Singa bermain di kolam kecil

Jum'at, 28 September 2012 - 09:12 WIB
Singa bermain di kolam...
Singa bermain di kolam kecil
A A A
Keinginan publik untuk menikmati transportasi udara semakin tinggi. Kesempatan ini dimanfaatkan sejumlah maskapai penerbangan dengan menawarkan penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC).

Penerbangan berbiaya murah kini terus mengalami peningkatan. Maklum, pasar yang tersedia secara global terus meningkat. Karena itu, tak heran bila di seluruh dunia pertumbuhan maskapai berbiaya murah juga terus bertambah, termasuk di Indonesia.

Peningkatan masyarakat kelas ekonomi menengah di Indonesia berkontribusi besar pada tingginya jumlah penumpang maskapai berbiaya murah.

“Kesempatan tersebut dimanfaatkan dua maskapai besar Lion Air (Indonesia) dan AirAsia (Malaysia),” kata pengamat penerbangan Samudra Sukardi kepada harian SINDO, Kamis 20 September 2012.

AirAsia beroperasi di Indonesia sejak 2000 di bawah nama PT AWAIR International, yang kemudian diambil alih AirAsia Indonesia pada 2004. Sementara Lion Air baru berencana akan mendirikan maskapainya di Malaysia.

Samudra mengatakan, keinginan Lion Air yang akan mendirikan maskapai di Malaysia tidak terlalu menguntungkan sebab rute-rute penerbangan di Malaysia tidak sebanyak di Indonesia.

“Keputusan itu tidak terlalu signifikan, beda misalnya AirAsia yang masuk ke Indonesia. Itu pilihan cerdas baginya. Ibaratnya Lion Air masuk ke kolam kecil, sementara AirAsia masuk ke kolam besar,” kata Samudra.

Ada baiknya jika pelanggan terbesar Boeing ini memperkuat keberadaannya di Indonesia. Masih banyak potensi yang bisa dioptimalkan di dalam negeri, sementara jika Lion Air yang nanti di bawah nama Malindo Airways ini beroperasi di Malaysia keberadaannya tidak strategis.

“Rute di Malaysia itu terbatas. Meski rute penerbangannya nanti ke kawasan-kawasan Asia, tetap saja jumlah penumpangnya tidak setinggi di Indonesia,” ungkapnya.

Lion Air tercatat sebagai maskapai yang bergerak di sektor LCC dengan jumlah penumpang paling banyak di tingkat domestik. Sampai akhir Desember 2011, maskapai yang berada di bawah PT Lion Mentari Airlines ini berhasil mengangkut 24,97 juta penumpang.

Artinya, maskapai ini mampu menguasai total pangsa pasar penumpang domestik nasional sekitar 41,59%.

“Sementara pada tiga bulan pertama 2012, PT Mentari Lion Airlines mencatat kenaikan jumlah penumpang baik domestik maupun internasional sebanyak 800.000 orang atau meningkat 10% dibanding tahun lalu, menjadi 8 juta penumpang,” kata Direktur Utama Lion Air Edward Sirait (SINDO, 25 Mei 2012).

Persaingan penerbangan biaya murah juga terjadi di Eropa. Di kawasan ini terdapat sejumlah maskapai berbiaya murah seperti Ryanair, Irlandia, EasyJet, Inggris, serta Air Berlin, Germanwings, dan Tuifly, Jerman.

Lutfhansa yang terkenal dengan maskapai Jerman bertarif mahal bahkan menyediakan penerbangan murah untuk beberapa rute tertentu. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, namun tetap saja penerbangan murah ini banyak diminati terutama untuk menikmati liburan ke antarnegara di Eropa.

Ryanair misalnya, maskapai yang bergerak di sektor LCC yang berpusat di Dublin Airport ini, mengangkut penumpang dari dan ke 19 kota di Eropa termasuk Paris dan London saat perhelatan Piala Eropa beberapa bulan lalu di Polandia dan Ukraina.

Karena ajang sepak bola empat tahunan di Benua Biru ini, Ryanair sampai menerbitkan rute-rute terbaru untuk mengangkut para penumpang yang ingin menyaksikan olahraga paling populer di dunia.

Berdiri pada 1985, kini Ryanair mengoperasikan lebih dari 290 pesawat Boeing 737-800. Keberadaannya yang menerapkan model maskapai berbiaya murah dinilai berhasil.

Maskapai ini berekspansi dengan cepat akibat diterapkannya deregulasi industri penerbangan di Eropa pada 1997. Adanya deregulasi memberikan kebebasan industri penerbangan untuk berekspansi tanpa campur tangan pemerintah.

Menurut International Air Transport Association (IATA),maskapai terbesar berbiaya murah di Eropa ini mengangkut 76 juta penumpang sampai akhir Desember 2011.

Jumlah ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya, yang hanya 72 juta penumpang. Sementara Lutfhansa mengalami penurunan yang tajam. Jika pada 2010 maskapai ini membawa 90 juta penumpang, pada 2011 hanya mengangkut 65 juta penumpang.

Belum lama ini Ryanair mengumumkan ketertarikannya membeli 25% saham London Stansted Airport. Maskapai ini berambisi memimpin kompetisi maskapai berbiaya murah di Eropa.

Dengan akan dibelinya bandara ini, maskapai berkepentingan memperluas ekspansi dan meningkatkan jumlah penumpang selama satu dekade ke depan.

Ryanair semakin ingin diakui sebagai maskapai penerbangan model LCC yang terbesar dan terkuat di Eropa. Segmentasi penumpang kelas menengah yang diambil membuat Ryanair tidak terlalu terpengaruh akibat krisis ekonomi di sejumlah negara di Eropa.

“Ryanair membulatkan niat ingin melebarkan sayap ke sana (London Stansted Airport) karena tempat tersebut bisa menjadi landasan pacu yang baru baginya di kawasan Eropa Tenggara,” kata Chief Executive of Ryanair Michael O’Leary.

Sementara EasyJet tidak kalah hebatnya. Operasi penerbangan maskapai ini mencapai 500 rute di antara 118 bandara di Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat. Ia merupakan salah satu maskapai model LCC terbesar di Eropa.

Sesuai data yang dirilis pada situs resmi EasyJet, maskapai ini tercatat mengangkut 50 juta penumpang sampai akhir 2011. Maskapai ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding 2010,yang hanya membawa 42,4 juta penumpang.

Antara Ryanair, EasyJet, dan Lutfhansa sama-sama mengambil keuntungan besar dari pilihan segmentasi penumpang penerbangan berbiaya murah. Ketiganya memperhatikan prospek ke depan lebih menjanjikan dibanding maskapai berfasilitas lengkap, namun mahal.

Karena alasan ini, Grup Lutfhansa AG berencana menggabungkan sejumlah maskapai penerbangan domestik berbiaya murah di jalur penerbangan yang menghubungkan antara Munich dan Frankfrut.

Hal ini agar bisa bersaing dengan EasyJet dan Ryanair. Dengan strategi ini, Lutfhansa menargetkan bisa menarik 18 juta penumpang per tahun dari jalur penerbangan domestik tersebut.

“Restrukturisasi akan membantu mencapai keuntungan efisiensi yang signifikan,” ungkap CEO Lutfhansa Christoph Franz.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0881 seconds (0.1#10.140)