Permintaan kantor di Jakarta tinggi
A
A
A
Permintaan ruang perkantoran di pusat-pusat bisnis di sejumlah kota di Asia Pasifik mengalami penurunan. Meski begitu, Jakarta merupakan kota yang mengalami kenaikan permintaan yang cukup tinggi.
Pertumbuhan ekonomi mengalir lebih lambat di sejumlah negara di Asia Pasifik. Hal ini dipengaruhi krisis global, khususnya di kawasan Eropa yang mau tidak mau berdampak pada aktivitas perekonomian di negara-negara di dunia, termasuk pada sektor properti.
Salah satu dampak krisis berefek pada melemahnya permintaan perkantoran di kota-kota besar di Asia Pasifik. Pada kuartal II/2012, permintaan ruang perkantoran di pusat-pusat bisnis di sejumlah kota di Asia Pasifik mengalami penurunan dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini dipengaruhi akibat banyaknya perusahaan-perusahaan multinasional yang khawatir terhadap gerak perekonomian global yang semakin tidak bisa diprediksi. Selain itu, kondisi ekonomi di kawasan Asia Pasifik juga banyak yang mengalami perlambatan.
Meski begitu, penguatan internal antarperusahaan dan program perpindahan lokasi perkantoran kian dilakukan sejumlah perusahaan supaya dapat menahan arus pelemahan permintaan ruang perkantoran yang semakin terjadi di kuartal II/2012.
”Pada kuartal II/2012, tingkat pertumbuhan ekonomi melambat sehingga memengaruhi aktivitas penyewaan perkantoran. Pertumbuhan lebih rendah dibanding waktu yang sama pada 2011,” kata Head of Research Jones Lang LaSalle Jane Muray, dikutip dari hasilsurveilaporanbertajuk AsiaPacific Property Digest Second Quarter 2012.
Meski secara umum permintaan sektor perkantoran di kota-kota besar ini melemah, ada harapan besar bahwa kondisi perekonomian di Asia Pasifik akan berlanjut stabil melampaui negara- negara di dunia, sehingga permintaan perkantoran naik lebih lanjut ke sebagian besar kota-kota besar di Asia Pasifik.
Di India dan China, perusahaan-perusahaan multinasional ekspansinya lebih lambat. Permintaan ruang kantor di dua negara ini melemah akibat pengurangan rekrutmen, yang dipengaruhi ketidakpastian ekonomi baik di lingkungan Asia Pasifik maupun di kawasan eksternal.
Kenyataannya justru perusahaan domestik yang mengalami permintaan di dua negara ini. Sebab, perusahaan-perusahaan domestik ini saling berkonsolidasi dan merelokasi supaya tidak terpengaruh akibat pelambatan ekonomi. Sementara, di kota-kota besar di Asia Utara dan Asia Tenggara.
Jones Lang mencatat, permintaan ruang kantor di kota-kota besar seperti di Seoul, Tokyo, Singapura dan Bangkok hanya mengalami kenaikan sedikit karena didorong aksi konsolidasi dan relokasi. Permintaan ekspansi ruang kantor hanya terlihat mengalami kenaikan tajam di Jakarta.
”Pasokan ruang perkantoran di Jakarta, terutama di kawasan pusat bisnis masih tinggi. Hal ini dipengaruhi jumlah permintaan yang meningkat dan pusat bisnis menjadi primadona bagi perusahaan multinasional,” kata Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto.
Setidaknya, berdasarkan laporan Colliers, tingkat penyerapan ruang perkantoran di Jakarta mengalami peningkatan tahun ini. Pada kuartal II/2012, total tingkat hunian (okupansi) mencapai 96%.
”Hal tersebut didorong ekspansi yang banyak dilakukan para tenant (penyewa). Industri perbankan, asuransi, minyakdangas, pertambangan, dansumber daya alam tetap menjadi pemain kunci dalam sektor ini,” tandas Ferry.
