pariwisata haruslah merasa bahwa hal tersebut demi kepentingan bersama. Sektor penggerak pariwisata yakni pemerintah sebagai fasilitator, pengusaha sebagai investor dan masyarakat sebagai kekuatan sosial harus bersatu. Dan itu semua tidak lepas dari upaya belajar," imbuhnya.
Dikatakan Hendro, jika memang dibutuhkan, pembelajaran mengenai kepariwisataan diajarkan sejak SD. Hal ini agar para siswa sejak dini telah memahami apa sebenarnya pariwisata dan bagaimana mengelolanya menjadi potensi yang lebih besar lagi.
Menurutnya, tak hanya dari sisi itu saja, ilmu kepariwisataan pun mengajarkan hal-hal lain yang perlu dipahami sejak dini. Beberapa diantaranya ialah mengenai perdamaian, budaya dan budi pekerti.
Potensi pariwisata di Indonesia laiknya perangkat sound system yang canggih namun tanpa listrik. Karenanya, ia menginginkan agar masyarakat, pemerintah dan pengusaha berupaya mencari listrik yang dibutuhkan untuk menghidupkan sound system tersebut'.
"Kondisi Indonesia saat ini terhadap pariwisata memiliki tiga kelemahan yang fatal yakni tidak punya kemasan pariwisata yang baik, tidak mengenal pasar untuk pariwisata yang ada dan tidak bisa menganalisa pariwisata itu sebaiknya bagaimana," paparnya.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (Stipram) Suhendroyono, permasalahan yang terjadi di kawasan objek wisata tersebut jangan terus dibiarkan.
"Semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut harus belajar lagi untuk sadar akan wisata dan potensi yang ada. Jika sudah berbicara sadar wisata tentu mereka tahu apa yang akan dilakukan, termasuk duduk bersama menyelesaikan persoalan tanpa diselipkan kepentingan pribadi," ujar Suhendroyono, di Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (20/3/2013).
Ditemui usai acara wisuda mahasiswa Stipram di Hotel Inna Garuda, Hendro menuturkan, makin kacaunya pengembangan pariwisata dikarenakan masuknya interes tertentu dalam pengelolaannya.
Padahal sebuah objek wisata membutuhkan tiga faktor penting yakni keamanan, kenyamanan dan pengembangan. Untuk itu, ia menegaskan agar tiga pihak sebagai penggerak utama pariwisata mau berdiskusi mencari jalan keluar terbaik.
"Dalam mengelola pariwisata haruslah merasa bahwa hal tersebut demi kepentingan bersama. Sektor penggerak pariwisata yakni pemerintah sebagai fasilitator, pengusaha sebagai investor dan masyarakat sebagai kekuatan sosial harus bersatu. Dan itu semua tidak lepas dari upaya belajar," imbuhnya.
Dikatakan Hendro, jika memang dibutuhkan, pembelajaran mengenai kepariwisataan diajarkan sejak SD. Hal ini agar para siswa sejak dini telah memahami apa sebenarnya pariwisata dan bagaimana mengelolanya menjadi potensi yang lebih besar lagi.
Menurutnya, tak hanya dari sisi itu saja, ilmu kepariwisataan pun mengajarkan hal-hal lain yang perlu dipahami sejak dini. Beberapa diantaranya ialah mengenai perdamaian, budaya dan budi pekerti.
Potensi pariwisata di Indonesia laiknya perangkat sound system yang canggih namun tanpa listrik. Karenanya, ia menginginkan agar masyarakat, pemerintah dan pengusaha berupaya mencari listrik yang dibutuhkan untuk menghidupkan sound system tersebut'.
"Kondisi Indonesia saat ini terhadap pariwisata memiliki tiga kelemahan yang fatal yakni tidak punya kemasan pariwisata yang baik, tidak mengenal pasar untuk pariwisata yang ada dan tidak bisa menganalisa pariwisata itu sebaiknya bagaimana," paparnya.
(maf)