Kolaborasi mengantisipasi risiko
A
A
A
Setiap perusahaan punya strategi mengantisipasi risiko keuangan. Dibutuhkan pembacaan yang cerdas dan analitis agar bisa keluar dari risiko yang mengancam.
Financial Management Lead IBM Institute for Business Value, IBM Global Business Services, Carl B Nordman dalam artikelnya bertajuk Clearing the clouds: Shining a light on successful Enterprise Risk Managemen tmenyebutkan, risiko keuangan bisa terjadi diakibatkan bencana alam, serangan terorisme, salah urus keuangan, pelanggaran keamanan teknologi informasi, dan gangguan rantai pasokan.
Karena itu, dituntut kesiapan untuk menjamin kelangsungan keuangan perusahaan. “Tetapi, masih sedikit perusahaan yang memahami dan siap mengantisipasi terjadinya risiko. Secara historis, manajemen risiko menjadi domain para CFO di setiap perusahaan karena kurang dari 20% risiko perusahaan adalah keuangan,” kata Nordman.
Berbagai risiko berkonsekuensi finansial. Karena itu, wilayah ini menjadi tugas CFO yang selanjutnya membuat keputusan bagaimana keluar dari setiap risiko.
Nordman mengatakan, dalam mengatasi lingkup manajemen risiko bisnis (enterprise risk management/ ERM) diperlukan tingkat kolaborasi perusahaan yang kuat secara kultural dan praktis. Mengingat jalan keluar dari jerat risiko yang menyulitkan, langkah pertama yang harus diciptakan para CFO adalah memahami karakteristik risiko, lalu membangun kerja sama yang solid di internal perusahaan.
“Kolaborasi secara kultural dan praktis antara CFO dengan CEO, serta divisidivisi yang lain hendaknya dibangun secara kuat untuk bisa keluar dari kemungkinan risiko yang terjadi. Kolaborasi yang kuat bisa diciptakan CFO seperti membuat “tim olahraga” di perusahaan,” kata Nordman.
Sementara, proses integrasi informasi, data, dan penggunaan teknologi merupakan kunci untuk mendorong kemampuan ERM agar lebih kuat. Hasil penelitian CFO Study IBM Global menyebutkan, ada sebagian besar perusahaan yang sedang mengembangkan dan memperbaiki pemahaman ERM secara umum.
“Namun,yang lebih diperlukan dalam manajemen risiko ini adalah strategi kolaborasi di seluruh bagian bisnis untuk membuatnya bekerja lebih baik,” ungkap Nordman.
Berdasarkan penelitian tersebut, kurang dari 20% penurunan kapitalisasi yang parah dalam sebuah perusahaan diakibatkan risiko keuangan sebagai hasil dari kesalahan manajemen risiko, penurunan permintaan inti produk, dan kegagalan mencapai sinergi dari proses akuisisi. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa macetnya ERM secara umum dipengaruhi ketidaktahuan internal perusahaan.
Pimpinan perusahaan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengendalikan risiko yang terjadi. Global Business Services Partner IBM Indonesia Widita P Sardjono mengatakan, kontribusi CFO dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaan memberikannya insight yang natural mengenai dunia risiko.
Pada posisi ini, wewenang CFO dapat memanfaatkan infrastruktur keuangan organisasi guna menumbuhkan pandangan berkenaan dengan manajemen risiko agar lebih terintegrasi, misalnya risk-heat map dan earning-risk profile.
Sementara, menurut Country Manager Software Group IBM Indonesia Nina K Wirahadikusumah, saat ini sejumlah tantangan harus dihadapi CFO. Karena itu, mereka dituntut mampu menganalisis risiko. Di samping itu, seorang CFO juga dituntut meningkatkan keakurasian dan prediktibilitas dari semua keputusan bisnis yang mereka ambil dalam menghadapi persaingan bisnis.
Saat ini berdasarkan Survei CFO IBM setidaknya lebih dari 60% CFO merencanakan perubahan besar untuk merespons iklim perekonomian yang baru. Kewajiban utama para CFO saat ini adalah memberikan input terhadap strategi perusahaan dan mengatasi kesenjangan besar dalam efektivitas perusahaan.
“Karena itu, CFO semakin diharapkan dapat mewujudkan kepemimpinan yang berbasis fakta dan keputusan bisnis yang didasari analisa canggih,” ujar Nina.
Menurut Pardi Sudrajat, Executive Director dari Bangker Association for Risk Management, sebagaimana yang disebutkan Bank Indonesia, ada delapan risiko perbankan yang harus diperhatikan. Yakni, risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, strategi, kepatuhan, dan reputasi. Di dunia perbankan, biasanya risk management di bawah tanggung jawab satu departemen khusus.
Sementara, lembaga Deloitte menyebutkan tantangan CFO saat ini bertambah dibanding sebelumnya. Seorang CFO harus mampu mengelola orang, sistem dan infrastruktur teknologi. Mereka harus memastikan bahwa organisasi keuangan melakukan akuntansi inti dan pelaporan tugas secara efektif dan efisien.
Pemahaman yang lebih baik mengenai risiko dan dampaknya terhadap pendapatan pada CFO dapat meningkatkan proses perencanaan anggaran dan komunikasi pada investor secara signifikan. Pemahaman tersebut akan memungkinkan perusahaan mengomunikasikan dampak dari risiko.
