Karya nyata intelektual muda

Rabu, 16 Januari 2013 - 11:06 WIB
Karya nyata intelektual...
Karya nyata intelektual muda
A A A
Menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Harvard adalah prestasi yang membanggakan. Kampus yang berlokasi di Massachusetts Hall Cambridge,Amerika Serikat (AS) ini memang menjadi tempat berkumpulnya para intelektual muda dari berbagai negara.

Sejak berdiri pada 1636, universitas yang dinobatkan sebagai kampus terbaik dunia versi Academic Ranking World University/ARWU) 2012 ini telah melahirkan ribuan profesional dan ratusan miliarder tingkat dunia.

Bahkan, tercatat enam presiden AS merupakan lulusannya. Karena itu, tidak mudah menjadi mahasiswa Harvard. Perlu melewati persaingan ketat dan memiliki proposal penelitian yang mencengangkan. Para mahasiswa dituntut membuahkan karya fenomenal dan berkontribusi bagi kemanusiaan.

Pada semester ini, terdapat sejumlah mahasiswa muda yang memiliki prestasi luar biasa. Di antara mereka ada yang melakukan terobosan penelitian ilmiah dan ada juga yang berjuang bagi keadilan sosial.

Sitan Chen misalnya, mahasiswa Harvard ini merupakan matematikawan muda yang berprestasi. Sebelum masuk di Harvard, dia meraih juara ketiga dalam ajang 2011 Siemens Competition in Math,Science & Technology. Penelitiannya yang bertajuk On the Rank Number of Grid Graphs menghipnotis para juri.

Pasalnya, karyanya memiliki aplikasi yang berpotensi mengoptimalkan desain sirkuit, menemukan kesalahan dalam struktur data dalam jumlah besar dengan lebih efisien, dan dapat digunakan untuk membuat produk-produk kompleks dengan sistem industri yang lebih cepat. Proyek penelitian Chen berpotensi menghasilkan metode baru untuk mempelajari grafik dan materi lain matematika.

Tak pelak,jika proyek tersebut mendapatkan penghargaan senilai USD40.000. “Saya mempelajari grafik grid, sebuah kelas khusus yang berkaitan erat dengan desain sirkuit. Akhirnya saya menemukan formula bagi pemeringkatan nomor yang sebelumnya tidak diketahui,” tulisnya kepada juri kompetisi, seperti dikutip businessinsider.com.

Lulus dari Northview High School, Chen diterima di lima universitas terbaik di AS,termasuk Harvard,Yale, Princeton, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Stanford university.

Kini dalam usianya yang baru 18, pria kelahiran China yang lancar berbahasa Mandarin ini menjadi mahasiswa berprestasi di Harvard. Selain ahli dalam bidang matematika, dia juga seorang pianis dan pemain biola berbakat. Dia pernah enam kali tampil di Carniegie Hall dan dirinya juga tergabung sebagai anggota the Harvard Glee Club, sebuah kelompok pencinta musik bagi mahasiswa Harvard.

“Saya melihat musik sebagai suatu bentuk pemecahan masalah, juga sebagai kesempatan mengatasi tantangan yang berkaitan dengan teknik, struktur interpretasi, dan bagaimana mengoptimalkan kreativitas dan kekakuan intelektual; dan pada saat yang sama,ini adalah cara untuk mengomunikasikan kata-kata yang tidak bisa diungkapkan,” katanya dalam businessinsider.com.

Selain Chen, terdapat juga dua mahasiswa Harvard yang menorehkan prestasi fenomenal, yaitu Nina M Yancy dan Jenny Ye. Keduanya tidak mengukir prestasi lewat penelitian ilmiah layaknya Chen, tetapi sukses bergerak dalam bidangnya masingmasing.

Yancy merupakan salah satu dari enam mahasiswa di Harvard yang mendapatkan beasiswa Rhodes tahun ini. Perempuan aktif ini memiliki bakat sebagai penari yang berprestasi.

Dia tercatat sebagai guru dan direktur di Citytep, sebuah organisasi yang menyediakan layanan berlatih menari bagi pemuda dari keluarga miskin. Keaktifannya di dunia tari menyebabkannya juga terlibat dalam anggota kelompok Harvard Ballet Company dan koreografer di Expressions Dance Company.

Sebagai mahasiswa Studi Sosial di Harvard,Yancy tidak saja berhasil di dunia seni, dia juga pandai di kajian akademis. Pengetahuannya tentang ilmu-ilmu sosial, kebijakan kesehatan, dan komunikasi tidak diragukan. Dia pernah magang di sejumlah organisasi bergengsi dunia, seperti British House of Commons, CNN, dan Pusat Studi Politik Amerika.

Sementara itu, Jenny Ye menekuni bidang pembelaan hak-hak perempuan dan pendidikan. Dia bekerja demi mewujudkan kepemimpinan perempuan muda agar menguasai teknologi. Musim semi lalu dia mempelajari sebuah program yang disebut CodeEd. Ketika kembali ke rumahnya di New York,Ye mendirikan sebuah program mentoring bernama CodeED untuk para remaja putri.

Hal ini bertujuan agar para perempuan menguasai teknologi. “Saya ingin menggabungkan teknologi dengan pelayanan publik dalam berbagai cara, apakah itu melalui peningkatan akses perempuan terhadap ilmu komputer, atau bahkan menyuarakan orang-orang berpenghasilan rendah untuk berpartisipasi dalam urusan politik,” kata Ye dalam thecrimson.com.

Ye juga menyukai isu-isu politik karena kota kelahirannya selalu dipenuhi orang yang lalu lalang membicarakan persoalan politik. Faktor tersebut yang membentuk pola pikirnya, sehingga tidak pernah ketinggalan dalam berbagai dinamika politik yang berkembang.

Politik selalu membuatnya terpikat, terlebih saat ini dia menjabat sebagai Presiden di Institute Of Politics Kim Gandy (IOP), yang bergerak bagi pembelaan hak perempuan.

Setidaknya, sejumlah karya intelektual muda Harvard ini memberikan gambaran bahwa pendidikan yang bersifat internasional merupakan tuntutan yang harus dipenuhi untuk kemajuan sebuah bangsa,agar bisa bersaing di kancah global.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7629 seconds (0.1#10.140)