KPK sudah tidak bersih lagi?
A
A
A
Sindonews.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai sudah tidak netral lagi. Pasalnya, dalam penetapan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus Hambalang, KPK sudah mulai 'bermain'.
"KPK sekarang tidak bersih lagi. Orang KPK sudah mulai banyak yang 'bermain', bermain politik. Pada kasus Anas, orang KPK ada yang pro terhadap SBY ada juga yang ke Anas," kata guru besar ilmun politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Pada kesempatan itu dia juga menyinggung persoalan konflik di internal Partai Demokrat yang berbuntut pada berhentinya Anas Urbaningrum dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus Hambalang.
Menurutnya saat ini terjadi dua kubu di internal partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Ada kubu Anas dan SBY. Dia menjelaskan, Anas didukung oleh teman aktivisnya dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang ada di Demokrat. Sementara SBY didukung oleh politikus Demokrat lainnya yang memiliki motivasi untuk cari selamat.
"Hal itu dari latar belakang organisasi yang mereka bangun sebelumnya yang sama dengan Anas HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Tetapi, yang pro SBY tidak lain untuk mencari aman," katanya.
Namu, ketika disinggung siapa saja politikus yang berlindung di balik SBY itu untuk mencari selamat, pria kelahiran Sumatera Barat ini enggan membeberkannya. "Saya tidak tahu betul siapa mereka yang berada dibalik semuanya. Tapi menurut saya, itu akan menjadi bias nantinya," tukasnya.
Sekadar informasi, sebelum menetapkan Anas sebagai tersangka dalam kasus Hambalang, draf sprindik Anas sudah diketahui publik. Padahal, draf sprindik itu merupakan rahasia negara yang tidak sembarangan untuk di publikasikan.
Pada penetapan Anas sebagai tersangka, Ketua KPK Abraham Samad, sebagai salah satu yang menandatangani pada draf sprindik yang bocor tersebut. Namun, dia membantah, kalau dirinya dituding sebagai pihak yang membocorkan sprindik milik Anas itu.
"KPK sekarang tidak bersih lagi. Orang KPK sudah mulai banyak yang 'bermain', bermain politik. Pada kasus Anas, orang KPK ada yang pro terhadap SBY ada juga yang ke Anas," kata guru besar ilmun politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Pada kesempatan itu dia juga menyinggung persoalan konflik di internal Partai Demokrat yang berbuntut pada berhentinya Anas Urbaningrum dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus Hambalang.
Menurutnya saat ini terjadi dua kubu di internal partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Ada kubu Anas dan SBY. Dia menjelaskan, Anas didukung oleh teman aktivisnya dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang ada di Demokrat. Sementara SBY didukung oleh politikus Demokrat lainnya yang memiliki motivasi untuk cari selamat.
"Hal itu dari latar belakang organisasi yang mereka bangun sebelumnya yang sama dengan Anas HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Tetapi, yang pro SBY tidak lain untuk mencari aman," katanya.
Namu, ketika disinggung siapa saja politikus yang berlindung di balik SBY itu untuk mencari selamat, pria kelahiran Sumatera Barat ini enggan membeberkannya. "Saya tidak tahu betul siapa mereka yang berada dibalik semuanya. Tapi menurut saya, itu akan menjadi bias nantinya," tukasnya.
Sekadar informasi, sebelum menetapkan Anas sebagai tersangka dalam kasus Hambalang, draf sprindik Anas sudah diketahui publik. Padahal, draf sprindik itu merupakan rahasia negara yang tidak sembarangan untuk di publikasikan.
Pada penetapan Anas sebagai tersangka, Ketua KPK Abraham Samad, sebagai salah satu yang menandatangani pada draf sprindik yang bocor tersebut. Namun, dia membantah, kalau dirinya dituding sebagai pihak yang membocorkan sprindik milik Anas itu.
(mhd)