Caleg artis harus berkualitas
A
A
A
Sindonews.com - Partai politik (parpol) diperkirakan masih akan mengandalkan calon legislator (caleg) dari kalangan artis dan selebritas untuk mengangkat suara pada penyelenggaraan Pemilu 2014.
Meski demikian, parpol tetap menggariskan sejumlah persyaratan terhadap caleg dari kalangan artis dan selebritas.
Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arwani Thomafi mengaku, caleg dari kalangan selebritas ampuh untuk mendulang suara rakyat. Karena itu, partainya menyatakan akan mendekati artis-artis yang ingin menjadi caleg pada penyelenggaraan Pemilu 2014.
“PPP mendekati para artis untuk bisa menjadi caleg, karena popularitas artis sangat berpengaruh dan mampu meningkatkan perolehan suara PPP pada Pemilu 2014. Dengan popularitas yang sudah melekat, diharapkan mampu mendongkrak suara,” ungkap Arwani di Jakarta kemarin.
Beberapa nama artis yang sudah diincar PPP di antaranya Desi Ratnasari, Cici Paramida, dan Deddy Mizwar.
Meski demikian, menurut dia, partainya tidak asal mencomot selebritas karena popularitas. Namun, mereka harus bisa sejalan dengan visi dan misi PPP. Artis yang sudah bergabung dengan PPP seperti Okky Asokawati dan Ratih Sanggarwati dianggap sudah cukup mumpuni.
Keduanya pun dinilai sangat baik dalam menjalankan sosialisasi program kepartaian. “Jadi, tidak asal artis dan punya popularitas, tapi ditunjang kemampuan lain. Hingga saat ini, PPP sudah membuat 1.000 daftar caleg untuk 2014. Jumlah itu akan diperas menjadi 560 nama. Ditargetkan, ini akan rampung pada akhir 2012. Sejauh ini, semua artis yang didekati belum memberi jawaban,” paparnya.
Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra Martin Hutabarat mengatakan, sistem pemilu proporsional terbuka yang akan dipakai pada Pemilu 2014 memberi peluang besar bagi artis untuk masuk parlemen. Martin menyebutkan, sudah ada dua artis yang tertarik masuk Gerindra setelah pengesahan UU Pemilu.
Tanpa mau menyebut nama, kedua artis itu sudah bertanya persyaratan masuk parpol. “Saya kaget. Baru disahkan sudah ada dua artis yang tanya-tanya ke saya. Jangan-jangan ada yang membisiki mereka soal sistem pemilu. Jika sistem pemilu proporsional tertutup yang disepakati, belum tentu artis mau masuk parpol. Pasalnya, caleg yang ditempatkan parpol di nomor urut teratas yang berpeluang besar masuk ke parlemen,” tandasnya.
Meskipun terkenal, pihaknya tidak serta-merta mengusung artis sebagai caleg. Di internal partai, ada mekanisme seleksi yang harus diikuti seluruh caleg. Kalaupun artis, harus juga dilihat kualitas, rekam jejak, modal, dan popularitasnya.
Diketahui, dalam Pemilu 2009 sejumlah artis berhasil masuk ke parlemen melalui berbagai parpol. Mereka di antaranya adalah Rieke Dyah Pitaloka dari PDIP, Rachel Maryam dari Gerindra, Angelina Sondakh dari Partai Demokrat, Eko Patrio dari PAN, Tantowi Yahya dari Golkar, Venna Melinda dari Demokrat, Nurul Qomar dari Demokrat, dan Nurul Arifin dari Golkar.
Pengamat politik Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, fenomena banyaknya artis yang menjadi caleg mengindikasikan partai politik mengalami masalah kaderisasi dan regenerasi.
“Banyaknya artis yang dicalonkan parpol menjadi caleg, itu artinya ada masalah regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di partai tersebut, dan itu tidak baik. Karena itu, ada partai yang kemudian lebih mementingkan berpolitik secara instan dengan mengandalkan popularitas calon ketimbang kapabilitasnya,” paparnya.
