Bentrok massa terjadi di berbagai daerah
A
A
A
Sindonews.com – Masyarakat Indonesia sangat rentan konflik horizontal. Pada Minggu 17 Juni 2012 dan Senin 18 Juni 2012 kemarin,empat bentrokan yang melibatkan masyarakat, mahasiswa, dan aparat terjadi di empat tempat berbeda di Tanah Air.
Selain menimbulkan kerugian materi, dua orang menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Bentrokan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) dan Rejang Lebong, Bengkulu. Dua bentrokan lain terjadi, yaitu di Makassar, Sulawesi Selatan, yang melibatkan dua kelompok mahasiswa Fakultas Seni dan Teknik Universitas Negeri Makassar (UNM) serta bentrokan antarwarga di Mimika, Papua.
Berdasar informasi, bentrokan yang terjadi di Batam yang melibatkan dua kelompok massa dipicu persoalan lahan seluas 3,5 ha di Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar. Sambil membawa parang, panah, dan berbagai jenis senjata tajam, massa puluhan saling serang dan berkejaran di depan Hotel Planet Holiday.
Akibat insiden tersebut, satu orang tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengatakan, bentrokan dipicu keputusan pengadilan terkait lahan yang mereka sengketakan.
Adapun pihak yang terlibat sengketa adalah PT HM dengan PT LWE. Dalam putusannya, pengadilan memenangkan PT LWE yang kemudian lahannya diamankan kelompok B. "Tadi sore (kemarin) sekitar 70 orang dari kelompok TF yang memback up PT HM menyerang kelompok B yang tak lain petugas keamanan hotel. Seorang tewas dan belasan lainnya luka-luka," katanya di Jakarta, Senin 18 Juni 2012.
Adapun bentrokan di Rejang Lebong, tepatnya di Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Sindang Kelingi, melibatkan warga dan aparat kepolisian, Minggu 17 Juni 2012 malam. Dalam peristiwa tersebut seorang warga dilaporkan tewas dan empat lainnya menderita luka berat akibat terkena tembakan. Adapun dua anggota Polres Rejang Lebong serta satu anggota Brimob Kompi Pelopor luka di bagian kepala akibat terkena batu.
Kepala Desa Kepala Curup Kecamatan Binduriang Wardani menjelaskan, aksi brutal polisi bermula pada Minggu 17 Juni 2012 sore sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, sejumlah anggota polisi dibantu Brimob Bengkulu melakukan razia atas maraknya aksi pencurian kendaraan bermotor di lokasi tersebut. "Warganya tidak terima dengan razia menjelang malam hari yang dilakukan aparat. Apalagi, razia ini juga dikaitkaitkan dengan aksi penjarahan truk pengangkut biji kopi yang mengalami kecelakaan di kawasan tersebut sebelumnya," ujar Wardani.
Dia memastikan di desanya tidak ada penjarahan itu. Tapi, kalau di desa lain, dirinya tidak mengetahuinya. Masalah lainnya, pihak kepolisian melakukan razia langsung ke rumah-rumah warga sehingga memancing emosi dan terjadilah keributan. Mirisnya, polisi dan Brimob langsung menembaki warga dengan senjata serbu. "Sampai sekarang, ada satu warga kami yang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka akibat tertembus peluru polisi. Sekarang sudah dirujuk ke RSUD dr Sobirin," ujar dia.
Kapolres Kota Lubuklinggau AKBP Chaidir mengatakan, pihaknya menyiapkan tiga perempat kekuatan untuk mem-back up pengamanan di lokasi kejadian. Adapun Dandim 0409 Rejang Lebong, Letkol Inf Yanto Kusno, turun ke masyarakat melakukan dialog dan menyampaikan permintaan maaf Kapolda Bengkulu.
Sementara itu, bentrokan di Makassar melibatkan mahasiswa. Dengan membawa senjata tajam, batu, dan bahkan senjata rakitan, mereka terlibat baku serang selama satu setengah jam.
