Pasar domestik yang makin menjanjikan

Kamis, 27 September 2012 - 10:47 WIB
Pasar domestik yang...
Pasar domestik yang makin menjanjikan
A A A
Sebagian masyarakat saat ini menganggap transportasi udara bukan lagi barang mewah. Terbukti, bandar udara (bandara) sering ramai, khususnya pada musim liburan. Masyarakat menjadikan pesawat terbang sebagai pilihan untuk transportasi jarak jauh dan menengah.

Sebagai gambaran, menjelang Lebaran lalu misalnya antrean penumpang di loket check in maskapai terlihat menumpuk di sejumlah bandara di Tanah Air.

Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dan Juanda, Surabaya bahkan terlihat sangat sesak (crowded). Tak heran jika pada Lebaran lalu sejumlah maskapai mengajukan penambahan jadwal penerbangan (extra flight) untuk mengimbangi permintaan yang meningkat.

Kondisi ini bisa terjadi selain karena kesejahteraan masyarakat yang makin meningkat, juga makin maraknya penawaran dari maskapai bertarif terjangkau (low cost carrier/LCC). Banyak alternatif harga dan pilihan fasilitas yang bisa dipilih calon penumpang.

Menurut data Badan Pusat Statistik, pada semester pertama 2012 jumlah penumpang pesawat domestik mencapai 26,3 juta orang. Angka ini meningkat 4,68% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 25,1 juta orang.

Bandara Soekarno- Hatta menjadi penyumbang terbanyak dengan 9,6 juta orang atau sebesar 36,49% dari total jumlah penumpang. Terus bertambahnya penumpang pesawat juga terlihat jelas pada data statistik nasional angkutan penumpang dan pesawat yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Pada 2009 jumlah penumpang yang datang dan berangkat masing-masing sebesar 33,8 juta orang dan 33.3 juta orang.

Angka ini meningkat pada 2010 menjadi 43.3 juta orang dan 42,2 juta orang. Sedangkan pada 2011 angka penumpang datang meningkat menjadi 57,5 juta orang, dan yang berangkat 52,9 juta orang. (lihat grafis) Pertumbuhan penumpang ini berimbas pada pertumbuhan pesawat.

Pada 2009 jumlah pesawat yang berangkan dan datang masing-masing 343.369 pesawat dan 346.978 pesawat.Angka ini meningkat menjadi 466.872 pesawat datang dan 467.850 pesawat berangkat pada 2010.

Sedangkan pada 2011 jumlah pesawat datang menjadi 524.213 pesawat dan yang berangkat sebesar 524.695 pesawat. Fenomena pertumbuhan pasar Indonesia ini mengindikasikan pasar yang menjanjikan.

Wajar jika sejumlah maskapai terus meningkatkan jumlah armada yang mereka pergunakan. Lion Air misalnya pada Februari lalu di ajang Singapore Airshow menandatangani kesepakatan bersejarah untuk membeli 230 pesawat Boeing 737.

Hingga 2026 Lion Air diprediksi akan mempunyai 468 pesawat komersial, termasuk 60 pesawat untuk Wings Air dan 60 pesawat untuk JetSpace. Sedangkan Garuda pada ajang tersebut membeli 18 pesawat CRJ1000 Bombardier.

Tambahan ini belum termasuk sejumlah pesawat sewa berupa Airbus A330 dan Boeing 737 untuk pengiriman jangka pendek dan menengah. Akhir dekade ini diperkirakan jumlah armada pesawat bisa mencapai 1.000 unit. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memprediksi tahun ini industri penerbangan akan meningkat sebesar 15–20%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) Tengku Burhanuddin mengatakan, industri penerbangan Indonesia sangat potensial.

Masih banyak pasar yang bisa digarap. Dia mencontohkan, maskapai-maskapai yang menggunakan pesawat kecil saat ini juga tumbuh pesat. Termasuk di dalamnya bisnis pesawat sewa (carter) yang memakai pesawat kecil juga mulai banyak diminati pasar.

“Contohnya saja maskapai Susi Air yang dalam waktu empat tahun sudah dapat menjadi satu perusahaan penerbangan yang sangat dikenal,” pungkas Tengku.

Jumlah pasar Indonesia yang besar ini juga menjadi tantangan tersendiri karena maskapai harus bisa memenuhi sejumlah hal untuk memenuhi kebutuhan pasar.

(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9028 seconds (0.1#10.140)