Beban kerja timbulkan stres
A
A
A
Pekerjaan bisa membuat orang mengalami stres. Setiap profesi memiliki risiko dan tantangannya tersendiri. Hanya, apakah pekerjaan itu bisa dijalani dengan senang hati atau cukup diorientasikan pada nilai materiil.
Terdapat sejumlah bidang pekerjaan yang berpotensi memiliki tingkat stres. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pekerjaan membuat stres.
Di antaranya beban tugas yang sangat berat, perang yang berkecamuk, jauh dari keluarga, selalu membutuhkan fisik yang prima, dikejar deadline, sampai mempertaruhkan nyawa penumpang.
Seringkali gaji yang mereka dapat tidak seimbang dengan risiko pekerjaan yang ditanggung. Belum lama ini CarrerCast.com membuat peringkat sejumlah pekerjaan yang paling membuat stres pada 2013.
Peringkat pertama diduduki oleh mereka yang berprofesi sebagai tentara militer. Setiap saat nyawa menjadi taruhannya ketika mereka bertugas di wilayah konflik. Ketika masa damai pun mereka tetap menanggung tugas berat seperti memberi bantuan saat terjadi bencana alam.
Sementara rata-rata gaji yang mereka peroleh senilai USD45.528 per tahun. Di peringkat kedua adalah posisi jenderal militer. Seorang jenderal bertugas menentukan strategi taktis dalam pertempuran.
Keputusan strategi yang dihasilkannya berdampak pada rasa aman dan tidaknya bagi semua bawahannya ketika menghadapi sebuah operasi militer. Keputusan itu juga memengaruhi masa depan kehidupan semua prajurit dan keluarga.
Dari pekerjaan ini, mereka memperoleh rata-rata gaji senilai USD196.300 per tahun. Di peringkat ketiga terdapat profesi petugas pemadam kebakaran. Gaji mereka rata-rata USD45.250, sementara mereka harus bertaruh nyawa melawan api atau akibat kelelahan.
Pemerintah AS melaporkan bahwa pada 2011 sebanyak 81 petugas pemadam kebakaran meninggal dunia saat bertugas dan ada 77 pada 2012.
Profesi sebagai pilot pesawat terbang menduduki posisi keempat (gaji USD92.060) dan public relation executive di peringkat kelima (USD57.550). Sedangkan chief executive officer(CEO) di peringkat keenam (USD101.250), jurnalis foto ketujuh (USD29.130), reporter koran kedelapan (USD36.000), sopir taksi kesembilan (USD22.440), dan polisi ke-10 (USD55.010).
”Profesi sebagai pilot menanggung kemungkinan bahaya yang sangat nyata. Namun,keselamatan adalah jaminan pertama dari seorang pilot berpengalaman. Pilot maskapai penerbangan komersial menghabiskan waktu yang lama jauh dari rumah saat mereka bepergian ke seluruh benua jika tidak ke seluruh dunia,” tulis di laman CareerCast.com. CareerCast.com, selain menghadirkan 10 profesi dengan tingkat stres tertinggi, juga menampilkan 10 profesi dengan tingkat stres terendah.
Peringkat pertama diduduki profesi sebagai guru besar di Universitas. Rata-rata gaji yang mereka dapatkan sebanyak USD62.050 per tahun. Kedua ada penjahit wanita dengan penghasilan rata-rata USD25.850 per tahun.
Sementara di peringkat ketiga ada petugas rekam medis (dengan gaji USD32.350), dan perajin perhiasan di peringkat keempat (USD35.170). Profesi yang tingkat stresnya rendah selanjutnya petugas laboratorium kesehatan, ahli pendengaran, ahli diet dan gizi,penata rambut,pustakawan,serta operator bor tekan.
”Guru besar di sebuah universitas tidak seperti pendidik di sekolah dasar atau menengah, kinerja sang profesor tidak dievaluasi berdasarkan pada tes yang distandarisasikan. Mereka juga memiliki jaminan mendapatkan profesi tersebut seumur hidupnya,” analisis CareerCast.com.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada setiap bidang profesi memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda sehingga tingkat stres yang dialami setiap orang pun berbeda-beda. Namun, pada prinsipnya semua tingkat stres baik yang tertinggi maupun terendah tidak lepas dari beberapa alasan mendasar ini.
”Yaitu adanya ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kapasitas yang dimiliki individu, beban yang besar dari tuntutan di lingkungan luar seperti keluarga dan tempat bekerja yang berkaitan dengan strukturalisasi jabatan pekerjaan, serta kurang mampunya copying individu terhadap beban pekerjaan,” kata psikolog klinis Lia Sutisna Latief kepada Seputar Indonesia (SINDO), Sabtu, 5 Januari 2013.
Sebab itu, setiap individu perlu menjembatani aktivitas pekerjaannya dengan kegiatan-kegiatan yang menyegarkan, khususnya pada profesi yang tingkat stresnya tinggi seperti tentara.
