Undang jenderal, SBY diagnosa kekuasaannya
A
A
A
Sindonews.com - Langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengundang jenderal-jenderal TNI (Purn) ke Istana Negara dinilai merupakan salah satu strategi taktik diagnosa.
Karena dengan begitu, SBY dinilai dapat mendiagnosa seberapa kuat kontrol dan pengaruhnya di mata militer untuk memastikan pemerintahan dirinya bersama Boediono dapat berjalan baik.
Hal itu disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Lampung (Unila) Arizka Warganegara, kepada Sindonews, Kamis (14/3/2013).
"Ya saya rasa bahasanya bukan panik, tapi memastikan episentrum kekuasaan tetap bisa terkontrol," ujar Arizka.
Menurut Arizka, semenjak SBY kembali aktif mengurus Partai Demokrat yang elektabilitasnya terus melorot, mantan Menkopolhukam itu terus mendapat kritikan yang bertubi-tubi. Maka langkah itulah yang menurutnya merupakan bagian strategi SBY untuk mengamankan kekuasaannya hingga akhir masa jabatan.
"Ya bisa begitu (amankan kekuasaan) apa yang nampak kan konsolidasi di internal. TNI juga perlu untuk memastikan stabilitas politik pasca beberapa kelompok sangat intens mengkritisi kinerja dan integritas pemerintahan SBY," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga hari lalu SBY mengundang mantan Danjen Kopassus yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Tak hanya Prabowo, tujuh mantan Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI), Rabu 13 Maret 2013 kemarin, datang ke Istana Negara memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tujuh Jenderal (purn) tersebut yakni Luhut Pandjaitan, Fachrul Rozi, Subagyo HS, Agus Wijoyo, Johny Josephus, Sumardi, dan Suaidi Marasabessy.
Karena dengan begitu, SBY dinilai dapat mendiagnosa seberapa kuat kontrol dan pengaruhnya di mata militer untuk memastikan pemerintahan dirinya bersama Boediono dapat berjalan baik.
Hal itu disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Lampung (Unila) Arizka Warganegara, kepada Sindonews, Kamis (14/3/2013).
"Ya saya rasa bahasanya bukan panik, tapi memastikan episentrum kekuasaan tetap bisa terkontrol," ujar Arizka.
Menurut Arizka, semenjak SBY kembali aktif mengurus Partai Demokrat yang elektabilitasnya terus melorot, mantan Menkopolhukam itu terus mendapat kritikan yang bertubi-tubi. Maka langkah itulah yang menurutnya merupakan bagian strategi SBY untuk mengamankan kekuasaannya hingga akhir masa jabatan.
"Ya bisa begitu (amankan kekuasaan) apa yang nampak kan konsolidasi di internal. TNI juga perlu untuk memastikan stabilitas politik pasca beberapa kelompok sangat intens mengkritisi kinerja dan integritas pemerintahan SBY," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga hari lalu SBY mengundang mantan Danjen Kopassus yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Tak hanya Prabowo, tujuh mantan Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI), Rabu 13 Maret 2013 kemarin, datang ke Istana Negara memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tujuh Jenderal (purn) tersebut yakni Luhut Pandjaitan, Fachrul Rozi, Subagyo HS, Agus Wijoyo, Johny Josephus, Sumardi, dan Suaidi Marasabessy.
(rsa)