Kisah sukses para CFO modern

Rabu, 15 Agustus 2012 - 09:33 WIB
Kisah sukses para CFO...
Kisah sukses para CFO modern
A A A
Kinerja para CFO mempunyai kontribusi besar bagi perjalanan sebuah perusahaan. Semakin baik performanya, makin besar juga sumbangan yang mereka berikan. Tidak heran jika CFO terbaik selalu mendapatkan penghargaan.

Akhir Juli lalu Wall Street Journal (WSJ) mengumumkan beberapa CFO terbaik. Surat kabar ternama di Amerika Serikat ini berusaha mengidentifikasi CFO yang menjalankan performa terbaik dalam operasi keuangan dan mengambil peran utama dalam menetapkan strategi di perusahaan mereka.

Dalam menentukan daftar CEO terbaik ini, WSJ menggunakan ukuran kuantitatif dan kualitatif, termasuk peran CFO di setiap perusahaan dan bagaimana rekan-rekan dan pesaing mereka menganggap peran CFO.

Menurut WSJ, kompensasi CFO pada tahun ini naik sekitar 2,1% dibanding tahun lalu menjadi USD3,3 juta. Kompensasi rata-rata 25 CFO terbaik sekitar USD4 juta. Menurut WSJ, peringkat pertama CFO terbaik adalah Mark Loughridge dari IBM. Perusahaan ini telah mengakuisisi sejumlah perusahaan dan lebih 100 transaksi dilakukan dalam dekade terakhir. Loughridge, 58, berperan penting dalam merancang sejumlah akuisisi tersebut sejak menjadi CFO pada 2004.

Menurut Peter McLean, Chairman of the Global Financial Officer Practice, apa yang dilakukan Loughridge mendefinisikan contoh CFO modern. Karena dia melakukan kombinasi antara kebijakan keuangan dengan beberapa strategi.

Tidak dapat dimungkiri, salah satu keberhasilan IBM adalah strategi akuisisi. Mereka melakukan dengan target yang sangat spesifik untuk metrik seperti pertambahan dan tingkat pengembalian internal.

“Mereka menjadi model untuk bagaimana mengakuisisi perusahaan dengan cara yang berkelanjutan, dan Loughridge telah berada di ‘pusat gempa’ itu,” kata Toni Sacconaghi Jr, seorang analis perangkat keras di Sanford C Bernstein & Co Secara khusus, Loughridge dipuji karena perannya dalam membantu orang luar memahami IBM mengikuti divestasi bisnis PC pada 2005.

Padahal menurut Ben Reitzes, analis saham dari Barclays Capital, saat itu investor tidak yakin apakah IBM bisa terus meningkatkan pendapatan. Namun, Loughridge mampu mengambil keputusan sulit dan meyakinkan para investor.

Loughridge membantu menyederhanakan roadmap IBM yang pertama kali dibuat pada 2007.Dia menata rencana IBM sampai 2010 untuk bagaimana pertumbuhan keuntungan dan laba per saham dan bagaimana berinvestasi kas. IBM saat ini sudah menjalankan roadmap kedua, yang akan membawanya sampai tahun 2015.

“Kami tidak mendapatkan komentar lagi bahwa IBM terlalu kompleks atau saya tidak mengerti IBM,” tulis Loughridge dalam emailnya sebagaimana dilansir WSJ.

Menurut Loughridge, setiap investor mungkin tidak setuju dengan segala sesuatu yang dilakukan IBM. Tetapi menurutnya, itu bisa menjadi bahan diskusi yang baik. Tahun lalu Loughridge menerima kompensasi senilai USD8 juta.

Besarnya kompensasi ini wajar mengingat IBM mampu membukukan pendapatan sebesar USD100 miliar tahun lalu. Loughridge juga dinilai rendah hati dan mau mendengarkan banyak hal. Di peringkat kedua ada nama Carol Tome, dari Home Depot Inc, sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam barang kebutuhan rumah tangga. Tome, 55, dikenal pandai menahan diri.

Home Depot Inc memperlambat kecepatan pengecer untuk buka toko baru di AS. Alasannya, daripada menghabiskan uang untuk toko baru, lebih baik investasi sekitar USD1 miliar per tahun dari arus kas ke dalam teknologi dan pelatihan karyawan untuk meningkatkan produktivitas di lokasi yang ada. Tome mengawasi dana sebesar USD33,6 miliar pada buyback saham selama periode 2002 hingga 2011.

Pada 2010 dia membantu memulai suatu kebijakan dividen agresif, setidaknya 50% dari penghasilan tahunan. “Tome berkomitmen untuk tidak tumbuh berlebihan pada basis toko dan dia rajin mengembalikan keuntungan kas kepada pemegang saham melalui buyback dan dividen,” kata Laura Champine, analis Canaccord Genuity Securities.

Tahun lalu Tome mendapatkan kompensasi sebesar USD5,6 juta. Atas kinerjanya, untuk pertama kalinya saham Home Depot melampaui angka USD50 pada tahun 2012.Tome mengawali kariernya di Johns Mansville. Saat itu dia membantu perusahaan tersebut dari kebangkrutan saat terjadi resesi.

“Saya tidak kehilangan tidur karena saya telah melalui kesulitan sebelumnya, dan saya tahu kami akan baikbaik saja,” kata wanita yang pernah masuk dalam daftar wanita paling berpengaruh versi Forbes tersebut.

CFO ketiga terbaik versi WSJ adalah Karen Hoguet, dari Macy’s, jaringan toko mode di AS. Hoguet mampu berkontribusi dalam memberikan kekuatan untuk menghindari kelesuan bisnis akibat maraknya e-commerce dan pesaing mode khusus.

Selama 15 tahun kariernya sebagai CFO, wanita berusia 55 ini telah melakukan beberapa akuisisi, termasuk kesepakatan sebesar USD17 miliar untuk May Department Store Co pada 2005.

Dia juga melakukan serangkaian divestasi dan pembayaran lebih dari USD3 miliar utang. Baru-baru ini dia banyak terlibat dalam memperbarui struktur perusahaan, termasuk merek-merek seperti Marshall Field & Co yang berada di bawah Macy. Tahun lalu Hoguet mendapatkan bayaran senilai USD4,3 juta.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0885 seconds (0.1#10.140)