Jumlah dokter ahli ginjal di Indonesia masih minim
A
A
A
Sindonews.com - Tak hanya permintaan layanan penanganan pasein gagal ginjal di rumah sakit yang meningkat, tingginya kasus gagal ginjal di Indonesia tidak diimbangi dengan jumlah dokter spesialis ahli ginjal. Minimnya spesialis ahli ginjal di Indonesia menjadi salah satu tantangan dalam penanganan pasien gagal ginjal.
Dokter spesialis penyakit dalam RSA UGM dr Fredie Irijanto PhD SpPD-KGH mengatakan, hingga saat ini, dokter sepsialis ahli ginjal di Indonesia baru mencapai 90 orang, dimana 20 persen di antaranya justru berada di Jakarta.
"Kebanyakan dokter tersebut tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa. Sementara di luar Jawa masih sangat sedikit, bahkan seperti di Papua tidak ada dokter spesialis ahli ginjal," ujarnya kepada wartawan, di Yogyakarta, Selasa (8/1/2013).
Ferdie menuturkan, jika pendistribusian dokter spesialis ahli ginjal bisa merata, tentu akan lebih baik. Namun demikian, dengan adanya sistem pelayanan kesehatan yang berjalan dengan baik, minimnya dokter spesialis ahli ginjal tidak lagi menjadi persoalan.
Dia mengatakan, untuk melakukan deteksi dini penyakit ginjal sebenarnya dapat ditangani oleh dokter umum, maupun dokter spesialis penyakit dalam, tidak harus dilakukan dokter spesialis ahli ginjal.
Lanjutnya, deteksi bisa dilakukan dari air kencing atau darah yang bisa dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) oleh dokter umum.
"Dan bagi penderita gagal ginjal akut, penanganan melalui tanspalantasi atau cangkok ginjal merupakan jalan yang lebih murah dibandingkan dengan cuci darah, karena hanya dilakukan satu kali seumur hidup," jelasnya.
Hanya saja, menurut Ferdie, proses pencangkokan ginjal belum banyak dilakukan di Indonesia. Persoalan budaya dan aturan agama tentang cangkok organ membuat donor ginjal di Indonesia minim.
Dokter spesialis penyakit dalam RSA UGM dr Fredie Irijanto PhD SpPD-KGH mengatakan, hingga saat ini, dokter sepsialis ahli ginjal di Indonesia baru mencapai 90 orang, dimana 20 persen di antaranya justru berada di Jakarta.
"Kebanyakan dokter tersebut tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa. Sementara di luar Jawa masih sangat sedikit, bahkan seperti di Papua tidak ada dokter spesialis ahli ginjal," ujarnya kepada wartawan, di Yogyakarta, Selasa (8/1/2013).
Ferdie menuturkan, jika pendistribusian dokter spesialis ahli ginjal bisa merata, tentu akan lebih baik. Namun demikian, dengan adanya sistem pelayanan kesehatan yang berjalan dengan baik, minimnya dokter spesialis ahli ginjal tidak lagi menjadi persoalan.
Dia mengatakan, untuk melakukan deteksi dini penyakit ginjal sebenarnya dapat ditangani oleh dokter umum, maupun dokter spesialis penyakit dalam, tidak harus dilakukan dokter spesialis ahli ginjal.
Lanjutnya, deteksi bisa dilakukan dari air kencing atau darah yang bisa dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) oleh dokter umum.
"Dan bagi penderita gagal ginjal akut, penanganan melalui tanspalantasi atau cangkok ginjal merupakan jalan yang lebih murah dibandingkan dengan cuci darah, karena hanya dilakukan satu kali seumur hidup," jelasnya.
Hanya saja, menurut Ferdie, proses pencangkokan ginjal belum banyak dilakukan di Indonesia. Persoalan budaya dan aturan agama tentang cangkok organ membuat donor ginjal di Indonesia minim.
(mhd)