Gereja Palasari, perpaduan gothic & adat Bali
A
A
A
WISATA sejarah, sekaligus rohani di wilayah Bali bagian barat bagi umat Kristen Katolik adalah Gereja Paroki Hati Kudus Yesus atau yang lebih dikenal dengan nama Geraja Palasari yang terletak di Dusun Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali.
Keindahan serta keunikan gereja ini, terletak pada umur bangunannya yang sangat tua. Tempat ini, banyak dikunjungi bukan hanya oleh wisatawan lokal, tetapi juga dunia.
Gereja Palasari terletak 20 kilometer di sebelah barat laut Kota Negara, Kabupaten Jembrana. Perjalanan ke tempat ini, bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit dari Kota Negara.
Sepanjang perjalanan dari Jalan Raya Denpasar–Gilimanuk sampai ke Palasari, para wisatawan akan disajikan dengan pemandangan rumah penduduk yang tertata rapi, dan juga suasana yang sejuk. Karena beberapa tempat di kawasan ini, masih berbentuk hutan dan terdapat sawah di beberapa tempat, di pinggir jalan.
Tak jauh dari Gereja Palasari, terdapat objek wisata Goa maria, dan Bendungan Palasari.
Gereja Palasari dibangun pada tahun 1940-an, oleh Pater Simon Buis, SVD. Bersama puluhan kepala keluarga yang berasal dari Tuka dan Gumbrih, Pater membuka sebuah hutan Pala di suatu lokasi dekat bukit, yang diberi nama Palasari (sekarang disebut Palasari Lama).
Kemudian, Palasari Lama pindah tempat ke sebelah utara Sungai Sanghyang. Tempat ini lah yang sekarang disebut Palasari. Di sini, Pater membangun desa “Model Dorf” berbudaya Bali dan bernuansa Katolik. Pada 1955, bukit di sebelah timur gereja diratakan, dan kemudian dibangun gereja.
Gereja yang kokoh, perpaduan arsitektur Belanda dan Bali memberikan nuansa tersendiri bagi umat Katolik Bali. Gereja Palasari ini diresmikan oleh Pastor Simon Bois pada 15 September 1940. Pastor inilah yang mengenalkan agama Katolik pertama kalinya di daerah Bali Barat (Palasari).
Arsitektur Gereja Palasari sangat kental akan unsur Balinya. Keunikan bangunan Gereja Palasari terletak pada bangunan yang memadukan arsitektur gothic dengan Bali. Walaupun Gereja Palasari ini berusia sangat tua, namun kondisi dan keadaan dalam gedung, masih sangat kokoh, dan terlihat modern.
Pada pintu masuk halaman, terdapat gapura yang pada umumnya terdapat di pura (tempat ibadah umat Hindu) atau di pintu masuk rumah masyarakat Bali pada umumnya. Halaman Gereja Palasari, banyak ditumbuhi pohon cemara dengan beberapa pembatas halaman gedung yang terdapat sedikit ukiran Bali.
Di dalam Gereja, setelah pintu masuk, terpasang foto–foto lawas yang menunjukkan sejarah pembangunan Gereja Palasari. Tampak menggantung, foto lawas romo–romo Eropa yang memulai karir misi di daerah Palasari dan juga memulai pembangunan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Palasari.
Bagian dalam gereja mulai dari patung, tabernakel, altar, salib, 14 ukiran jalan salib, semuanya tersentuh budaya Bali. Seperti terlihat pada patung Bunda Maria dan Yesus di sisi kanan dan kiri altar, terdapat payung (tedung) yang kebanyakan dipakai oleh orang Bali.
Bila berkunjung ke Gereja Palasari, para turis yang ingin berlama-lama bisa menginap. Karena tak jauh dari gereja ini, terdapat sebuah hotel yang bernama Hotel Klarisa yang terletak di Desa Candikusuma, yang bisa anda tempuh dengan waktu kurang lebih 10 menit.
Keindahan serta keunikan gereja ini, terletak pada umur bangunannya yang sangat tua. Tempat ini, banyak dikunjungi bukan hanya oleh wisatawan lokal, tetapi juga dunia.
Gereja Palasari terletak 20 kilometer di sebelah barat laut Kota Negara, Kabupaten Jembrana. Perjalanan ke tempat ini, bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit dari Kota Negara.
Sepanjang perjalanan dari Jalan Raya Denpasar–Gilimanuk sampai ke Palasari, para wisatawan akan disajikan dengan pemandangan rumah penduduk yang tertata rapi, dan juga suasana yang sejuk. Karena beberapa tempat di kawasan ini, masih berbentuk hutan dan terdapat sawah di beberapa tempat, di pinggir jalan.
Tak jauh dari Gereja Palasari, terdapat objek wisata Goa maria, dan Bendungan Palasari.
Gereja Palasari dibangun pada tahun 1940-an, oleh Pater Simon Buis, SVD. Bersama puluhan kepala keluarga yang berasal dari Tuka dan Gumbrih, Pater membuka sebuah hutan Pala di suatu lokasi dekat bukit, yang diberi nama Palasari (sekarang disebut Palasari Lama).
Kemudian, Palasari Lama pindah tempat ke sebelah utara Sungai Sanghyang. Tempat ini lah yang sekarang disebut Palasari. Di sini, Pater membangun desa “Model Dorf” berbudaya Bali dan bernuansa Katolik. Pada 1955, bukit di sebelah timur gereja diratakan, dan kemudian dibangun gereja.
Gereja yang kokoh, perpaduan arsitektur Belanda dan Bali memberikan nuansa tersendiri bagi umat Katolik Bali. Gereja Palasari ini diresmikan oleh Pastor Simon Bois pada 15 September 1940. Pastor inilah yang mengenalkan agama Katolik pertama kalinya di daerah Bali Barat (Palasari).
Arsitektur Gereja Palasari sangat kental akan unsur Balinya. Keunikan bangunan Gereja Palasari terletak pada bangunan yang memadukan arsitektur gothic dengan Bali. Walaupun Gereja Palasari ini berusia sangat tua, namun kondisi dan keadaan dalam gedung, masih sangat kokoh, dan terlihat modern.
Pada pintu masuk halaman, terdapat gapura yang pada umumnya terdapat di pura (tempat ibadah umat Hindu) atau di pintu masuk rumah masyarakat Bali pada umumnya. Halaman Gereja Palasari, banyak ditumbuhi pohon cemara dengan beberapa pembatas halaman gedung yang terdapat sedikit ukiran Bali.
Di dalam Gereja, setelah pintu masuk, terpasang foto–foto lawas yang menunjukkan sejarah pembangunan Gereja Palasari. Tampak menggantung, foto lawas romo–romo Eropa yang memulai karir misi di daerah Palasari dan juga memulai pembangunan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Palasari.
Bagian dalam gereja mulai dari patung, tabernakel, altar, salib, 14 ukiran jalan salib, semuanya tersentuh budaya Bali. Seperti terlihat pada patung Bunda Maria dan Yesus di sisi kanan dan kiri altar, terdapat payung (tedung) yang kebanyakan dipakai oleh orang Bali.
Bila berkunjung ke Gereja Palasari, para turis yang ingin berlama-lama bisa menginap. Karena tak jauh dari gereja ini, terdapat sebuah hotel yang bernama Hotel Klarisa yang terletak di Desa Candikusuma, yang bisa anda tempuh dengan waktu kurang lebih 10 menit.
(san)