Serangan balik Istana merupakan serangan politik
A
A
A
Sindonews.com - Halaman demi halaman yang dijanjikan mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum, akhirnya mulai dikuak. Sat-persatu halaman mulai dibuka oleh Anas. Namun, dengan terkuaknya halaman itu rupanya pihak Istana tersinggu dengan kelakuan Anas itu.
Bagaimana tidak, perseteruan antara Anas dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat masih terus memanas. Ini merupakan pertarungan politik yang dibawa ke ranah kekuasaan serta jabatan.
"Serangan balik dari pihak Istana tidak terluput dari Partai Demokrat. Seakan Istana ini milik Demokrat. SBY selaku Ketua Dewan Partai Demokrat," kata guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Arbi sanit kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Perseteruan keduanya tidak bisa dihindarkan dari pertarungan politik. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan dan pasukan di politik. "Ini sama-sama akan saling menyerang," katanya.
Keduanya sama-sama memegang prinsip untuk mencapai tujuannya tersebut. "SBY ingin menyelamatkan partainya dari kemerosotan elektabilitas. Sedangkan Anas ingin membuktikan dirinya tidak bersalah," katanya.
Kendati demikian, kata dia, perlawanan yang dilakukan oleh mantan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Ketum PB HMI) itu, tidak akan mengubah status tersangkanya pada kasus pembangunan sport center di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Serangan Anas tersebut, tidak akan berubah status Anas di kasus Hambalang. Anas harus bisa membuktikan dirinya tidak bersalah dalam kasus tersebut," tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla mengatakan, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang sekaligus sebagai Presiden SBY siap menghadapi Anas Urbaningrum.
"Intinya begini, Pak SBY siap menghadapi halaman-halaman apapun yang akan dibuka oleh siapapun. Mengenai Bank Century atau apapun, beliau siap," katanya usai jumpa pers di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu 27 Februari 2013.
Bagaimana tidak, perseteruan antara Anas dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat masih terus memanas. Ini merupakan pertarungan politik yang dibawa ke ranah kekuasaan serta jabatan.
"Serangan balik dari pihak Istana tidak terluput dari Partai Demokrat. Seakan Istana ini milik Demokrat. SBY selaku Ketua Dewan Partai Demokrat," kata guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Arbi sanit kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Perseteruan keduanya tidak bisa dihindarkan dari pertarungan politik. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan dan pasukan di politik. "Ini sama-sama akan saling menyerang," katanya.
Keduanya sama-sama memegang prinsip untuk mencapai tujuannya tersebut. "SBY ingin menyelamatkan partainya dari kemerosotan elektabilitas. Sedangkan Anas ingin membuktikan dirinya tidak bersalah," katanya.
Kendati demikian, kata dia, perlawanan yang dilakukan oleh mantan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Ketum PB HMI) itu, tidak akan mengubah status tersangkanya pada kasus pembangunan sport center di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Serangan Anas tersebut, tidak akan berubah status Anas di kasus Hambalang. Anas harus bisa membuktikan dirinya tidak bersalah dalam kasus tersebut," tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla mengatakan, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang sekaligus sebagai Presiden SBY siap menghadapi Anas Urbaningrum.
"Intinya begini, Pak SBY siap menghadapi halaman-halaman apapun yang akan dibuka oleh siapapun. Mengenai Bank Century atau apapun, beliau siap," katanya usai jumpa pers di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu 27 Februari 2013.
(mhd)