Meski demikian, fenomena banyaknya artis yang terjun ke dunia politik merupakan konsekuensi dari sistem pemilu terbuka yang dilaksanakan di Indonesia, sehingga orang dari segala macam latar belakang bisa ikut serta.
Dengan pemilihan secara langsung, lanjut Qodari, popularitas seorang calon anggota legislatif menjadi penting. “Tetapi sebenarnya yang lebih penting lagi adalah faktor kemampuan dan kapabilitas caleg,” pungkasnya.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumampouw mengatakan, popularitas yang dimiliki para artis membuat parpol tergiur merekrutnya sebagai caleg saat pemilu.
Bahkan, artis cenderung mendapat wadah khusus di partai-partai sebagai mesin mendongkrak suara. “Dengan popularitas yang dimiliki, kalangan artis memang cenderung lebih mudah mendapatkan tempat di parpol dibanding kalangan yang baru muncul, sebab dengan popularitas yang dimiliki artis maka parpol berharap mendapat ketenaran dan banyak suara saat pemilu. Barangkali itu pertimbangannya,” ujarnya.
Meski demikian, Jeirry mengingatkan bahwa semestinya pengusungan seseorang tak hanya didasari popularitas dan ketenaran saja, namun harus diukur dari sisi kompetensi dan kapabilitas.
Seorang artis, ujarnya, dalam hal popularitas memang bisa diandalkan, namun tak semuanya memiliki kapabilitas dan kapasitas menjadi penentu nasib bangsa.
Karena itu, Jeirry mengingatkan bahwa penting bagi semua parpol menyaring figur dan membina kader dengan baik, sehingga ketika terpilih menjadi wakil rakyat benarbenar menyuarakan aspirasi rakyat.
“Prinsipnya bukan dia artis atau siapa, tapi punya keberanian dan konsisten membela rakyat. Itu yang utama bagi pemilih.Jangan sampai rakyat dibodohi oleh iming-iming ketenaran tapi maknanya tidak ada,” ungkapnya.(lin)
Meski demikian, parpol tetap menggariskan sejumlah persyaratan terhadap caleg dari kalangan artis dan selebritas.
Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arwani Thomafi mengaku, caleg dari kalangan selebritas ampuh untuk mendulang suara rakyat. Karena itu, partainya menyatakan akan mendekati artis-artis yang ingin menjadi caleg pada penyelenggaraan Pemilu 2014.
“PPP mendekati para artis untuk bisa menjadi caleg, karena popularitas artis sangat berpengaruh dan mampu meningkatkan perolehan suara PPP pada Pemilu 2014. Dengan popularitas yang sudah melekat, diharapkan mampu mendongkrak suara,” ungkap Arwani di Jakarta kemarin.
Beberapa nama artis yang sudah diincar PPP di antaranya Desi Ratnasari, Cici Paramida, dan Deddy Mizwar.
Meski demikian, menurut dia, partainya tidak asal mencomot selebritas karena popularitas. Namun, mereka harus bisa sejalan dengan visi dan misi PPP. Artis yang sudah bergabung dengan PPP seperti Okky Asokawati dan Ratih Sanggarwati dianggap sudah cukup mumpuni.
Keduanya pun dinilai sangat baik dalam menjalankan sosialisasi program kepartaian. “Jadi, tidak asal artis dan punya popularitas, tapi ditunjang kemampuan lain. Hingga saat ini, PPP sudah membuat 1.000 daftar caleg untuk 2014. Jumlah itu akan diperas menjadi 560 nama. Ditargetkan, ini akan rampung pada akhir 2012. Sejauh ini, semua artis yang didekati belum memberi jawaban,” paparnya.
Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra Martin Hutabarat mengatakan, sistem pemilu proporsional terbuka yang akan dipakai pada Pemilu 2014 memberi peluang besar bagi artis untuk masuk parlemen. Martin menyebutkan, sudah ada dua artis yang tertarik masuk Gerindra setelah pengesahan UU Pemilu.
