Adu strategi jelang ASEAN open-sky
A
A
A
Perang Lion Air lawan AirAsia kini menjadi pembicaraan hangat di kalangan pelaku industri penerbangan. Keduanya yang dikenal sebagai maskapai berbasis biaya murah (low cost carrier/LCC) tengah berupaya mengejar prestasi terbaik di kawasan.
AirAsia yang berbasis di Malaysia baru-baru ini mengakuisisi Batavia Air, maskapai Indonesia dengan nilai USD80 juta. AirAsia Berhad dan PT Fersindo Nusaperkasa akan mengakuisisi 100% saham PT Metro Batavia (pengelola Batavia Air) dalam dua tahap. Rencananya 76,95% saham Batavia Air akan dibeli tahun ini dan sisanya pada 2013.
Akuisisi ini sebagai indikasi AirAsia terus berupaya menancapkan kukunya di Indonesia. Tentu saja AirAsia akan berhadapan langsung dengan Lion Air sebagai maskapai LCC terbesar di Indonesia.
“Ini jalan bagi kami untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Lion Air (merupakan maskapai) besar dan jika kita tidak cukup besar, Lion Air bisa ‘makan’ kita,” kata Grup CEO AirAsia Berhad Tony Fernandes saat memberikan keterangan resmi di Jakarta, Juli lalu pada acara akuisisi Batavia Air.
Strategi ini membantu Air Asia memperluas jangkauan di Indonesia. Maklum, Batavia Air telah mengoperasikan 33 pesawat pada 48 rute, termasuk beberapa tujuan internasional.
Akuisisi ini secara otomatis juga akan menambah armada AirAsia. Tak pelak, akuisisi ini juga dianggap sebagai cara dan strategi AirAsia melebarkan sayapnya di kawasan regional untuk menghadapi sejumlah kompetitor Tiger Airways Holdings Ltd dan Singapore Airlines Ltd jelang ASEAN Open-Sky 2015.
Sebaliknya, Lion Air “menyerang balik” dengan rencana melebarkan sayap di Malaysia. Bersama National Aerospace and Defence Industries (NADI), Lion Air membentuk Malindo Airways di Malaysia.
Tetapi, seperti dilansir Kuala Lumpor Post, Fernandes yakin langkah Lion Air masuk ke Malaysia tidak akan mengganggu bisnis AirAsia. “Tidak ada dampak kepada kami,” kata Fernandes.
Beberapa analis memprediksi, Malindo Airways bakal semakin memicu perang harga untuk memenangkan pangsa pasar. Apalagi, Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana berani menawarkan tarif yang lebih rendah dibanding AirAsia.
Pengamat transportasi Danang Parikesit mengatakan, persaingan menuju ASEAN Open-Sky 2015 akan menjadi ketat di sejumlah negara termasuk Indonesia. Ekspansi AirAsia dan Lion Air merupakan bagian dalam persaingan menuju ASEAN Open-Sky 2015.
Dia meyakini masing-masing maskapai mempunyai strategi tersendiri guna memenangkan persaingan yang semakin ketat. Danang belum memprediksi strategi AirAsia setelah mengakuisisi Batavia Air. Apakah akan tetap mempertahankan brand Batavia Air atau menonjolkan brand AirAsia yang memang sudah dikenal.
“Bisa saja AirAsia mempertahankan brand Batavia dengan menambahkan brand AirAsia di samping Batavia Air,” kata Danang kepada harian SINDO.
Dalam menghadapi ASEAN Open- Sky, sejumlah maskapai memperkuat strategi. Menurutnya, ada sejumlah alternatif strategi yang bisa dilakukan maskapai mulai dari aliansi, merger, hingga akuisisi. Ketiga strategi ini mempunyai keuntungan dan kelebihannya tersendiri.
“Perusahaan bisa mempertimbangkan sesuai dengan target, tradisi korporasi, dan lainnya untuk menentukan strategi yang akan mereka pilih,” tambah Danang.
Praktik strategi aliansi misalnya dengan penggabungan rute, pemesanan tiket bersama. Sedangkan merger biasanya dilakukan perusahaan dengan ukuran dan daya tawar yang sama dan bekerja sama dengan memanfaatkan kelebihan mereka masing-masing. Sementara itu, akuisisi melibatkan dua perusahaan yang mempunyai kapasitas yang berbeda.