Namun, ada sedikit kekhawatiran akan terbatasnya suplai ruang perkantoran di wilayah pusat bisnis (CBD) pada 2013. Selain itu, tantangan terbesar juga diperkirakan akan dihadapi para developer perkantoran di wilayah non-CBD, dengan masuknya suplai 800.000 meter persegi ruang kantor baru yang akan dipasarkan pada 2014.
”Suplai perkantoran pada 2014 diperkirakan menumpuk (oversupply), baik di CBD maupun di luar CBD. Semuanya akan bersaing ketat di pasar karena hadir dalam waktu bersamaan. Sementara, pada 2013 suplainya tidak ada yang baru, padahal permintaan perkantoran di Jakarta hingga saat ini masih sangat tinggi,” ujar Ferry.
Harga sewa ruang perkantoran juga menunjukkan tren peningkatan pada kuartal II/2012. Seperti yang dilaporkan Colliers sebelumnya, pada perkantoran yang menggunakan tarif dalam USD, harga sewanya melonjak signifikan, berkisar 13,8%, dengan harga rata-rata USD26,6 per m2 per bulan.
Sementara yang menggunakan rupiah, harga meningkat 7,2%,dengan kisaran rata-rata Rp144.000 per bulan. Colliers International menyebutkan bahwa sewa perkantoran di Asia Pasifik rata-rata melemah 0,1% dari kuartal yang sama tahun sebelumnya (secara kuartalan/qoq) selama Kuartal II/2012. Kondisi ini merupakan yang pertama sejak kuartal I/2010.
Managing Director of Corporate Solutions Asia Pacific Colliers International Mark Lampard mengatakan, permintaan perkantoran melemah pada kuartal II 2012, tapi hal ini tetap menjadi perhatian utama bagi para tenant untuk mengambil keputusan berikutnya.
”Tidak ada keraguan bahwa pasar sewa perkantoran melemah karena dipengaruhi beberapa faktor eksternal yang suram. Meski begitu, pasar perkantoran Asia Pasifik tetap aktif terutama bagi perusahaan-perusahaan di bidang keuangan dan industri telekomunikasi dan informasi,” kata Lampard.
Laporan Colliers juga menyebutkan, penyesuaian yang berkelanjutan dalam penyewaan gedung perkantoran membuka lebih banyak kesempatan untuk penjualan strata-title.
Pertumbuhan ekonomi mengalir lebih lambat di sejumlah negara di Asia Pasifik. Hal ini dipengaruhi krisis global, khususnya di kawasan Eropa yang mau tidak mau berdampak pada aktivitas perekonomian di negara-negara di dunia, termasuk pada sektor properti.
Salah satu dampak krisis berefek pada melemahnya permintaan perkantoran di kota-kota besar di Asia Pasifik. Pada kuartal II/2012, permintaan ruang perkantoran di pusat-pusat bisnis di sejumlah kota di Asia Pasifik mengalami penurunan dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini dipengaruhi akibat banyaknya perusahaan-perusahaan multinasional yang khawatir terhadap gerak perekonomian global yang semakin tidak bisa diprediksi. Selain itu, kondisi ekonomi di kawasan Asia Pasifik juga banyak yang mengalami perlambatan.
Meski begitu, penguatan internal antarperusahaan dan program perpindahan lokasi perkantoran kian dilakukan sejumlah perusahaan supaya dapat menahan arus pelemahan permintaan ruang perkantoran yang semakin terjadi di kuartal II/2012.
”Pada kuartal II/2012, tingkat pertumbuhan ekonomi melambat sehingga memengaruhi aktivitas penyewaan perkantoran. Pertumbuhan lebih rendah dibanding waktu yang sama pada 2011,” kata Head of Research Jones Lang LaSalle Jane Muray, dikutip dari hasilsurveilaporanbertajuk AsiaPacific Property Digest Second Quarter 2012.
Meski secara umum permintaan sektor perkantoran di kota-kota besar ini melemah, ada harapan besar bahwa kondisi perekonomian di Asia Pasifik akan berlanjut stabil melampaui negara- negara di dunia, sehingga permintaan perkantoran naik lebih lanjut ke sebagian besar kota-kota besar di Asia Pasifik.