Dalam bentrokan yang belum diketahui penyebabnya, para mahasiswa juga membakar sejumlah motor yang diparkir di area kampus dan merusak gedung universitas. "Berdasarkan laporan anggota kami, ada 7 unit motor yang dibakar. Sejumlah gedung perkuliahan dan perpustakaan juga dirusak kacanya," ujar Kapolsek Tamalate Kompol Muhammad Tahir kepada SINDOdi lokasi kejadian.
Untuk mengantisipasi aksi balasan, kepolisian akan melakukan penjagaan di kampus dan melakukan penyisiran ke area kampus.
Untuk penyisiran, polisi menunggu koordinasi dengan pihak rektorat. Pembantu Rektor II UNM Ichsan kepada sejumlah wartawan mengaku menyerahkan sepenuhnya tindakan pengamanan kepada polisi. "Kami harap polisi bisa standby terus sampai situasi aman terkendali. Bisa saja aksi susulan terjadi, apalagi ada pembakaran motor milik mahasiswa," kata Ichsan.
Sementara itu, bentrokan antarwarga d Mimika terjadi pagi kemarin. Kerusuhan yang terjadi di Distrik Kwamki Narama itu menyebabkan tiga mobil dibakar warga serta empat anggota polisi terkena panah dan senapan angin. Aparat yang menjadi korban adalah Briptu Jasmine Situmorang, Briptu Darman Nababan, Bripda Ryan Chandra, dan Briptu Eduwardo.
Bahkan, Briptu Darman terpaksa dilarikan ke RSUD Mimika lantaran luka yang serius di bagian belakang akibat tertusuk anak panah.
Insiden lukanya empat polisi terjadi saat akan melerai dua kelompok di wilayah tersebut. Aksi saling serang warga berlangsung cukup lama. Warga dari Kampung Harapan menyerang Warga Kampung Amole dengan massa yang banyak. Kedua kelompok warga itu saling panah dalam jarak yang cukup dekat.
Aparat kepolisian yang berada di lokasi kejadian berusaha untuk membubarkan bentrokan, tetapi warga tidak menghiraukan tembakan peringatan dan gas air mata yang dilepaskan pihak aparat ke arah mereka. (lil)
Selain menimbulkan kerugian materi, dua orang menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Bentrokan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) dan Rejang Lebong, Bengkulu. Dua bentrokan lain terjadi, yaitu di Makassar, Sulawesi Selatan, yang melibatkan dua kelompok mahasiswa Fakultas Seni dan Teknik Universitas Negeri Makassar (UNM) serta bentrokan antarwarga di Mimika, Papua.
Berdasar informasi, bentrokan yang terjadi di Batam yang melibatkan dua kelompok massa dipicu persoalan lahan seluas 3,5 ha di Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar. Sambil membawa parang, panah, dan berbagai jenis senjata tajam, massa puluhan saling serang dan berkejaran di depan Hotel Planet Holiday.
Akibat insiden tersebut, satu orang tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengatakan, bentrokan dipicu keputusan pengadilan terkait lahan yang mereka sengketakan.
Adapun pihak yang terlibat sengketa adalah PT HM dengan PT LWE. Dalam putusannya, pengadilan memenangkan PT LWE yang kemudian lahannya diamankan kelompok B. "Tadi sore (kemarin) sekitar 70 orang dari kelompok TF yang memback up PT HM menyerang kelompok B yang tak lain petugas keamanan hotel. Seorang tewas dan belasan lainnya luka-luka," katanya di Jakarta, Senin 18 Juni 2012.
Adapun bentrokan di Rejang Lebong, tepatnya di Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Sindang Kelingi, melibatkan warga dan aparat kepolisian, Minggu 17 Juni 2012 malam. Dalam peristiwa tersebut seorang warga dilaporkan tewas dan empat lainnya menderita luka berat akibat terkena tembakan. Adapun dua anggota Polres Rejang Lebong serta satu anggota Brimob Kompi Pelopor luka di bagian kepala akibat terkena batu.