AirAsia yang berbasis di Malaysia baru-baru ini mengakuisisi Batavia Air, maskapai Indonesia dengan nilai USD80 juta. AirAsia Berhad dan PT Fersindo Nusaperkasa akan mengakuisisi 100% saham PT Metro Batavia (pengelola Batavia Air) dalam dua tahap. Rencananya 76,95% saham Batavia Air akan dibeli tahun ini dan sisanya pada 2013.
Akuisisi ini sebagai indikasi AirAsia terus berupaya menancapkan kukunya di Indonesia. Tentu saja AirAsia akan berhadapan langsung dengan Lion Air sebagai maskapai LCC terbesar di Indonesia.
“Ini jalan bagi kami untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Lion Air (merupakan maskapai) besar dan jika kita tidak cukup besar, Lion Air bisa ‘makan’ kita,” kata Grup CEO AirAsia Berhad Tony Fernandes saat memberikan keterangan resmi di Jakarta, Juli lalu pada acara akuisisi Batavia Air.
Strategi ini membantu Air Asia memperluas jangkauan di Indonesia. Maklum, Batavia Air telah mengoperasikan 33 pesawat pada 48 rute, termasuk beberapa tujuan internasional.
Akuisisi ini secara otomatis juga akan menambah armada AirAsia. Tak pelak, akuisisi ini juga dianggap sebagai cara dan strategi AirAsia melebarkan sayapnya di kawasan regional untuk menghadapi sejumlah kompetitor Tiger Airways Holdings Ltd dan Singapore Airlines Ltd jelang ASEAN Open-Sky 2015.
Sebaliknya, Lion Air “menyerang balik” dengan rencana melebarkan sayap di Malaysia. Bersama National Aerospace and Defence Industries (NADI), Lion Air membentuk Malindo Airways di Malaysia.
Tetapi, seperti dilansir Kuala Lumpor Post, Fernandes yakin langkah Lion Air masuk ke Malaysia tidak akan mengganggu bisnis AirAsia. “Tidak ada dampak kepada kami,” kata Fernandes.
Beberapa analis memprediksi, Malindo Airways bakal semakin memicu perang harga untuk memenangkan pangsa pasar. Apalagi, Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana berani menawarkan tarif yang lebih rendah dibanding AirAsia.
Pengamat transportasi Danang Parikesit mengatakan, persaingan menuju ASEAN Open-Sky 2015 akan menjadi ketat di sejumlah negara termasuk Indonesia. Ekspansi AirAsia dan Lion Air merupakan bagian dalam persaingan menuju ASEAN Open-Sky 2015.
Dia meyakini masing-masing maskapai mempunyai strategi tersendiri guna memenangkan persaingan yang semakin ketat. Danang belum memprediksi strategi AirAsia setelah mengakuisisi Batavia Air. Apakah akan tetap mempertahankan brand Batavia Air atau menonjolkan brand AirAsia yang memang sudah dikenal.
“Bisa saja AirAsia mempertahankan brand Batavia dengan menambahkan brand AirAsia di samping Batavia Air,” kata Danang kepada harian SINDO.
Dalam menghadapi ASEAN Open- Sky, sejumlah maskapai memperkuat strategi. Menurutnya, ada sejumlah alternatif strategi yang bisa dilakukan maskapai mulai dari aliansi, merger, hingga akuisisi. Ketiga strategi ini mempunyai keuntungan dan kelebihannya tersendiri.
“Perusahaan bisa mempertimbangkan sesuai dengan target, tradisi korporasi, dan lainnya untuk menentukan strategi yang akan mereka pilih,” tambah Danang.
Praktik strategi aliansi misalnya dengan penggabungan rute, pemesanan tiket bersama. Sedangkan merger biasanya dilakukan perusahaan dengan ukuran dan daya tawar yang sama dan bekerja sama dengan memanfaatkan kelebihan mereka masing-masing. Sementara itu, akuisisi melibatkan dua perusahaan yang mempunyai kapasitas yang berbeda.
(kur)