Seniman Yogya setuju Sultan tanggalkan baju kuning
Rabu, 29 Agustus 2012 - 12:44 WIB

Seniman Yogya setuju Sultan tanggalkan baju kuning
A
A
A
Sindonews.com - Beberapa seniman di Yogyakarta setuju dengan aturan yang menyatakan Sultan Hamengkubuwono X harus melepaskan jabatan di partai politik (parpol). Karena selama ini rakyat Yogya hanya melihat Sultan sebagai panutan.
Bagi sebagian besar masyarakat yang berdomisili di Yogyakarta, sosok Sultan HB X yang menjabat Gubernur DIY sejak 1998 hingga saat ini itu merupakan tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan teladan. Sultan dipandang sebagai sosok yang terkenal nasionalis, reformis, pluralis, serta humanis.
"Kalau di Yogyakarta itu kan Tahta untuk rakyat. Jadi pribadi saya sangat setuju sekali Ngarsodalem mundur dari Partai Golkar. Saya kok sudah lama ya enggak melihat Sultan aktif di partai politik," ujar Wisnu Totok (38) seniman yang biasa menari dalam Sendra Tari Ballet Ramayana di Kompleks Candi Prambanan, Rabu (29/8/2012).
Ia menilai, Sultan merupakan sosok yang arif bijaksana dan pantas memimpin Yogyakarta. "Raja Kraton dan Gubernur DIY. Saya melihat Sultan seperti itu, bukan sebagai tokoh politik," ujarnya.
Saat disinggung dalam draf Rancang Undang-undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta yang salah satu poin Sultan dan Paku Alam harus lepaskan jabatan di partai politik, Wisnu sangat setuju.
Bahkan, seniman jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) ingin agar Sultan melepaskan diri dari parpol. Tidak hanya Sultan, presiden juga seharusnya lepas dari parpol.
"Termasuk Presiden SBY agar melepaskan diri dari partai politik, agar lebih independen," ujarnya.
Tidak hanya seniman, ternyata masyarakat DIY juga tidak melihat Sultan dari atribut parpol-nya.
Rahmanto (34) pembeli burung dara di Pasar Prambanan, Sleman, Yogyakarta, bersama beberapa orang lainnya juga tidak melihat Sultan sebagai tokoh partai meski masih menjadi Dewan Penasehat Partai Golkar.
"Sultan ya Raja Kraton Ngayogyokarto Hadingingrat, Gubernur DIY titik. Tidak perlu embel-embel lainnya," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Sultan HB X yang masih menjadi angota pada Partai Golkar bersedia mundur dari keanggotaan partai.
"Yo ra po po mundur, nanti cari momentum yang tepat," tutur Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa 28 Agustus siang kemarin.
Bagi sebagian besar masyarakat yang berdomisili di Yogyakarta, sosok Sultan HB X yang menjabat Gubernur DIY sejak 1998 hingga saat ini itu merupakan tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan teladan. Sultan dipandang sebagai sosok yang terkenal nasionalis, reformis, pluralis, serta humanis.
"Kalau di Yogyakarta itu kan Tahta untuk rakyat. Jadi pribadi saya sangat setuju sekali Ngarsodalem mundur dari Partai Golkar. Saya kok sudah lama ya enggak melihat Sultan aktif di partai politik," ujar Wisnu Totok (38) seniman yang biasa menari dalam Sendra Tari Ballet Ramayana di Kompleks Candi Prambanan, Rabu (29/8/2012).
Ia menilai, Sultan merupakan sosok yang arif bijaksana dan pantas memimpin Yogyakarta. "Raja Kraton dan Gubernur DIY. Saya melihat Sultan seperti itu, bukan sebagai tokoh politik," ujarnya.
Saat disinggung dalam draf Rancang Undang-undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta yang salah satu poin Sultan dan Paku Alam harus lepaskan jabatan di partai politik, Wisnu sangat setuju.
Bahkan, seniman jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) ingin agar Sultan melepaskan diri dari parpol. Tidak hanya Sultan, presiden juga seharusnya lepas dari parpol.
"Termasuk Presiden SBY agar melepaskan diri dari partai politik, agar lebih independen," ujarnya.
Tidak hanya seniman, ternyata masyarakat DIY juga tidak melihat Sultan dari atribut parpol-nya.
Rahmanto (34) pembeli burung dara di Pasar Prambanan, Sleman, Yogyakarta, bersama beberapa orang lainnya juga tidak melihat Sultan sebagai tokoh partai meski masih menjadi Dewan Penasehat Partai Golkar.
"Sultan ya Raja Kraton Ngayogyokarto Hadingingrat, Gubernur DIY titik. Tidak perlu embel-embel lainnya," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Sultan HB X yang masih menjadi angota pada Partai Golkar bersedia mundur dari keanggotaan partai.
"Yo ra po po mundur, nanti cari momentum yang tepat," tutur Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa 28 Agustus siang kemarin.
(ysw)