Strategi CFO hadapi tantangan
A
A
A
Chief financial officer (CFO) selain bertugas menyusun perencanaan keuangan, juga dituntut memberi masukan dan informasi bagi strategi perusahaan. Mereka juga diharuskan memberikan solusi keuangan yang tepat, termasuk strategi mengurangi biaya.
Seiring makin ketatnya persaingan bisnis, peran CFO juga makin bertambah. Selain mengurusi per-soalan keuangan, seorang CFO juga dituntut bertanggung jawab pada analisis data keuangan. Makin banyaknya peraturan bagi sebuah perusahaan juga mendorong CFO harus lebih andal dalam menangani berbagai risiko yang ada.
“Semua ini bertujuan untuk mendorong stabilitas keuangan perusahaan, sehingga dapat mendukung perkembangan usaha ke arah yang lebih baik,” ujar Country Manager Software Group IBM Indonesia Nina K Wirahadikusumah, kepada harian Seputar Indonesia (SINDO).
Nina menjelaskan, saat ini ada desakan untuk meraih visibilitas, wawasan, dan kendali yang lebih tinggi untuk mewujudkan stabilitas keuangan perusahaan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, perusahaan lebih fokus pada pelaporan yang komprehensif, pembuatan model skenario, pengoptimalisasian, serta perencanaan dan peramalan yang lebih maksimal.
“Untuk itu,bagian keuangan harus mewujudkan sebuah perusahaan yang lebih pintar melalui efisiensi operasional, sehingga merangsang transparansi dalam mengelola risiko dan pengambilan keputusan yang lebih baik,” ungkapnya.
Sementara, Business Analytics Software Group IBM ASEAN Charles R Manuel mengatakan, untuk membantu mengatasi semua tantangan yang dihadapi, para CFO dapat menggunakan sistem analisis yang bersifat komputerisasi.
“Di mana, solusi tersebut memungkinkan para eksekutif keuangan mengantisipasi kesenjangan performa antara ramalan, target, dan hasil nyata dalam pengelolaan keuangan,” jelasnya dalam acara temu wartawan pada IBM Finance Forum 2012, beberapa waktu lalu.
Karena itu, para profesional keuangan saat ini sangat dituntut harus mampu mengatasi tantangan untuk mengukur performa bisnis, menyiapkan strategi dan mendorong penghematan biaya untuk mengelola risiko.
Di tengah besarnya peran dan tantangan yang dimiliki para CFO, khususnya dalam mengukur performa dan menyediakan masukan strategi bisnis, solusi business analytics dapat diambil sebagai suatu langkah jitu dalam menghadapi tantangan.
Karena, selain dapat mentransformasikan proses pengambilan keputusan terutama di bidang lembaga dan layanan keuangan. Solusi ini juga dapat memberikan wawasan baru dalam menghasilkan keuntungan, sehingga dapat memonitor pertumbuhan secara berkala.
Lebih lanjut, Nina mengatakan, hingga kini kepatuhan dan pengelolaan risiko tetap menjadi permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar perusahaan dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan, tingginya biaya kepatuhan dan upaya untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi keuangan dan risiko operasional telah menjadi keprihatinan utama. Selain itu, data yang semakin menggunung, banyaknya sistem yang tidak terhubung, serta peraturan yang kerap berubah dan iklim bisnis yang dinamis juga menambah kerumitan para CFO untuk memperoleh gambaran lengkap tentang tantangan yang dihadapi perusahaan.
“Sehingga, mereka pun menjadi semakin rumit untuk menjalankan fungsi pekerjaannya yang semakin bertambah,” imbuhnya.
Menurut Direktur Pelaksana Indonesia Bankers Association for Risk Management (BARa) Pardi Sudrajat, solusi business analytics bisa sangat membantu industri perbankan. Karena, dalam industri perbankan sangat membutuhkan alat analisis yang dapat membantu dalam meminimalisasi berbagai risiko perbankan, mulai dari risiko kredit, pasar hingga operasional dalam bentuk laporan yang mudah dibaca.
“Solusi teknologi informasi (TI) benar-benar diperlukan agar bank dapat menyediakan data yang dibutuhkan untuk proses pengukuran risiko itu sendiri,” katanya kepada SINDO.