Di India dan China, perusahaan-perusahaan multinasional ekspansinya lebih lambat. Permintaan ruang kantor di dua negara ini melemah akibat pengurangan rekrutmen, yang dipengaruhi ketidakpastian ekonomi baik di lingkungan Asia Pasifik maupun di kawasan eksternal.
Kenyataannya justru perusahaan domestik yang mengalami permintaan di dua negara ini. Sebab, perusahaan-perusahaan domestik ini saling berkonsolidasi dan merelokasi supaya tidak terpengaruh akibat pelambatan ekonomi. Sementara, di kota-kota besar di Asia Utara dan Asia Tenggara.
Jones Lang mencatat, permintaan ruang kantor di kota-kota besar seperti di Seoul, Tokyo, Singapura dan Bangkok hanya mengalami kenaikan sedikit karena didorong aksi konsolidasi dan relokasi. Permintaan ekspansi ruang kantor hanya terlihat mengalami kenaikan tajam di Jakarta.
”Pasokan ruang perkantoran di Jakarta, terutama di kawasan pusat bisnis masih tinggi. Hal ini dipengaruhi jumlah permintaan yang meningkat dan pusat bisnis menjadi primadona bagi perusahaan multinasional,” kata Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto.
Setidaknya, berdasarkan laporan Colliers, tingkat penyerapan ruang perkantoran di Jakarta mengalami peningkatan tahun ini. Pada kuartal II/2012, total tingkat hunian (okupansi) mencapai 96%.
”Hal tersebut didorong ekspansi yang banyak dilakukan para tenant (penyewa). Industri perbankan, asuransi, minyakdangas, pertambangan, dansumber daya alam tetap menjadi pemain kunci dalam sektor ini,” tandas Ferry.
Namun, ada sedikit kekhawatiran akan terbatasnya suplai ruang perkantoran di wilayah pusat bisnis (CBD) pada 2013. Selain itu, tantangan terbesar juga diperkirakan akan dihadapi para developer perkantoran di wilayah non-CBD, dengan masuknya suplai 800.000 meter persegi ruang kantor baru yang akan dipasarkan pada 2014.
”Suplai perkantoran pada 2014 diperkirakan menumpuk (oversupply), baik di CBD maupun di luar CBD. Semuanya akan bersaing ketat di pasar karena hadir dalam waktu bersamaan. Sementara, pada 2013 suplainya tidak ada yang baru, padahal permintaan perkantoran di Jakarta hingga saat ini masih sangat tinggi,” ujar Ferry.
Harga sewa ruang perkantoran juga menunjukkan tren peningkatan pada kuartal II/2012. Seperti yang dilaporkan Colliers sebelumnya, pada perkantoran yang menggunakan tarif dalam USD, harga sewanya melonjak signifikan, berkisar 13,8%, dengan harga rata-rata USD26,6 per m2 per bulan.
Sementara yang menggunakan rupiah, harga meningkat 7,2%,dengan kisaran rata-rata Rp144.000 per bulan. Colliers International menyebutkan bahwa sewa perkantoran di Asia Pasifik rata-rata melemah 0,1% dari kuartal yang sama tahun sebelumnya (secara kuartalan/qoq) selama Kuartal II/2012. Kondisi ini merupakan yang pertama sejak kuartal I/2010.
Managing Director of Corporate Solutions Asia Pacific Colliers International Mark Lampard mengatakan, permintaan perkantoran melemah pada kuartal II 2012, tapi hal ini tetap menjadi perhatian utama bagi para tenant untuk mengambil keputusan berikutnya.
”Tidak ada keraguan bahwa pasar sewa perkantoran melemah karena dipengaruhi beberapa faktor eksternal yang suram. Meski begitu, pasar perkantoran Asia Pasifik tetap aktif terutama bagi perusahaan-perusahaan di bidang keuangan dan industri telekomunikasi dan informasi,” kata Lampard.
Laporan Colliers juga menyebutkan, penyesuaian yang berkelanjutan dalam penyewaan gedung perkantoran membuka lebih banyak kesempatan untuk penjualan strata-title.
(kur)