Perlu cara berpikir baru

Senin, 17 September 2012 - 10:57 WIB
Perlu cara berpikir...
Perlu cara berpikir baru
A A A
Peringkat daya saing Indonesia turun tahun ini. Sejumlah persoalan di dalam negeri menjadi penyebabnya. Fakta ini menjadi sinyal bagi pemerintah agar lebih baik dalam upaya menyejahterakan rakyat.

Awal September 2012 Word Economic Forum (WEF) melansir laporan tahunan The Global Competitiveness Report 2012-2013 yang berisi tentang tingkat daya saing global 144 negara di dunia.

Berdasarkan laporan tahunan tersebut, peringkat daya saing Indonesia turun empat peringkat dari posisi 46 pada 2011 menjadi peringkat 50. “Walaupun turun,Indonesia masih masuk dalam 50 besar,” tulis WEF dalam laporannya.

WEF juga menilai Indonesia masih menjadi salah satu pemain terbaik di Asia. “Hal ini ditunjukkan dengan adanya perkembangan. Bahkan, di Asia Tenggara kemajuan Indonesia mulai terlihat meski peningkatannya masih berada di belakang Thailand dan Malaysia,” papar laporan WEF.

Seperti dilansir situs resmi WEF, ada sejumlah indikator yang membuat peringkat Indonesia menurun dari tahun sebelumnya, di antaranya terkait kualitas kelembagaan yang kini berada di posisi 72, turun satu peringkat dibanding tahun lalu.

Faktor lain yang membuat peringkat Indonesia turun adalah tidak adanya perkembangan infrastruktur. Indonesia menempati urutan 78 dalam sektor infrastruktur.

Penurunan peringkat juga terjadi di sektor kesehatan dan kualitas pendidikan dasar, dari peringkat 64 menjadi 70. Menurut WEF, menurunnya peringkat kelembagaan Indonesia dipacu karena makin banyaknya jumlah kasus korupsi dan suap.

“Dalam beberapa tahun terlihat makin banyaknya perilaku tidak etis yang dilakukan sejumlah pihak untuk melancarkan kegiatannya. Misalnya, banyak lembaga yang ternyata memperoleh dana dari pihak swasta hanya untuk melancarkan bisnis mereka yang sebenarnya tidak baik dan dapat merusak.” papar laporan tersebut.

Sementara, penurunan peringkat infrastruktur, kesehatan dan kualitas pendidikan dasar disebabkan tidaknya adanya perubahan dalam tiga indikator tersebut.

“Bisa dikatakan kondisinya cukup tertinggal dari sejumlah negara lain,” tulis forum ekonomi dunia itu dalam riset tahunannya tersebut.

Keadaan Indonesia yang disampaikan dalam laporan ini merupakan gambaran atas upayanya menyediakan kemakmuranbagiwarganya. Sebagaimana diungkapkan Executive Chairman WEF Klaus Schwab, laporan daya saing ini untuk menggambarkan kemampuan negara-negara di dunia menyediakan kemakmuran bagi warganya.

“Selain itu, laporan ini juga dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk sejumlah perusahaan besar dalam mengembangkan usahanya,” ungkap Schwab dalam sambutannya pada laporan The Global Competitiveness Report 2012-2013.

Dalam menyusun laporan kali ini, sebenarnya WEF cukup mengalami sejumlah kesulitan. Hal tersebut disebabkan adanya krisis ekonomi global pada sejumlah negara maju di dunia baik di kawasan Eropa dan Amerika.

Menurutdia, dengan dikeluarkannya laporan ini, para pembuat kebijakan di setiap negara bisa menemukan sejumlah cara untuk berkerja sama dalam mengelola tantangan ekonomi yang kini kondisinya semakin sulit dan tidak terduga. “Selain itu,laporan ini juga dapat membantu untuk menetapkan suatu strategi jitu guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung pembangunan jangka panjang,” jelasnya.

Dia menambahkan, telah lebih dari tiga dekade, WEF selalu berusaha menyediakan laporan tingkat daya saing yang terbaik yang semata-mata untuk membantu memberikan penilaian rinci terhadap sejumlah potensi yang ada di tiap negara dunia.

“Laporan ini juga memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang beberapa faktor kunci terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara,” imbuhnya.

Sementara, pengamat ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, keberadaan laporan tahunan ini bisa dijadikan acuan bagi pemerintah, khususnya Indonesia untuk memperbaiki keadaan negara.

Penurunan yang dialami Indonesia ibarat “lampu kuning” bagi penentu kebijakan untuk bisa berbuat lebih baik.

“Penurunan peringkat ini dapat dijadikan satu alarm untuk memajukan keadaan ekonomi Indonesia dan kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih baik lagi,” pungkasnya kepada harian Seputar Indonesia(SINDO).

Karena itu, mengutip pendapat Ketua Program Magister Management Universitas Indonesia Rhenald Kasali, Indonesia memerlukan cara berpikir baru yang mengedepankan berbagai logika bisnis. Tujuannya untuk memajukan kesejahteraan.

Di samping itu, Indonesia perlu membangun puluhan power house ekonomi mandiri, yang mampu menarik 52 juta sektor informalnya ke dalam sistem pertarungan global yang lebih bermartabat. Untuk itu, logika modern management dan strategic planning harus ada dalam pengorganisasian negara.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9715 seconds (0.1#10.140)