KPR masih jadi primadona
A
A
A
Selama ada pertumbuhan penduduk, permintaan rumah tidak pernah berkurang. Di sejumlah kota besar seperti Jakarta mencari rumah baru bahkan sulit dilakukan. Akhirnya banyak warga Jakarta yang mencari rumah di kota-kota penyangga.
Hal ini berdampak pada pertumbuhan perumahan baru di wilayah satelit Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Harga rumah yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari harga Rp90 jutaan hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah.
Bagi yang berpenghasilan maksimal Rp10 juta hampir tidak ada yang bisa membeli rumah secara tunai. Apalagi banyak perumahan yang baru dipasarkan langsung habis diburu konsumen. Padahal fisik perumahan baru akan dibangun.
Menurut pengamatan SINDO di daerah Citayam, Bogor, misalnya, banyak perumahan baru yang saat ini akan dibangun. Namun, sudah banyak calon pembeli yang meninjau lokasi walaupun belum dipasarkan.Sementara itu, banyak kantor pemasaran yang tidak pernah henti didatangi calon pembeli. Peningkatan jumlah pembeli rumah ini disebabkan ada fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang disediakan perbankan.
Peningkatan jumlah pembelian rumah berbanding lurus dengan peningkatan KPR di berbagai bank. Hal ini mengingat mayoritas pembelian rumah dilakukan dengan menggunakan fasilitas KPR. Semua bank optimistis tahun depan penyaluran KPR akan lebih besar dibanding tahun ini.
Salah satu bank yang menyalurkan KPR besar adalah Bank Jabar Banten (BJB).Pada 11 bulan pertama tahun ini BJB telah menyalurkan KPR sebesar Rp1,5 triliun.
Angka ini lebih besar dibanding KPR selama 2011 yang hanya sebesar Rp500 miliar. Senior Vice President Division Head of Mortgage & Hosting Loan BJB Fermiyanti mengatakan, pasar KPR di Jawa Barat masih cukup menjanjikan.
Tahun depan BJB menargetkan pertumbuhan sebesar 100% atau hingga senilai Rp3 triliun. Contoh segmen yang ditargetkan BJB adalah sejumlah pegawai lembaga pemerintahan seperti PNS, TNI/ Polri, dan Jamsostek.
Selain itu, BJB juga akan membidik semua segmen pasar perumahan, mulai dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), kalangan menengah, dan atas. ”Kami terus mengikuti perubahan aturan FLPP, tapi pada prinsipnya kami siap,” kata Fermiyanti 15 Desember 2012.
Pertumbuhan perumahan dan real estat yang berimbas pada kenaikan KPR juga dirasakan Bank Tabungan Negara (BTN). Direktur Utama BTN Iqbal Latanro mengakui kredit perumahan menunjukkan pertumbuhan yang pesat, banyak program perumahan ditawarkan laris di pasaran. Program kredit perumahan sekarang ini banyak diminati kalangan menengah atas. Kelompok ini menguasai pasar kredit perumahan.
Pesatnya pertumbuhan segmen kelas menengah berdampak terhadap peningkatan bisnis KPR. Lebih jauh dia menjelaskan, saat ini Indonesia berada pada masa keemasan yaitu mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 35%.
Hal ini sangat berimbas pada pasar properti. ”Populasi masyarakat kelas menengah diperkirakan dapat tumbuh 48% antara tahun 2012–2015,” ucap Iqbal ketika hadir di acara Rakernas REI 2012 pada 5 Desember lalu.
Peningkatan pembelian rumah tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga di sejumlah daerah seperti di Medan Sumatera Utara.Pengajuan KPR di sana terus meningkat. Menurut Ketua Real Estat Indonesia (REI) Sumatera Utara Tomi Wistan, program KPR menjadi pilihan bagi mereka yang ingin segera memiliki rumah. Sekira 90% masyarakat berpenghasilan rendah menggunakan KPR.
Sedangkan dari kelas menengah atas, ada 80% dan 50% yang mengincar properti mewah. ”KPR ini sangat membantu dalam sistem pembayaran dari harga rumah yang ditawarkan atau diinginkan,” kata Tomi. Mengingat KPR menjadi andalan masyarakat untuk memiliki rumah, banyak yang berharap agar bunga KPR bisa lebih rendah.Selama ini bunga KPR bagi sejumlah kalangan dianggap cukup tinggi.
