Perang maskapai negeri serumpun

Rabu, 26 September 2012 - 11:06 WIB
Perang maskapai negeri...
Perang maskapai negeri serumpun
A A A
Tingginya minat masyarakat terhadap transportasi udara membuat sejumlah maskapai penerbangan menerapkan strategi penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC). Tak pelak, pertarungan antarmaskapai yang bergerak pada sektor ini pun semakin sengit.

Maskapai Lion Air beberapa waktu lalu mengumumkan strategi bisnis mereka dengan berekspansi mendirikan maskapai berbiaya rendah di Malaysia. Langkah ini sebagai bagian dari ekspansi regional agresif yang dilakukan Lion Air.

Bersama National Aerospace & Defence Industries( NADI), Malaysia Lion Air telah menandatangani kesepakatan untuk mendirikan perusahaan penerbangan murah (low-cost carrier/LCC).

Lewat bendera Malindo Airways, maskapai patungan ini akan menjelajah rute ASEAN dan dimulai pada Mei 2013. Pada bisnis patungan ini, Lion Air menguasai 49% saham, sementara sisanya dipegang NADI (51%).

Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana, seperti dilansir AFP, menyatakan siap “bertarung”di bisnis LCC dengan memberikan pelayanan terbaik. Perusahaan patungan ini bahkan siap “perang” melawan penguasa LCC di Malaysia, AirAsia.

“Kita memberikan harga yang terjangkau, tetapi dengan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan perusahaan lain seperti hiburan di dalam pesawat,” kata Rusdi, seperti dilansir AFP, Selasa (11/9).

Strategi Lion Air berekspansi ke Malaysia karena melihat tingginya peningkatan perjalanan di Asia-Pasifik yang diprediksi mencapai 2,2 miliar penumpang pada 2030 dan membutuhkan 11.450 pesawat baru untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Malindo Airways akan menerbangi rute ke berbagai kota di Indonesia dan kota di Asia, termasuk Manila, Hanoi, Australia, dan China. Genderang “perang” dua maskapai bermodelLCCini (Lion Airdan AirAsia) akan terjadi Mei tahun depan.

Keputusan Lion Air berekspansi ke Malaysia bagi sebagian besar pengamat penerbangan dinilai berani. Selama ini Air- Asia dikenal sebagai maskapai yang mengusai pangsa pasar LCC di pasar penerbangan, baik di dalam negeri maupun di kawasan Asia Tenggara.

Beberapa waktu lalu maskapai yang dikomandani Tony Fernandes ini mengakuisisi Batavia Air seharga USD80 juta. AirAsia dikenal sebagai perusahaan yang fokus pada penerbangan berbiaya murah dan jangka pendek.

Pada sisi lain, Batavia merupakan perusahaan yang telah melakukan operasional penerbangan dengan dua karakter itu. Langkah AirAsia dianggap sebagai indikasi semakin menggiurkannya pangsa pasar transportasi udara di Tanah Air karena melonjaknya konsumen kelas menengah.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, jumlah kelas menengah Indonesia bertambah 70–75 juta orang. Langkah ini juga dianggap sejumlah kalangan sebagai strategi cerdik Air Asia bertarung di pasar LCC.

Dengan diakuisisinya Batavia Air, keuntungan Air Asia bukan hanya soal penghematan biaya pembangunan infrastruktur, tetapi juga captive market yang selama ini dibangun Batavia. Di jalur domestik, Batavia sudah memiliki pasar. Sebaliknya, langkah Lion Air bermain di pasar Malaysia dinilai kurang begitu menguntungkan.

Malaysia hanya berpenduduk 14 juta jiwa dan hanya memiliki sekitar 15 destinasi untuk penerbangan dalam negeri. Dari jumlah destinasi tersebut, tidak semuanya merupakan jalur gemuk.

Sementara AirAsia sebelum bergabung dengan Batavia Air sudah memiliki 15 destinasi untuk tujuan ke Indonesia. Jika bergabung dengan Batavia Air, destinasi AirAsia diprediksi bisa naik tiga kali lipat.

Dari segi penumpang, jumlah penumpang Indonesia saat ini sangat besar dan tertinggi di dunia penerbangan, diperkirakan sekitar 60 juta penumpang saat ini.

Diperkirakan akan menjadi 100 juta pada 2015. Kendati begitu, Lion Air tidak gentar dalam menghadapi perang tarif murah ini. “Kami melihatnya bukan dalam konteks siapa melawan siapa atau siapa menantang siapa, tetapi di mana pun pasti ada kompetisi. Kalau ada pasar dan peluang. Kami siap dan sudah memperhitungkan semuanya,” kata Direktur Utama Lion Air Edward Sirait, (Okezone,14 September 2012).

Sementara itu, Rusdi menekankan bahwa untuk menghadapi persaingan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah strategi. Salah satunya 12 armada Boeing 737 akan disiapkan demi memenuhi transportasi penerbangan kedua negara yaitu Indonesia dan Malaysia sebelum meluas ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

“Strateginya tetap menawarkan tarif tiket terjangkau dan kompetitif, baik dalam kisaran yang sama atau bahkan bisa lebih rendah. Pesawat maskapai akandilengkapidenganhiburan, makanan ringan, dan jumlah kursi akan lebih sedikit tidak seperti biasanya yang terdapat 180 kursi,” ungkap Rusdi saat konferensi pers di Malaysia,Selasa 11 September 2012.

Lion Air tetap ingin membangun pertumbuhan penumpang dengan memberikan harga yang terjangkau dan layanan yang lebih baik.

Maskapai ini merencanakan setiap tahun akan menambah 12 armada sehingga mencapai total 100 armada dalam satu dekade. Termasuk juga menambahkan Boeing 787 Dreamliner Jets pada 2015 untuk penerbangan ke rute-rute seperti China, Jepang, dan Australia.

Sekretaris Jenderal National Air Carrier (INACA) Tengku Burhanuddin mengatakan, keputusan Lion Air yang akan bergelut pada bisnis penerbangan di Malaysia merupakan pilihan optimistis.

”Sebab pasar di Indonesia sudah dikuasai. Dengan berekspansi ke Malaysia, Lion Air akan melebarkan sayapnya dengan rute-rute baru dari Malaysia ke negara-negara di Asia,” paparnya kepada harian SINDO, Sabtu 23 September 2012.

Meski begitu, perlu strategi khusus agar Lion Air menjadi kompetitor yang berimbang bagi AirAsia. Jika model pemasarannya sama-sama menawarkan tarif tiket murah, itu tidak terlalu berdampak pada persaingan.

Yang menarik dari pertarungan Lion Air versus AirAsia bukan hanya terjadi pada dua maskapai tersebut, melainkan juga pada produsen pesawat terbang.

Maklum, Lion Air adalah konsumen terbesar Boeing (Amerika Serikat), sementara AirAsia adalah pembeli terbesar Air Bus (Eropa). Karena itu, tak heran jika persaingan dua maskapai ini diprediksi bakal menarik di angkasa Asia Tenggara.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6464 seconds (0.1#10.140)