”Jika tidak diimbangi dengan refreshing, memungkinkan bagi siapa pun yang berprofesi sebagai tentara akan mengalami stres.Terlebih sering meninggalkan anak dan istri selama berbulan- bulan ketika menjalani tugas di luar kota atau negara,” ungkap Lia.
Terdapat sejumlah bidang pekerjaan yang berpotensi memiliki tingkat stres. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pekerjaan membuat stres.
Di antaranya beban tugas yang sangat berat, perang yang berkecamuk, jauh dari keluarga, selalu membutuhkan fisik yang prima, dikejar deadline, sampai mempertaruhkan nyawa penumpang.
Seringkali gaji yang mereka dapat tidak seimbang dengan risiko pekerjaan yang ditanggung. Belum lama ini CarrerCast.com membuat peringkat sejumlah pekerjaan yang paling membuat stres pada 2013.
Peringkat pertama diduduki oleh mereka yang berprofesi sebagai tentara militer. Setiap saat nyawa menjadi taruhannya ketika mereka bertugas di wilayah konflik. Ketika masa damai pun mereka tetap menanggung tugas berat seperti memberi bantuan saat terjadi bencana alam.
Sementara rata-rata gaji yang mereka peroleh senilai USD45.528 per tahun. Di peringkat kedua adalah posisi jenderal militer. Seorang jenderal bertugas menentukan strategi taktis dalam pertempuran.
Keputusan strategi yang dihasilkannya berdampak pada rasa aman dan tidaknya bagi semua bawahannya ketika menghadapi sebuah operasi militer. Keputusan itu juga memengaruhi masa depan kehidupan semua prajurit dan keluarga.
Dari pekerjaan ini, mereka memperoleh rata-rata gaji senilai USD196.300 per tahun. Di peringkat ketiga terdapat profesi petugas pemadam kebakaran. Gaji mereka rata-rata USD45.250, sementara mereka harus bertaruh nyawa melawan api atau akibat kelelahan.
Pemerintah AS melaporkan bahwa pada 2011 sebanyak 81 petugas pemadam kebakaran meninggal dunia saat bertugas dan ada 77 pada 2012.
Profesi sebagai pilot pesawat terbang menduduki posisi keempat (gaji USD92.060) dan public relation executive di peringkat kelima (USD57.550). Sedangkan chief executive officer(CEO) di peringkat keenam (USD101.250), jurnalis foto ketujuh (USD29.130), reporter koran kedelapan (USD36.000), sopir taksi kesembilan (USD22.440), dan polisi ke-10 (USD55.010).
”Profesi sebagai pilot menanggung kemungkinan bahaya yang sangat nyata. Namun,keselamatan adalah jaminan pertama dari seorang pilot berpengalaman. Pilot maskapai penerbangan komersial menghabiskan waktu yang lama jauh dari rumah saat mereka bepergian ke seluruh benua jika tidak ke seluruh dunia,” tulis di laman CareerCast.com. CareerCast.com, selain menghadirkan 10 profesi dengan tingkat stres tertinggi, juga menampilkan 10 profesi dengan tingkat stres terendah.
Peringkat pertama diduduki profesi sebagai guru besar di Universitas. Rata-rata gaji yang mereka dapatkan sebanyak USD62.050 per tahun. Kedua ada penjahit wanita dengan penghasilan rata-rata USD25.850 per tahun.
Sementara di peringkat ketiga ada petugas rekam medis (dengan gaji USD32.350), dan perajin perhiasan di peringkat keempat (USD35.170). Profesi yang tingkat stresnya rendah selanjutnya petugas laboratorium kesehatan, ahli pendengaran, ahli diet dan gizi,penata rambut,pustakawan,serta operator bor tekan.
”Guru besar di sebuah universitas tidak seperti pendidik di sekolah dasar atau menengah, kinerja sang profesor tidak dievaluasi berdasarkan pada tes yang distandarisasikan. Mereka juga memiliki jaminan mendapatkan profesi tersebut seumur hidupnya,” analisis CareerCast.com.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada setiap bidang profesi memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda sehingga tingkat stres yang dialami setiap orang pun berbeda-beda. Namun, pada prinsipnya semua tingkat stres baik yang tertinggi maupun terendah tidak lepas dari beberapa alasan mendasar ini.
”Yaitu adanya ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kapasitas yang dimiliki individu, beban yang besar dari tuntutan di lingkungan luar seperti keluarga dan tempat bekerja yang berkaitan dengan strukturalisasi jabatan pekerjaan, serta kurang mampunya copying individu terhadap beban pekerjaan,” kata psikolog klinis Lia Sutisna Latief kepada Seputar Indonesia (SINDO), Sabtu, 5 Januari 2013.
Sebab itu, setiap individu perlu menjembatani aktivitas pekerjaannya dengan kegiatan-kegiatan yang menyegarkan, khususnya pada profesi yang tingkat stresnya tinggi seperti tentara.
”Jika tidak diimbangi dengan refreshing, memungkinkan bagi siapa pun yang berprofesi sebagai tentara akan mengalami stres.Terlebih sering meninggalkan anak dan istri selama berbulan- bulan ketika menjalani tugas di luar kota atau negara,” ungkap Lia.
(kur)