Karena itu, para CFO masa kini dituntut untuk melek digital. Sebab, perkembangan digital dapat memberikan solusi terbaik.
Seiring makin ketatnya persaingan bisnis, peran CFO juga makin bertambah. Selain mengurusi per-soalan keuangan, seorang CFO juga dituntut bertanggung jawab pada analisis data keuangan. Makin banyaknya peraturan bagi sebuah perusahaan juga mendorong CFO harus lebih andal dalam menangani berbagai risiko yang ada.
“Semua ini bertujuan untuk mendorong stabilitas keuangan perusahaan, sehingga dapat mendukung perkembangan usaha ke arah yang lebih baik,” ujar Country Manager Software Group IBM Indonesia Nina K Wirahadikusumah, kepada harian Seputar Indonesia (SINDO).
Nina menjelaskan, saat ini ada desakan untuk meraih visibilitas, wawasan, dan kendali yang lebih tinggi untuk mewujudkan stabilitas keuangan perusahaan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, perusahaan lebih fokus pada pelaporan yang komprehensif, pembuatan model skenario, pengoptimalisasian, serta perencanaan dan peramalan yang lebih maksimal.
“Untuk itu,bagian keuangan harus mewujudkan sebuah perusahaan yang lebih pintar melalui efisiensi operasional, sehingga merangsang transparansi dalam mengelola risiko dan pengambilan keputusan yang lebih baik,” ungkapnya.
Sementara, Business Analytics Software Group IBM ASEAN Charles R Manuel mengatakan, untuk membantu mengatasi semua tantangan yang dihadapi, para CFO dapat menggunakan sistem analisis yang bersifat komputerisasi.
“Di mana, solusi tersebut memungkinkan para eksekutif keuangan mengantisipasi kesenjangan performa antara ramalan, target, dan hasil nyata dalam pengelolaan keuangan,” jelasnya dalam acara temu wartawan pada IBM Finance Forum 2012, beberapa waktu lalu.
Karena itu, para profesional keuangan saat ini sangat dituntut harus mampu mengatasi tantangan untuk mengukur performa bisnis, menyiapkan strategi dan mendorong penghematan biaya untuk mengelola risiko.
Di tengah besarnya peran dan tantangan yang dimiliki para CFO, khususnya dalam mengukur performa dan menyediakan masukan strategi bisnis, solusi business analytics dapat diambil sebagai suatu langkah jitu dalam menghadapi tantangan.
Karena, selain dapat mentransformasikan proses pengambilan keputusan terutama di bidang lembaga dan layanan keuangan. Solusi ini juga dapat memberikan wawasan baru dalam menghasilkan keuntungan, sehingga dapat memonitor pertumbuhan secara berkala.
Lebih lanjut, Nina mengatakan, hingga kini kepatuhan dan pengelolaan risiko tetap menjadi permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar perusahaan dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan, tingginya biaya kepatuhan dan upaya untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi keuangan dan risiko operasional telah menjadi keprihatinan utama. Selain itu, data yang semakin menggunung, banyaknya sistem yang tidak terhubung, serta peraturan yang kerap berubah dan iklim bisnis yang dinamis juga menambah kerumitan para CFO untuk memperoleh gambaran lengkap tentang tantangan yang dihadapi perusahaan.
“Sehingga, mereka pun menjadi semakin rumit untuk menjalankan fungsi pekerjaannya yang semakin bertambah,” imbuhnya.
Menurut Direktur Pelaksana Indonesia Bankers Association for Risk Management (BARa) Pardi Sudrajat, solusi business analytics bisa sangat membantu industri perbankan. Karena, dalam industri perbankan sangat membutuhkan alat analisis yang dapat membantu dalam meminimalisasi berbagai risiko perbankan, mulai dari risiko kredit, pasar hingga operasional dalam bentuk laporan yang mudah dibaca.
“Solusi teknologi informasi (TI) benar-benar diperlukan agar bank dapat menyediakan data yang dibutuhkan untuk proses pengukuran risiko itu sendiri,” katanya kepada SINDO.
Karena itu, para CFO masa kini dituntut untuk melek digital. Sebab, perkembangan digital dapat memberikan solusi terbaik.
(kur)