Kekuatan radio tak bisa diremehkan
A
A
A
Sindonews.com - Media elektronik seperti radio memiliki kekuatan sendiri dalam membangun opini publik. Maka itu, kekuatan radio itu tidak bisa diremehkan. Karena, radio secara langsung publik bisa mendengarkan suara nara sumber yang diwawancarai.
"Dalam radio ada suara yang menghubungkan penyiar dan pendengar, itu merupakan keistimewaan radio," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto dalam acara yang digelar Pengurus Pusat Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang mengusung tema "Perab Media Dalam Percaturan Politik Menyongsong Pemilu 2014" di Hotel Ambhara, Jalan Iskandarsyah Raya No 1 Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (27/2/2013).
Dia menjelaskan, peran radio pada masa kemerdekaan memiliki perjuangan yang besar untuk menginformasikan kemerdekaan kepada masyarakat. Padahal, hal itu bisa dilakukan lewat pamflet atau selebaran.
"Tapi rasanya berbeda jauh ketika langsung dikumandangkan oleh Presiden Soekarno, ada semangat besar yang muncul. Begitu juga dengan arek-arek suroboyo, ketika Bung Tomo menggerakkan semangatnya lewat siaran radio, ada semangat yang bergelora untuk berjuang," paparnya.
"Radio pada masa kemerdekaan dapat mengkontruksikan tindakan. Nasionalisme Indonesia lahir, karena dorongan terbitnya media di Indonesia," tambahnya.
Menurutnya, ini jangkauan siaran radio bisa lebih luas daripada siaran media lainnya, kegunaan radio untuk prajurit sangat penting sekali.
"Radio menjadi teman yang nyata, ada interaksi langsung, masyarakat yang tidak terjangkau oleh media elektonik mampu berhubungan dengan radio. Anggota-anggota diperbatasan maupun di daerah pedalaman, radio menjadi teman mereka," tandasnya.
"Dalam radio ada suara yang menghubungkan penyiar dan pendengar, itu merupakan keistimewaan radio," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto dalam acara yang digelar Pengurus Pusat Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang mengusung tema "Perab Media Dalam Percaturan Politik Menyongsong Pemilu 2014" di Hotel Ambhara, Jalan Iskandarsyah Raya No 1 Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (27/2/2013).
Dia menjelaskan, peran radio pada masa kemerdekaan memiliki perjuangan yang besar untuk menginformasikan kemerdekaan kepada masyarakat. Padahal, hal itu bisa dilakukan lewat pamflet atau selebaran.
"Tapi rasanya berbeda jauh ketika langsung dikumandangkan oleh Presiden Soekarno, ada semangat besar yang muncul. Begitu juga dengan arek-arek suroboyo, ketika Bung Tomo menggerakkan semangatnya lewat siaran radio, ada semangat yang bergelora untuk berjuang," paparnya.
"Radio pada masa kemerdekaan dapat mengkontruksikan tindakan. Nasionalisme Indonesia lahir, karena dorongan terbitnya media di Indonesia," tambahnya.
Menurutnya, ini jangkauan siaran radio bisa lebih luas daripada siaran media lainnya, kegunaan radio untuk prajurit sangat penting sekali.
"Radio menjadi teman yang nyata, ada interaksi langsung, masyarakat yang tidak terjangkau oleh media elektonik mampu berhubungan dengan radio. Anggota-anggota diperbatasan maupun di daerah pedalaman, radio menjadi teman mereka," tandasnya.
(mhd)