Kepala Desa Kepala Curup Kecamatan Binduriang Wardani menjelaskan, aksi brutal polisi bermula pada Minggu 17 Juni 2012 sore sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, sejumlah anggota polisi dibantu Brimob Bengkulu melakukan razia atas maraknya aksi pencurian kendaraan bermotor di lokasi tersebut. "Warganya tidak terima dengan razia menjelang malam hari yang dilakukan aparat. Apalagi, razia ini juga dikaitkaitkan dengan aksi penjarahan truk pengangkut biji kopi yang mengalami kecelakaan di kawasan tersebut sebelumnya," ujar Wardani.
Dia memastikan di desanya tidak ada penjarahan itu. Tapi, kalau di desa lain, dirinya tidak mengetahuinya. Masalah lainnya, pihak kepolisian melakukan razia langsung ke rumah-rumah warga sehingga memancing emosi dan terjadilah keributan. Mirisnya, polisi dan Brimob langsung menembaki warga dengan senjata serbu. "Sampai sekarang, ada satu warga kami yang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka akibat tertembus peluru polisi. Sekarang sudah dirujuk ke RSUD dr Sobirin," ujar dia.
Kapolres Kota Lubuklinggau AKBP Chaidir mengatakan, pihaknya menyiapkan tiga perempat kekuatan untuk mem-back up pengamanan di lokasi kejadian. Adapun Dandim 0409 Rejang Lebong, Letkol Inf Yanto Kusno, turun ke masyarakat melakukan dialog dan menyampaikan permintaan maaf Kapolda Bengkulu.
Sementara itu, bentrokan di Makassar melibatkan mahasiswa. Dengan membawa senjata tajam, batu, dan bahkan senjata rakitan, mereka terlibat baku serang selama satu setengah jam.
Dalam bentrokan yang belum diketahui penyebabnya, para mahasiswa juga membakar sejumlah motor yang diparkir di area kampus dan merusak gedung universitas. "Berdasarkan laporan anggota kami, ada 7 unit motor yang dibakar. Sejumlah gedung perkuliahan dan perpustakaan juga dirusak kacanya," ujar Kapolsek Tamalate Kompol Muhammad Tahir kepada SINDOdi lokasi kejadian.
Untuk mengantisipasi aksi balasan, kepolisian akan melakukan penjagaan di kampus dan melakukan penyisiran ke area kampus.
Untuk penyisiran, polisi menunggu koordinasi dengan pihak rektorat. Pembantu Rektor II UNM Ichsan kepada sejumlah wartawan mengaku menyerahkan sepenuhnya tindakan pengamanan kepada polisi. "Kami harap polisi bisa standby terus sampai situasi aman terkendali. Bisa saja aksi susulan terjadi, apalagi ada pembakaran motor milik mahasiswa," kata Ichsan.
Sementara itu, bentrokan antarwarga d Mimika terjadi pagi kemarin. Kerusuhan yang terjadi di Distrik Kwamki Narama itu menyebabkan tiga mobil dibakar warga serta empat anggota polisi terkena panah dan senapan angin. Aparat yang menjadi korban adalah Briptu Jasmine Situmorang, Briptu Darman Nababan, Bripda Ryan Chandra, dan Briptu Eduwardo.
Bahkan, Briptu Darman terpaksa dilarikan ke RSUD Mimika lantaran luka yang serius di bagian belakang akibat tertusuk anak panah.
Insiden lukanya empat polisi terjadi saat akan melerai dua kelompok di wilayah tersebut. Aksi saling serang warga berlangsung cukup lama. Warga dari Kampung Harapan menyerang Warga Kampung Amole dengan massa yang banyak. Kedua kelompok warga itu saling panah dalam jarak yang cukup dekat.
Aparat kepolisian yang berada di lokasi kejadian berusaha untuk membubarkan bentrokan, tetapi warga tidak menghiraukan tembakan peringatan dan gas air mata yang dilepaskan pihak aparat ke arah mereka. (lil)
()