Saat ini sejumlah bank mengklaim menawarkan bunga yang rendah. Tetapi, fakta yang terjadi justru sebaliknya. Bunga KPR justru dirasakan masyarakat masih cukup tinggi. Meski begitu minat masyarakat untuk memiliki rumah melalui mekanisme KPR tetap menjadi pilihan utama karena dianggap lebih mudah
Hal ini berdampak pada pertumbuhan perumahan baru di wilayah satelit Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Harga rumah yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari harga Rp90 jutaan hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah.
Bagi yang berpenghasilan maksimal Rp10 juta hampir tidak ada yang bisa membeli rumah secara tunai. Apalagi banyak perumahan yang baru dipasarkan langsung habis diburu konsumen. Padahal fisik perumahan baru akan dibangun.
Menurut pengamatan SINDO di daerah Citayam, Bogor, misalnya, banyak perumahan baru yang saat ini akan dibangun. Namun, sudah banyak calon pembeli yang meninjau lokasi walaupun belum dipasarkan.Sementara itu, banyak kantor pemasaran yang tidak pernah henti didatangi calon pembeli. Peningkatan jumlah pembeli rumah ini disebabkan ada fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang disediakan perbankan.
Peningkatan jumlah pembelian rumah berbanding lurus dengan peningkatan KPR di berbagai bank. Hal ini mengingat mayoritas pembelian rumah dilakukan dengan menggunakan fasilitas KPR. Semua bank optimistis tahun depan penyaluran KPR akan lebih besar dibanding tahun ini.
Salah satu bank yang menyalurkan KPR besar adalah Bank Jabar Banten (BJB).Pada 11 bulan pertama tahun ini BJB telah menyalurkan KPR sebesar Rp1,5 triliun.
Angka ini lebih besar dibanding KPR selama 2011 yang hanya sebesar Rp500 miliar. Senior Vice President Division Head of Mortgage & Hosting Loan BJB Fermiyanti mengatakan, pasar KPR di Jawa Barat masih cukup menjanjikan.
Tahun depan BJB menargetkan pertumbuhan sebesar 100% atau hingga senilai Rp3 triliun. Contoh segmen yang ditargetkan BJB adalah sejumlah pegawai lembaga pemerintahan seperti PNS, TNI/ Polri, dan Jamsostek.
Selain itu, BJB juga akan membidik semua segmen pasar perumahan, mulai dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), kalangan menengah, dan atas. ”Kami terus mengikuti perubahan aturan FLPP, tapi pada prinsipnya kami siap,” kata Fermiyanti 15 Desember 2012.
Pertumbuhan perumahan dan real estat yang berimbas pada kenaikan KPR juga dirasakan Bank Tabungan Negara (BTN). Direktur Utama BTN Iqbal Latanro mengakui kredit perumahan menunjukkan pertumbuhan yang pesat, banyak program perumahan ditawarkan laris di pasaran. Program kredit perumahan sekarang ini banyak diminati kalangan menengah atas. Kelompok ini menguasai pasar kredit perumahan.
Pesatnya pertumbuhan segmen kelas menengah berdampak terhadap peningkatan bisnis KPR. Lebih jauh dia menjelaskan, saat ini Indonesia berada pada masa keemasan yaitu mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 35%.
Hal ini sangat berimbas pada pasar properti. ”Populasi masyarakat kelas menengah diperkirakan dapat tumbuh 48% antara tahun 2012–2015,” ucap Iqbal ketika hadir di acara Rakernas REI 2012 pada 5 Desember lalu.
Peningkatan pembelian rumah tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga di sejumlah daerah seperti di Medan Sumatera Utara.Pengajuan KPR di sana terus meningkat. Menurut Ketua Real Estat Indonesia (REI) Sumatera Utara Tomi Wistan, program KPR menjadi pilihan bagi mereka yang ingin segera memiliki rumah. Sekira 90% masyarakat berpenghasilan rendah menggunakan KPR.
Sedangkan dari kelas menengah atas, ada 80% dan 50% yang mengincar properti mewah. ”KPR ini sangat membantu dalam sistem pembayaran dari harga rumah yang ditawarkan atau diinginkan,” kata Tomi. Mengingat KPR menjadi andalan masyarakat untuk memiliki rumah, banyak yang berharap agar bunga KPR bisa lebih rendah.Selama ini bunga KPR bagi sejumlah kalangan dianggap cukup tinggi.
Saat ini sejumlah bank mengklaim menawarkan bunga yang rendah. Tetapi, fakta yang terjadi justru sebaliknya. Bunga KPR justru dirasakan masyarakat masih cukup tinggi. Meski begitu minat masyarakat untuk memiliki rumah melalui mekanisme KPR tetap menjadi pilihan utama karena dianggap lebih mudah
(kur)