Efisiensi transaksi dengan e-money

Senin, 09 Juli 2012 - 11:58 WIB
Efisiensi transaksi...
Efisiensi transaksi dengan e-money
A A A
Di masa mendatang transaksi dengan menggunakan uang tunai diharapkan terus berkurang. Sudah saatnya masyarakat beralih ke transaksi pembayaran elektronik dengan menggunakan uang elektronik (e-money)

Sejumlah upaya dilakukan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah untuk mendorong penggunaan uang plastik dalam berbagai transaksi. BI, misalnya, saat ini sedang mempersiapkan layanan multicurrency untuk sistem e-money.

Pada akhir tahun lalu BI bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Telekomunikasi dan Informatika (Kemeninfo) menjalin kesepakatan kerja sama penyusunan kebijakan dan standar interkoneksi dan interoperabilitas uang elektronik di sektor transportasi.

Upaya untuk mengalihkan penggunaan uang tunai ke uang elektronik berupa kartu plastik juga pernah ditunjukkan Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan mempromosikan e-toll terbitan Bank Mandiri. Produk ini akan mengalihkan transaksi uang tunai di pintu tol sehingga transaksi bisa lebih efisien dan lebih cepat.

Dalam beberapa tahun terakhir pengguna e-tollterus meningkat. Hingga Maret 2012 jumlah kartu e-toll yang telah diterbitkan mencapai lebih dari 693.000 kartu atau meningkat 239% dibandingkan dengan posisi Maret 2011.

Sedangkan,jumlah transaksinya mencapai 4,8 juta transaksi per bulan, meningkat 300% dari jumlah transaksi pada periode Maret 2011 yang tercatat sebanyak 1,2 juta transaksi.

Secara keseluruhan jumlah pengguna uang plastik semakin besar di Indonesia,meski jika dibandingkan dengan jumlah penduduk persentasenya masih kecil. Pertumbuhan jumlah pengguna uang plastik ini diakui oleh pengamat perbankan,Eko B.Supriyanto.

Menurutnya, transaksi uang elektronik di Indonesia dari hari ke hari terus mengalami perkembangan pesat. Peningkatan tidak saja terjadi pada transaksi e-money melalui kartu, tetapi melalui operator seluler yang juga marak.

“Penerapan e-money ini seolah menjawab tantangan terbesar zaman. Di mana teknologi semakin mempermudah manusia menjalankan transaksi sehari-hari,” ujar Eko kepada harian Seputar Indonesia (SINDO) minggu lalu.

Terkait dengan kerja sama yang sudah ditandatangani BI,Kemenhub, dan Kemenkominfo soal
pemberlakuan uang elektronik di sektor transportasi, Eko menilai bahwa yang harus diperhatikan adalah berkenaan dengan regulasinya.

Regulasi pemberlakuan emoneypada perbankan sampai saat ini sudah relatif baik. Adapun, transaksi yang terjadi pada operator telekomunikasi belum ada regulasinya. Penggunaan uang elektronik dalam transaksi merupakan jawaban konkret dari perkembangan zaman. Kehadirannya tidak bisa ditolak,
tetap harus disikapi dengan terbuka.

“Tidak semua orang membutuhkan atau memanfaatkan transaksi melalui uang elektronik ini. Sebab,
belum semua orang mengerti manfaat dari uang elektronik.Tapi ke depan, orang akan melihat prospeknya,” kata Eko.

Eko menambahkan, hal terpenting untuk mempercepat pengalihan transaksi tunai ke e-money adalah dengan edukasi yang harus dilakukan perbankan kepada para nasabahnya. Pelaku perbankan berkewajiban memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya uang elektronik dalam menunjang kemudahan bertransaksi.

Sejauh ini masih terdapat kendala dalam penerapannya, seperti dalam hal legalitas hukum (legal entity) dan inklusi keuangannya (financial inclusion), namun prospek uang elektronik tetap positif di masa mendatang.

Seperti diketahui,BI mencatat nilai transaksi e-money mencapai Rp111,27 miliar selama Januari 2012, mengalami kenaikan 73% dibanding Januari 2011 yang hanya mencapai Rp64,16 miliar.

Sementara, volume transaksi uang elektronik pada Januari 2012 mencapai 4.543.445 transaksi, naik 59,75% bila dibanding pada Januari 2011 sebesar 2.844.018 transaksi. Saat ini masyarakat mulai menyadari perubahan cara hidup yang lebih mudah dalam bertransaksi.

Mereka kini tengah beralih dan lebih aktif menggunakan alat pembayaran nontunai, seperti kartu debet/kredit dan kartu prabayar. Selain lebih murah dan efisien dibandingkan uang kertas, penggunaan alat pembayaran nontunai akan mendukung terwujudnya sistem pembayaran nasional (national payment gateway).

Menurut spesialis makroekonomi EC-Think Indonesia, Telisa Aulia Falianty,makin hari pengguna e-money di Tanah Air makin banyak. “Bahkan, berdasarkan informasi terakhir yang saya terima, BI
telah mengumumkan bahwa penggunaan e-money di Tanah Air telah melonjak hingga sebanyak 20% per Februari 2012,” katanya.

Telisa menyarankan, di tengah maraknya pengguna e-money seperti sekarang, sebaiknya pihak penerbit bisa lebih meningkatkan keamanan.Hal ini untuk menjaga uang para nasabah. “Seperti yang kita ketahui, dalam beberapa tahun terakhir banyak terjadi pembobolan PIN (personal identification
number),” terangnya.

Menurut Telisa,salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem keamanan berlapis.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)