Aparat tembak Mako Tabuni, upaya perlindungi diri
A
A
A
Sindonews.com - Penembakan terhadap Wakil Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Mako Tabuni hanya boleh dilakukan untuk melindungi diri.
"Walau gimanapun seorang aparat berhadapan dengan musuh, pasti mereka ingin hidup. Pasti mereka menembak. Nah, profesional Prajurit atau TNI ini harusnya kita latih untuk menembak tapi tidak sampai mati. Ini harus kita tekankan," kata Asisten Deputi I Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolkam) Brigjen TNI Sumardi dalam diskusi Polemik Sindo Radio dengan tajuk "Papua yang Tak Kunjung Reda, di Warung Daun Cikini Jakarta Pusat, Sabtu (16/6/2012).
Dia mengatakan, saat ini butuh penekanan kembali sejauh mana langkah represif boleh digunakan dalam upaya pengendalian keamanan. "Penembakan sebisa mungkin dilakukan hanya sebagai upaya untuk melumpuhkan, dan bukan hingga menyebabkan kematian," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, intelektual muda asal Papua Natalis Pigay mengatakan, petugas keamanan tidak lagi menggunakan pendekatan kekerasan dalam menangani persoalan di Papua. Tapi, lebih mengedepankan proses hukum dan peradilan yang berlaku di Indonesia.
"Jangan main tembak di tempat sampai mati begitu. Ditangkap, diadili sampai hukum mati tidak apa-apa, tapi harus pakai jalur yang benar. Kita kan juga punya hak yang setara dengan masyarakat di wilayah lain di Indonesia," ungkapnya.
Seperti diketahui, Polda Papua pada Kamis 14 Juni 2012 lalu melakukan upaya penangkapan terhadap Mako Tabuni di Rusunawa III Waena, Jayapura. Mako Tabuni diduga sebagai otak penembakan yang terjadi di Papua beberapa waktu terakhir.
Namun, pada saat akan ditangkap, Mako Tabuni diketahui melakukan perlawanan dan berusaha melarikan diri dari kepungan petugas. Polisi pun akhirnya melepaskan tembakan ke arah Mako Tabuni, dan menyebabkan meninggal dunia
Penangkapan tersebut juga sempat mengakibatkan kerusuhan massa, dimana anggota kelompok Mako Tabuni marah dan melakukan pembakaran terhadap beberapa rumah dan kendaraan bermotor. (lil)
"Walau gimanapun seorang aparat berhadapan dengan musuh, pasti mereka ingin hidup. Pasti mereka menembak. Nah, profesional Prajurit atau TNI ini harusnya kita latih untuk menembak tapi tidak sampai mati. Ini harus kita tekankan," kata Asisten Deputi I Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolkam) Brigjen TNI Sumardi dalam diskusi Polemik Sindo Radio dengan tajuk "Papua yang Tak Kunjung Reda, di Warung Daun Cikini Jakarta Pusat, Sabtu (16/6/2012).
Dia mengatakan, saat ini butuh penekanan kembali sejauh mana langkah represif boleh digunakan dalam upaya pengendalian keamanan. "Penembakan sebisa mungkin dilakukan hanya sebagai upaya untuk melumpuhkan, dan bukan hingga menyebabkan kematian," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, intelektual muda asal Papua Natalis Pigay mengatakan, petugas keamanan tidak lagi menggunakan pendekatan kekerasan dalam menangani persoalan di Papua. Tapi, lebih mengedepankan proses hukum dan peradilan yang berlaku di Indonesia.
"Jangan main tembak di tempat sampai mati begitu. Ditangkap, diadili sampai hukum mati tidak apa-apa, tapi harus pakai jalur yang benar. Kita kan juga punya hak yang setara dengan masyarakat di wilayah lain di Indonesia," ungkapnya.
Seperti diketahui, Polda Papua pada Kamis 14 Juni 2012 lalu melakukan upaya penangkapan terhadap Mako Tabuni di Rusunawa III Waena, Jayapura. Mako Tabuni diduga sebagai otak penembakan yang terjadi di Papua beberapa waktu terakhir.
Namun, pada saat akan ditangkap, Mako Tabuni diketahui melakukan perlawanan dan berusaha melarikan diri dari kepungan petugas. Polisi pun akhirnya melepaskan tembakan ke arah Mako Tabuni, dan menyebabkan meninggal dunia
Penangkapan tersebut juga sempat mengakibatkan kerusuhan massa, dimana anggota kelompok Mako Tabuni marah dan melakukan pembakaran terhadap beberapa rumah dan kendaraan bermotor. (lil)
()