Mereka penemu muda Indonesia

Minggu, 08 Juli 2012 - 12:01 WIB
Mereka penemu muda Indonesia
Mereka penemu muda Indonesia
A A A
INDONESIA tidak pernah kehabisan anak berbakat. Sejumlah kreasi anak nusantara banyak yang mendapatkan pengakuan di ajang internasional.

Salah satu ajang internasional terakhir yang mengapresiasi karya anak Indonesia adalah International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2012 yang diselenggarakan di Bangkok Thailand pada 28-30 Juni lalu. Di kompetisi antarpenemu belia ini, enam karya anak Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan. Ada 2 karya peraih medali emas, 2 karya mendapatkan medali perunggu, 2 karya lainnya dianugerahi special award.

Dalam ajang IEYI yang ke-12 ini keenam karya itu berhasil bersaing dengan 207 karya invensi para remaja dari 9 negara yang terbagi dalam 5 kategori. Dua karya yang mendapatkan medali emas adalah Watercoated Helmet hasil karya Linus Nara Pradhana, siswa kelas 1 SMP Petra, Surabaya, dan Carbofil Application for Carbonoxygen Separation in Smoking Room karya Hermawan Maulana dan Zihramna Afdi, siswa kelas 2 SMA Negeri 3 Semarang.

Gel-coated Helmet merupakan helm “berpendingin” yang mampu menurunkan suhu dalam helm hingga 21%. Untuk Carbofil Application for Carbon-oxygen Separation in Smoking Room, Hermawan dan Zihramna berusaha memberikan sumbangan untuk mengurangi polusi CO2.Alat yang oleh keduanya disebut Thunder Box (T-Box) ini bisa difungsikan untuk mengurangi asap di ruang merokok.

Medali perunggu didapatkan Nadya Almass Luthfiahardha Arief, siswa kelas 6 SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, melalui karya Braille Glass. Karya lainnya Edges Shoes yang dihasilkan Muhammad Luqman dan Fishal Fuad Rahman. Karya Dua siswa asal SMA Negeri 2 Yogyakarta ini bisa membantu bisa membantu mengarahkan perjalanan tunanetra.

Para penyandang keterbatasan penglihatan ini bisa berjalan pada jalur yang telah ditentukan buat mereka. "Track itu hanya perlu warna yang berbeda saja. Jadi track (jalur) untuk tunanetra yang biasa menggunakan jalur braille di tempat umum seperti Malioboro, bisa diubah hanya dengan perbedaan warna cat pada jalan,” kata Fishal. Special awards disematkan kepada Dini Esfandiari dan Shofi Delaila Herdi melalui karya mereka, Mini Multi Commander (MMC).

Ini merupakan alat yang sangat membantu restoran dan kafe. Sebuah peranti penyimpan pesan dan playback suara sebagai pengganti kertas pesan yang lazim digunakan di restoran maupun kafe. Melalui alat yang mereka ciptakan, pesanan yang ingin disampaikan pelanggan kepada pelayan tidak lagi memerlukan kertas, sehingga mampu menghemat pengeluaran biaya pembelian kertas sekaligus ramah lingkungan.

Special awards lainnya diberikan kepada tiga siswa SMK Negeri 1 Tengaran, Semarang, yaitu Nur Chabibur Rohim, Muhammad Asrori, dan Risang Yogardi. Mereka berhasil membuat Jaritmatika Game, sebuah permainan edukasi yang dapat diaplikasikan pada telepon seluler. Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek (BKPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono, menjelaskan bahwa LIPI yang mensponsori secara penuh pengiriman siswa ke ajang IEYI.

LIPI secara rutin berusaha menjaring para inovator dan penemu pemula untuk bersaing di tingkat internasional. Para siswa yang dikirim ke Bangkok tersebut merupakan para pemenang dan finalis National Young Inventors Awards (NYIA) yang diselenggarakan setiap tahun oleh LIPI. “Prestasi yang diraih para siswa di ajang internasional tersebut membuktikan bahwa kita (Indonesia) memiliki stok remaja yang berkualitas, bahkan ada yang masih sangat belia, masih duduk di bangku SD dan SMP,” kata Bogie kepada SINDO kemarin.

Pada September mendatang LIPI kembali akan mengadakan NYIA yang para pemenangnya akan diikutsertakan pada IEYI 2013 yang akan diadakan di Malaysia. Indonesia akan menjadi tuan rumah pada IEYI 2014. “LIPI akan terus mengadakan kegiatan-kegiatan seperti itu untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan ilmiah remaja Indonesia, khususnya berkaitan dengan kreativitas ilmiah yang menghasilkan invensi bermanfaat,” tambah Bogie.

Ketika menjadi sponsor para peserta ke ajang internasional, LIPI tetap menjaga orisinalitas ide yang ada dalam produk mereka. Karena keaslian ide itulah yang menjadi syarat penting ketika siswa ikut di ajang internasional. Bogie menambahkan, LIPI tidak hanya berusaha menemukan para inovator muda. Namun juga akan membimbing agar mereka bisa mematenkan karya orisinal mereka.

Selain juga mendampingi agar karya mereka bisa lebih berkembang dan lebih bermanfaat bagi orang lain. "Drafting paten itu cukup sulit, sehingga kami juga berusaha membantu agar mereka mendapatkan hak paten dari produk yang telah dihasilkan,” ujar Bogie.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3050 seconds (0.1#10.140)