PKB usulkan monumen Gus Dur di Singkawang
A
A
A
Sindonews.com - Dianggap sebagai pencetus pluralisme di Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggagas pembuatan monumen Gus Dur di Singkawang, Kalimantan Barat.
Ketua Umum PKB H Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan, Gus Dur adalah pencetus sejarah Imlek di Indonesia. Sehingga ragam budaya Tionghoa diterima secara terbuka seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
"Di momen cap go meh yang sangat berharga ini, saya mengusulkan agar Kalbar, khususnya Singkawang, kita bersama-sama dapat mendirikan Monumen Gus Dur," kata Muhaimin, kepada Sindonews, Minggu (24/2/2013).
Pria yang akrab dipanggil Cak Imin ini menambahkan, monumen Gus Dur diharap bisa mewakili kenangan sang Guru Bangsa tersebut. Sehingga setiap generasi paham bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh besar yang teguh membela yang lemah dan terdiskriminasi.
"Gus Dur tampil sebagai pendobrak bagi kelompok minoritas. Karena itu, baik NU dan Tionghoa memiliki hubungan batin yang kuat dengan Gus Dur," terang pria yang juga menjabat sebagai Menakertrans ini.
Dia melanjutkan, baiknya penghargaan tersebut diwujudkan secara swadaya masyarakat. Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat Singkawang serta wakil bendahara DPP PKB Daniel Johan untuk berkoordinasi agar pembangunan monumen segera terealisasi.
Seperti diketahui, Gus Dur mencabut Inpres No. 14/1967. Lantaran dinilai bertentangan dengan UUD 1945. Sebelum inpres itu dicabut, selama puluhan tahun warga Tionghoa tak bisa bebas melaksanakan budayanya. Termasuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh secara terbuka.
Sebagai gantinya, Gus Dur menerbitkan Keppres No.6/2000 yang menjamin warga Tionghoa dapat menjalankan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadatnya secara terbuka.
Tahun 2001, Gus Dur kembali membuat gebrakan dengan menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Untuk pertama kalinya, saat itu perayaan Imlek nasional diselenggarakan dan dihadiri Gus Dur selaku Presiden.
Ketua Umum PKB H Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan, Gus Dur adalah pencetus sejarah Imlek di Indonesia. Sehingga ragam budaya Tionghoa diterima secara terbuka seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
"Di momen cap go meh yang sangat berharga ini, saya mengusulkan agar Kalbar, khususnya Singkawang, kita bersama-sama dapat mendirikan Monumen Gus Dur," kata Muhaimin, kepada Sindonews, Minggu (24/2/2013).
Pria yang akrab dipanggil Cak Imin ini menambahkan, monumen Gus Dur diharap bisa mewakili kenangan sang Guru Bangsa tersebut. Sehingga setiap generasi paham bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh besar yang teguh membela yang lemah dan terdiskriminasi.
"Gus Dur tampil sebagai pendobrak bagi kelompok minoritas. Karena itu, baik NU dan Tionghoa memiliki hubungan batin yang kuat dengan Gus Dur," terang pria yang juga menjabat sebagai Menakertrans ini.
Dia melanjutkan, baiknya penghargaan tersebut diwujudkan secara swadaya masyarakat. Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat Singkawang serta wakil bendahara DPP PKB Daniel Johan untuk berkoordinasi agar pembangunan monumen segera terealisasi.
Seperti diketahui, Gus Dur mencabut Inpres No. 14/1967. Lantaran dinilai bertentangan dengan UUD 1945. Sebelum inpres itu dicabut, selama puluhan tahun warga Tionghoa tak bisa bebas melaksanakan budayanya. Termasuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh secara terbuka.
Sebagai gantinya, Gus Dur menerbitkan Keppres No.6/2000 yang menjamin warga Tionghoa dapat menjalankan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadatnya secara terbuka.
Tahun 2001, Gus Dur kembali membuat gebrakan dengan menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Untuk pertama kalinya, saat itu perayaan Imlek nasional diselenggarakan dan dihadiri Gus Dur selaku Presiden.
(ysw)