TK larang Megawati maju Pilpres
A
A
A
Sindonews.com – Ketua MPR Taufiq Kiemas melarang istrinya, Megawati Soekarnoputri, maju sebagai calon presiden (capres) 2014. Langkah ini dilakukan demi mendukung terjadi regenerasi kepemimpinan nasional.
“Mega capres lagi, janganlah. Kalau kasihan sama suami, jangan maju lagi. Sudah tua,” tandas Taufiq saat menghadiri Rembuk Nasional dan Sarasehan tentang Kepemimpinan Berkarakter Pancasila di Universitas Pancasila, Jakarta, kemarin. Taufiq mengungkapkan, jika Ketua Umum DPP PDIP itu maju sebagai capres, peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan bangsa akan semakin sempit.
Padahal, hal itu sangat penting dan harus terus disiapkan. Para tokoh yang sudah berusia 58 ataupun 59 tahun, ungkapnya, lebih baik mengalah dan mengurungkan niatnya menjadi capres. Mereka sebaiknya mendukung terjadi regenerasi yang sehat dengan memberi jalan bagi tokoh lebih muda untuk maju.
Ketika disebut apakah dia mendukung putrinya, Puan Maharani, sebagai capres PDIP, Taufiq mengaku tidak berani berkomentar. Keputusan tentang capres ini keputusan partai yang tentu diambil melalui mekanisme partai juga. “Saya tidak bisa berbicara soal siapa capres PDIP.Tapi,saran saya itu,tokoh muda diberi kesempatan tampil sehingga ada regenerasi,”tandasnya.
Politikus asal Sumatera Selatan ini juga mengatakan, PDIP tidak hanya membatasi bahwa figur capres hanya dari kalangan internal partai.Artinya, ada peluang bagi figur-figur dan tokoh eksternal untuk diusung sebagai capres oleh PDIP. “Tidak harus internal kalau capres itu,”katanya. Menurut Taufiq, dorongan terhadap munculnya pemimpin muda tidak hanya sebatas pada pencalonan presiden, tapi juga pada pengisian jabatan- jabatan publik seperti menteri dan kepala badan.
“Regenerasi kepemimpinan tidak hanya level presiden,tapi sekelilingnya juga, ”ungkapnya. Bangsa Indonesia tetap harus melakukan peremajaan. Seandainya pun capres yang maju sudah tua,posisi yang lain harus diisi anak muda.“Misalnya, presidennya sudah senior, jajaran kabinet harus mudamuda.
Zaman Ibu Mega menjadi presiden dulu, kan Pak SBY dan lainnya dominasi muda- muda dan saat itu bagus,” ungkapnya. Sementara itu, politikus muda PDIP Maruarar Sirait mengatakan, hingga saat ini PDIP belum bicara soal capres sebab ada banyak masalah bangsa yang menjadi fokus kerja PDIP saat ini.Posisi PDIP dalam hal capres sama dengan keputusan kongres III di Bali yang menyebutkan bahwa penentuan calon presiden diserahkan kepada Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Artinya, sampai saat ini posisi PDIP soal capres tetap mengacu pada kongres itu,” tandasnya. Putra politikus senior PDIP Sabam Sirait ini juga membeberkan fakta-fakta bahwa Megawati Soekarnoputri dalam berbagai survei memiliki tingkat elektabilitas tertinggi sehingga harus disyukuri oleh semua kader partai.
“Memang ada fakta juga bahwa Ibu Mega dalam dua kali pilpres belum berhasil, dan senioritas beliau dalam hal usia sama dengan Jusuf Kalla maupun Bang Ical (Aburizal Bakrie).Tapi,fakta juga bahwa survei lembaga independen seperti CSIS, Indo Barometer, LSI,dan JSI menempatkan Ibu Mega di posisi atas. Itu fakta yang ada dan harus disyukuri juga,”ungkapnya. Menurut dia, soal siapa figurnya itu nomor dua, tapi apa yang bisa dilakukan figur itu yang terpenting. (wbs)
“Mega capres lagi, janganlah. Kalau kasihan sama suami, jangan maju lagi. Sudah tua,” tandas Taufiq saat menghadiri Rembuk Nasional dan Sarasehan tentang Kepemimpinan Berkarakter Pancasila di Universitas Pancasila, Jakarta, kemarin. Taufiq mengungkapkan, jika Ketua Umum DPP PDIP itu maju sebagai capres, peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan bangsa akan semakin sempit.
Padahal, hal itu sangat penting dan harus terus disiapkan. Para tokoh yang sudah berusia 58 ataupun 59 tahun, ungkapnya, lebih baik mengalah dan mengurungkan niatnya menjadi capres. Mereka sebaiknya mendukung terjadi regenerasi yang sehat dengan memberi jalan bagi tokoh lebih muda untuk maju.
Ketika disebut apakah dia mendukung putrinya, Puan Maharani, sebagai capres PDIP, Taufiq mengaku tidak berani berkomentar. Keputusan tentang capres ini keputusan partai yang tentu diambil melalui mekanisme partai juga. “Saya tidak bisa berbicara soal siapa capres PDIP.Tapi,saran saya itu,tokoh muda diberi kesempatan tampil sehingga ada regenerasi,”tandasnya.
Politikus asal Sumatera Selatan ini juga mengatakan, PDIP tidak hanya membatasi bahwa figur capres hanya dari kalangan internal partai.Artinya, ada peluang bagi figur-figur dan tokoh eksternal untuk diusung sebagai capres oleh PDIP. “Tidak harus internal kalau capres itu,”katanya. Menurut Taufiq, dorongan terhadap munculnya pemimpin muda tidak hanya sebatas pada pencalonan presiden, tapi juga pada pengisian jabatan- jabatan publik seperti menteri dan kepala badan.
“Regenerasi kepemimpinan tidak hanya level presiden,tapi sekelilingnya juga, ”ungkapnya. Bangsa Indonesia tetap harus melakukan peremajaan. Seandainya pun capres yang maju sudah tua,posisi yang lain harus diisi anak muda.“Misalnya, presidennya sudah senior, jajaran kabinet harus mudamuda.
Zaman Ibu Mega menjadi presiden dulu, kan Pak SBY dan lainnya dominasi muda- muda dan saat itu bagus,” ungkapnya. Sementara itu, politikus muda PDIP Maruarar Sirait mengatakan, hingga saat ini PDIP belum bicara soal capres sebab ada banyak masalah bangsa yang menjadi fokus kerja PDIP saat ini.Posisi PDIP dalam hal capres sama dengan keputusan kongres III di Bali yang menyebutkan bahwa penentuan calon presiden diserahkan kepada Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Artinya, sampai saat ini posisi PDIP soal capres tetap mengacu pada kongres itu,” tandasnya. Putra politikus senior PDIP Sabam Sirait ini juga membeberkan fakta-fakta bahwa Megawati Soekarnoputri dalam berbagai survei memiliki tingkat elektabilitas tertinggi sehingga harus disyukuri oleh semua kader partai.
“Memang ada fakta juga bahwa Ibu Mega dalam dua kali pilpres belum berhasil, dan senioritas beliau dalam hal usia sama dengan Jusuf Kalla maupun Bang Ical (Aburizal Bakrie).Tapi,fakta juga bahwa survei lembaga independen seperti CSIS, Indo Barometer, LSI,dan JSI menempatkan Ibu Mega di posisi atas. Itu fakta yang ada dan harus disyukuri juga,”ungkapnya. Menurut dia, soal siapa figurnya itu nomor dua, tapi apa yang bisa dilakukan figur itu yang terpenting. (wbs)
()