Financial Management Lead IBM Institute for Business Value, IBM Global Business Services, Carl B Nordman dalam artikelnya bertajuk Clearing the clouds: Shining a light on successful Enterprise Risk Managemen tmenyebutkan, risiko keuangan bisa terjadi diakibatkan bencana alam, serangan terorisme, salah urus keuangan, pelanggaran keamanan teknologi informasi, dan gangguan rantai pasokan.
Karena itu, dituntut kesiapan untuk menjamin kelangsungan keuangan perusahaan. “Tetapi, masih sedikit perusahaan yang memahami dan siap mengantisipasi terjadinya risiko. Secara historis, manajemen risiko menjadi domain para CFO di setiap perusahaan karena kurang dari 20% risiko perusahaan adalah keuangan,” kata Nordman.
Berbagai risiko berkonsekuensi finansial. Karena itu, wilayah ini menjadi tugas CFO yang selanjutnya membuat keputusan bagaimana keluar dari setiap risiko.
Nordman mengatakan, dalam mengatasi lingkup manajemen risiko bisnis (enterprise risk management/ ERM) diperlukan tingkat kolaborasi perusahaan yang kuat secara kultural dan praktis. Mengingat jalan keluar dari jerat risiko yang menyulitkan, langkah pertama yang harus diciptakan para CFO adalah memahami karakteristik risiko, lalu membangun kerja sama yang solid di internal perusahaan.
“Kolaborasi secara kultural dan praktis antara CFO dengan CEO, serta divisidivisi yang lain hendaknya dibangun secara kuat untuk bisa keluar dari kemungkinan risiko yang terjadi. Kolaborasi yang kuat bisa diciptakan CFO seperti membuat “tim olahraga” di perusahaan,” kata Nordman.
Sementara, proses integrasi informasi, data, dan penggunaan teknologi merupakan kunci untuk mendorong kemampuan ERM agar lebih kuat. Hasil penelitian CFO Study IBM Global menyebutkan, ada sebagian besar perusahaan yang sedang mengembangkan dan memperbaiki pemahaman ERM secara umum.
“Namun,yang lebih diperlukan dalam manajemen risiko ini adalah strategi kolaborasi di seluruh bagian bisnis untuk membuatnya bekerja lebih baik,” ungkap Nordman.
Berdasarkan penelitian tersebut, kurang dari 20% penurunan kapitalisasi yang parah dalam sebuah perusahaan diakibatkan risiko keuangan sebagai hasil dari kesalahan manajemen risiko, penurunan permintaan inti produk, dan kegagalan mencapai sinergi dari proses akuisisi. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa macetnya ERM secara umum dipengaruhi ketidaktahuan internal perusahaan.
Pimpinan perusahaan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengendalikan risiko yang terjadi. Global Business Services Partner IBM Indonesia Widita P Sardjono mengatakan, kontribusi CFO dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaan memberikannya insight yang natural mengenai dunia risiko.
Pada posisi ini, wewenang CFO dapat memanfaatkan infrastruktur keuangan organisasi guna menumbuhkan pandangan berkenaan dengan manajemen risiko agar lebih terintegrasi, misalnya risk-heat map dan earning-risk profile.
Sementara, menurut Country Manager Software Group IBM Indonesia Nina K Wirahadikusumah, saat ini sejumlah tantangan harus dihadapi CFO. Karena itu, mereka dituntut mampu menganalisis risiko. Di samping itu, seorang CFO juga dituntut meningkatkan keakurasian dan prediktibilitas dari semua keputusan bisnis yang mereka ambil dalam menghadapi persaingan bisnis.
Saat ini berdasarkan Survei CFO IBM setidaknya lebih dari 60% CFO merencanakan perubahan besar untuk merespons iklim perekonomian yang baru. Kewajiban utama para CFO saat ini adalah memberikan input terhadap strategi perusahaan dan mengatasi kesenjangan besar dalam efektivitas perusahaan.
“Karena itu, CFO semakin diharapkan dapat mewujudkan kepemimpinan yang berbasis fakta dan keputusan bisnis yang didasari analisa canggih,” ujar Nina.
Menurut Pardi Sudrajat, Executive Director dari Bangker Association for Risk Management, sebagaimana yang disebutkan Bank Indonesia, ada delapan risiko perbankan yang harus diperhatikan. Yakni, risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, strategi, kepatuhan, dan reputasi. Di dunia perbankan, biasanya risk management di bawah tanggung jawab satu departemen khusus.
Sementara, lembaga Deloitte menyebutkan tantangan CFO saat ini bertambah dibanding sebelumnya. Seorang CFO harus mampu mengelola orang, sistem dan infrastruktur teknologi. Mereka harus memastikan bahwa organisasi keuangan melakukan akuntansi inti dan pelaporan tugas secara efektif dan efisien.
Pemahaman yang lebih baik mengenai risiko dan dampaknya terhadap pendapatan pada CFO dapat meningkatkan proses perencanaan anggaran dan komunikasi pada investor secara signifikan. Pemahaman tersebut akan memungkinkan perusahaan mengomunikasikan dampak dari risiko.
(kur)