Tanpa mau menyebut nama, kedua artis itu sudah bertanya persyaratan masuk parpol. “Saya kaget. Baru disahkan sudah ada dua artis yang tanya-tanya ke saya. Jangan-jangan ada yang membisiki mereka soal sistem pemilu. Jika sistem pemilu proporsional tertutup yang disepakati, belum tentu artis mau masuk parpol. Pasalnya, caleg yang ditempatkan parpol di nomor urut teratas yang berpeluang besar masuk ke parlemen,” tandasnya.
Meskipun terkenal, pihaknya tidak serta-merta mengusung artis sebagai caleg. Di internal partai, ada mekanisme seleksi yang harus diikuti seluruh caleg. Kalaupun artis, harus juga dilihat kualitas, rekam jejak, modal, dan popularitasnya.
Diketahui, dalam Pemilu 2009 sejumlah artis berhasil masuk ke parlemen melalui berbagai parpol. Mereka di antaranya adalah Rieke Dyah Pitaloka dari PDIP, Rachel Maryam dari Gerindra, Angelina Sondakh dari Partai Demokrat, Eko Patrio dari PAN, Tantowi Yahya dari Golkar, Venna Melinda dari Demokrat, Nurul Qomar dari Demokrat, dan Nurul Arifin dari Golkar.
Pengamat politik Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, fenomena banyaknya artis yang menjadi caleg mengindikasikan partai politik mengalami masalah kaderisasi dan regenerasi.
“Banyaknya artis yang dicalonkan parpol menjadi caleg, itu artinya ada masalah regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di partai tersebut, dan itu tidak baik. Karena itu, ada partai yang kemudian lebih mementingkan berpolitik secara instan dengan mengandalkan popularitas calon ketimbang kapabilitasnya,” paparnya.
Meski demikian, fenomena banyaknya artis yang terjun ke dunia politik merupakan konsekuensi dari sistem pemilu terbuka yang dilaksanakan di Indonesia, sehingga orang dari segala macam latar belakang bisa ikut serta.
Dengan pemilihan secara langsung, lanjut Qodari, popularitas seorang calon anggota legislatif menjadi penting. “Tetapi sebenarnya yang lebih penting lagi adalah faktor kemampuan dan kapabilitas caleg,” pungkasnya.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumampouw mengatakan, popularitas yang dimiliki para artis membuat parpol tergiur merekrutnya sebagai caleg saat pemilu.
Bahkan, artis cenderung mendapat wadah khusus di partai-partai sebagai mesin mendongkrak suara. “Dengan popularitas yang dimiliki, kalangan artis memang cenderung lebih mudah mendapatkan tempat di parpol dibanding kalangan yang baru muncul, sebab dengan popularitas yang dimiliki artis maka parpol berharap mendapat ketenaran dan banyak suara saat pemilu. Barangkali itu pertimbangannya,” ujarnya.
Meski demikian, Jeirry mengingatkan bahwa semestinya pengusungan seseorang tak hanya didasari popularitas dan ketenaran saja, namun harus diukur dari sisi kompetensi dan kapabilitas.
Seorang artis, ujarnya, dalam hal popularitas memang bisa diandalkan, namun tak semuanya memiliki kapabilitas dan kapasitas menjadi penentu nasib bangsa.
Karena itu, Jeirry mengingatkan bahwa penting bagi semua parpol menyaring figur dan membina kader dengan baik, sehingga ketika terpilih menjadi wakil rakyat benarbenar menyuarakan aspirasi rakyat.
“Prinsipnya bukan dia artis atau siapa, tapi punya keberanian dan konsisten membela rakyat. Itu yang utama bagi pemilih.Jangan sampai rakyat dibodohi oleh iming-iming ketenaran tapi maknanya tidak ada,” ungkapnya.(lin)
()