PKS bentuk tim penokohan capres
A
A
A
Sindonews.com – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mulai membentuk tim untuk mematangkan penokohan figur-figur yang akan diusung menjadi calon presiden (capres).
Ketua DPP PKS Mustafa Kamal mengatakan, tim tersebut kini terus dimatangkan partainya. "Kami menjaring tokoh internal maupun eksternal yang punya track record baik di masyarakat dan kita anggap pantas memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Setelah itu kita saring seketat-ketatnya. Jadi dua mekanisme itu (untuk) menjaring seluas-luasnya dan menyaring dengan ketat," ujar dia kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/6/2012). Dia menyatakan, PKS punya visi dan misi yang tertuang dalam platform PKS.
Mustafa menyampaikan, tentunya dalam melakukan penokohan pihaknya akan melihat komitmen terhadap keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan lebih luas dalam koridor konstitusi. Ditanya soal nama-nama tokoh, dia mengutarakan, tim yang dibentuk ini baru dimatangkan partai. Nantinya, DPP PKS sendiri akan memberikan keleluasaan untuk menyusun kriteria tokoh-tokoh yang akan dijaring.
"Itu nanti akan keluar kriterianya. Sekarang jika dilihat dari aspek penjaringan intuitif, sudah kelihatan orang-orangnya. Saat ini mungkin terlalu pagi melakukan penilaian dan kita tidak ingin masuk ke wilayah nama-nama. Nanti kita kriteriakan dulu," paparnya. Menurut dia, penjaringan tokoh yang terlalu dini dengan menyebutkan nama merupakan tahapan kerja yang prematur.
Karena itu, sampai saat ini PKS belum membuat kriteria tokoh yang akan diusung. Termasuk saat disinggung mengenai kemungkinan PKS mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PPP Romahurmuziy (Romy) mengutarakan, jika dalam konteks pencalonan presiden berbicara capres parpol atau nonparpol, itu tidak relevan. Pasalnya sistem presidensial itu mengamanatkan pemilihan secara langsung. Menurut dia, jika pencalonan presiden berbicara parpol atau nonparpol, itu berarti menganut gaya parlementer. Jadi, biarkan masyarakat yang menilai sehingga masyarakat diberi kesempatan yang mencerminkan kedewasaan untuk memilih.
"Kalau kita lihat dengan pilihan secara langsung, dengan situasi Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) tidak dicalonkan lagi, tokoh 1998 akan banyak muncul. Namun mereka pun kebanyakan sudah empat kali ikut pemilu," paparnya. Di sisi lain, Romy memandang soal regenerasi kepemimpinan memang harus bisa memunculkan figur di bawah usia 50 tahun atau 60 tahun, kendati perbincangan tentang usia sebenarnya tidak relevan dibicarakan.
Pasalnya, kemampuan seseorang tidak bisa diukur usia. Pada konteks ini, lebih relevan jika yang dibicarakan adalah memberikan figur alternatif. Karena itu, PPP lebih memilih figur alternatif dibandingkan mempertimbangkan usia figur capres yang akan diusung. (lil)
Ketua DPP PKS Mustafa Kamal mengatakan, tim tersebut kini terus dimatangkan partainya. "Kami menjaring tokoh internal maupun eksternal yang punya track record baik di masyarakat dan kita anggap pantas memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Setelah itu kita saring seketat-ketatnya. Jadi dua mekanisme itu (untuk) menjaring seluas-luasnya dan menyaring dengan ketat," ujar dia kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/6/2012). Dia menyatakan, PKS punya visi dan misi yang tertuang dalam platform PKS.
Mustafa menyampaikan, tentunya dalam melakukan penokohan pihaknya akan melihat komitmen terhadap keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan lebih luas dalam koridor konstitusi. Ditanya soal nama-nama tokoh, dia mengutarakan, tim yang dibentuk ini baru dimatangkan partai. Nantinya, DPP PKS sendiri akan memberikan keleluasaan untuk menyusun kriteria tokoh-tokoh yang akan dijaring.
"Itu nanti akan keluar kriterianya. Sekarang jika dilihat dari aspek penjaringan intuitif, sudah kelihatan orang-orangnya. Saat ini mungkin terlalu pagi melakukan penilaian dan kita tidak ingin masuk ke wilayah nama-nama. Nanti kita kriteriakan dulu," paparnya. Menurut dia, penjaringan tokoh yang terlalu dini dengan menyebutkan nama merupakan tahapan kerja yang prematur.
Karena itu, sampai saat ini PKS belum membuat kriteria tokoh yang akan diusung. Termasuk saat disinggung mengenai kemungkinan PKS mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PPP Romahurmuziy (Romy) mengutarakan, jika dalam konteks pencalonan presiden berbicara capres parpol atau nonparpol, itu tidak relevan. Pasalnya sistem presidensial itu mengamanatkan pemilihan secara langsung. Menurut dia, jika pencalonan presiden berbicara parpol atau nonparpol, itu berarti menganut gaya parlementer. Jadi, biarkan masyarakat yang menilai sehingga masyarakat diberi kesempatan yang mencerminkan kedewasaan untuk memilih.
"Kalau kita lihat dengan pilihan secara langsung, dengan situasi Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) tidak dicalonkan lagi, tokoh 1998 akan banyak muncul. Namun mereka pun kebanyakan sudah empat kali ikut pemilu," paparnya. Di sisi lain, Romy memandang soal regenerasi kepemimpinan memang harus bisa memunculkan figur di bawah usia 50 tahun atau 60 tahun, kendati perbincangan tentang usia sebenarnya tidak relevan dibicarakan.
Pasalnya, kemampuan seseorang tidak bisa diukur usia. Pada konteks ini, lebih relevan jika yang dibicarakan adalah memberikan figur alternatif. Karena itu, PPP lebih memilih figur alternatif dibandingkan mempertimbangkan usia figur capres yang akan diusung. (lil)
()