Butuh dukungan dunia pendidikan

Sabtu, 15 Desember 2012 - 05:43 WIB
Butuh dukungan dunia...
Butuh dukungan dunia pendidikan
A A A
Lembaga pendidikan tinggi, khususnya fakultas kedokteran dan farmasi, dituntut memberikan perhatian pada obat-obat herbal. Para mahasiswa bisa menjadikan obat herbal sebagai salah satu pilihan mereka.

Menurut Kepala Unit Pengobatan Alternatif Komplementer Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta dr Aldrin Neilwan SpAk MARS MBiomed (onk) mKes, upaya memasukkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional ke dalam pembelajaran di kampus-kampus kedokteran akan menambah pengetahuan baru bagi calon dokter nantinya.Mereka akan mengetahui sejatinya ada cara pengobatan lain di luar pengobatan konvensional yang selama ini diketahui.

Untuk memasukkannya sebagai mata kuliah di dunia pendidikan, maka harus digali secara mendalam dahulu yaitu ilmu-ilmu pengobatan tradisional tersebut. Sehingga, sebelum menjadi sebuah disiplin ilmu tertentu, konsepsi yang ditawarkan sudah memenuhi filosofi pendidikan. Sejauh ini sudah ada beberapa fakultas kedokteran yang menerapkan program tersebut, seperti Universitas Indonesia, UNAIR Surabaya, Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dia menambahkan, selama ini yang sudah dikenal adalah Pengobatan Tradisional Indonesia (Indonesian traditional medicine/PTI) seperti yang sudah dipraktikkan di Program Magister Herbal di Universitas Indonesia. ”Untuk menjadikannya sebuah disiplin ilmu sendiri, maka pengobatan tradisional harus dikaji secara mendalam sehingga body of khowladge-nya lengkap,” kata Aldrin. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang mengatakan, sangat penting sekali bila pengobatan tradisional dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di tahun 2013 nanti.

”Menurut saya, hal ini membutuhkan waktu yang panjang karena kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan jamu, misalnya untuk pengobatan, masih minim. Optimalkan dahulu soal kesadaran masyarakat terhadap kearifan lokal kita ini,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Nyonya Meneer ini kepada Seputar Indonesia (SINDO). Ada dua hal yang mesti didorong pemerintah jika ingin memasukkan pengobatan tradisional ini sebagai kajian keilmuan di dunia pendidikan. Pertama, apakah hal ini bertujuan untuk pemahaman mengenai keilmuannya atau kedua juga ingin mengenalkan satu kekayaan lokal bangsa Indonesia di hadapan dunia kedokteran Internasional.

Jika ingin menjadikannya sebagai sebuah disiplin ilmu tertentu, maka yang harus dipelajari tentunya mengenai sumber alaminya pengobatan tradisional atau herbal seperti pembelajaran tentang Jahe, Temulawak, Kayu Putih, atau jenis tumbuhan lainnya yang bisa dijadikan pengobatan. ”Pengenalan jenis-jenis tumbuhan ini menjadi dasar pengetahuan pengobatan tradisional,” ucapnya. Dia menambahkan, saat ini yang harus menjadi pendidikan utama mestinya bagaimana mengenalkan pengobatan tradisional, terutamajamusebagai satu budaya kekayaan lokal yang mulai diperkenalkan di dunia internasional.

”Kita belum bisa seperti China yang menjadikan produk-produk pengobatan tradisionalnya sebagai aset budaya yang dikembangkan sampai di negara-negara lain,sehingga menjadi ciri khas,”lanjut Charles. Terlebih lagi aktualisasi pengetahuan jamu di lingkungan pendidikan belum mendorong saat ini. Selama ini yang sudah ada adalah program Scientificationjamu yang berada dibawa Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.

Di Litbangkes ini penelitian yang dilakukan terkait dengan optimalisasi pengobatan tradisional dipusatkan pada empat produk penanganan penyakit yaitu, rematik, darah tinggi,gula dan kolesterol. ”Para dosen kedokteran seperti dokter herbal di Universitas Indonesia, yang biasanya mengajarkan hasil penelitian dari Litbangkes kepada para mahasiswa mereka. Hasil penelitian ini yang kemudian banyak diajarkan di kampuskampus formal,”kata Charles.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0630 seconds (0.1#10.140)